Abeng Ciptakan Motor dari Mesin Tongkang yang Pertama di Sumut
sepeda motor dan mesin tongkang ini menjadi sesuatu yang antik dan pertama di Sumatera Utara.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Berawal dari memperbaiki mesin genset, Ahmad Bengar Harahap ciptakan motor dengan jenis custom tracker.
Dari mesin penggerak kompresor atau yang disebut mesin tongkang, motor ini, katanya, kepada Tribun Medan, Rabu (10/4) adalah puncak akumulasi dari ide-idenya.
"Saya punya genset yang tidak hidup. Ketika mencoba menyervis, saya melihat mesin penggerak genset. Saya pandangi genset itu. Sepertinya cocok untuk motor. Kemudian, saya browsing. Dan ternyata mesin ini masih banyak beredar dengan harga yang cukup murah," katanya.
Ia semakin penasaran. Belajar secara otodidak, laki-laki yang akrab disapa Abeng ini menemukan beberapa kesamaan dan kelebihan yang bisa menjadikannya mesin pada sepeda motor.
"Saya hunting dan dapatlah ide. Ternyata mesin-mesin itu tidak hanya untuk menggerakkan genset, tetapi untuk menggerakkan kapal tongkang. Saya terus berpikir. Kemudian, saya pergi ke Belawan di mana banyak mesin tongkang. Saya mendengar suaranya seperti moge, tetapi ada beberapa perbedaan," jelas laki-laki berumur 47 tahun ini.
Selama satu minggu, ia mempelajari teori, karakter mesin. Ia menelusuri sampai spesikfikasi mata-matanya, putaran cepat maupun putaran lambat. Selama dua minggu ia menerjemahkan idenya hingga menjadi satu bentuk motor.
"Idenya muncul Januari lalu. Dari Januari, satu bulan saya membuat. Dari mesin penggerak kompresor atau orang bilang mesin tongkang, bisa jadi motor. Saya punya dua. Satu jenis BSA (450cc) dan satu jenis custom tracker (350cc). Mikirnya seminggu, mengerjakannya dua minggu. Dan satu minggu test ride serta penyempurnaan," kata warga Jalan Garu VI Komp Cendrawasih Medan Amplas ini.
Tak ayal, sepeda motor dan mesin tongkang ini menjadi sesuatu yang antik dan pertama di Sumatera Utara. Dalam proses pembuatan, ia tidak tidur sampai pukul 3 dini hari.
"Saya tidak bisa tidur. Selama dua minggu, bisa sampai subuh lah. Pagi saya kerja. Kalau Sabtu dan Minggu full. Kalau pensiun, bisalah jadi tukang bengkel," tawanya.
Mesin tongkang yang ia pakai adalah mesin buatan tahun 2002. Jadi, bisa menggunakan minyak lampu sebagai bensinya. Dalam proses membuat, semua kesulitan menjadikan suatu pelajaran baginya. Apalagi pada saat mencocokkan mesin dengan gir box dan porsneling atau pada saat berusaha menyambungkan mesin satu dengan mesin lain.
"Sensasinya luar biasa. Sensasinya tidak melebihkan tetapi nyata. Saya bilang maha dahsyat. Kegilaan dunia motor itu, semua ada di motor saya ini," katanya yang juga anggota dari Motor Antique Club Indonesia (MACI) Medan.
Dengan kecepatan 80-90 km/jam, Abeng sudah melakukan test ride hingga ke Binjai. Motor ini display perdana di Istana Maimun beberapa waktu lalu.
Abeng yang sudah menggeluti dunia motor dari tahun 1994 ini merasa tertantang sekaligus jenuh dalam dunia motor klasik. Selama dua tahun ia mengikuti dunia custom, jenuh begitu-gitu saja. Semua yang diinginkan tinggal membeli lalu pasang. Ada uang, beli pasang dan jadi. Lewat ide ini, bagaimana ia menjadi orang yang tampil berbeda.
"Orang-orang di dunia motor custom, hanya tahu how to buy, bukan how to create. Jadi, bagaima membuat ide itu. Dari keseluruhan, hanya ban yang tidak saya buat. Mulai dari mesin hingga jok, semua saya buat sendiri. Ada yang dibeli tetapi dimodifikasi," kata laki-laki yang juga seorang dosen di Pendidikan Bahasa Jerman Univeristas Negeri Medan (UNIMED) ini.
Semua motor sudah pernah ia rasakan, katanya. Banyak motor pabrikan yang mahal. Dengan mesin tongkang, motor tersebut bisa mengimbangi dan menyerupai spesifikasi. Anda bisa bayangkan, perbedaan harganya 1:10. Dengan modal Rp 5 sampai Rp 6 juta, Abeng bisa menciptakan motor yang tak kalah hebat.
"Upahnya yang tidak ternilai ya, spesifikasinya sama dengan moge untuk tipe klasik. Di Jawa sudah mulai ada yang mencoba menjual dengan harga Rp 20 sampai Rp 30 juta," katanya.