Pesan Koban Tabrak Lari di Jalan AR Hakim pada Anaknya: Jangan Pernah Dendam
Perempuan paruh baya itu, sempat dilarikan ke RS Madani untuk mendapatkan perawatan. Sayangnya, nyawa Arni tidak bisa diselamatkan.
Penulis: M.Andimaz Kahfi |
TRIBUN-MEDAN.com - Arni Samra (57), perempuan beranak tiga warga Jalan AR Hakim, tewas mengenaskan setelah dirinya diseruduk oleh mobil Avanza warna hitam BK 1780 DN.
Korban diseruduk di Jalan AR Hakim, saat hendak menyeberang pulang kerumah usai menjalankan salat Tarawih di Masjid Taqwa.
Saat itu, dari atas trotoar Arni bermaksud ingin menyeberang jalan. Tapi, sudah diingatkan dua temannya untuk tidak menyebrang dulu.
Arni tak hiraukan halangan itu, ia kemudian turun dari trotoar. Setelah dirinya turun, tiba-tiba mobil Avanza berwarna hitam melaju dengan kencang.
Baca: Penjual Pempek Ditabrak Avanza Hitam saat Bersama Teman Pulang Salat Tarawih
Baca: Pengendara Avanza yang Tabrak Pejalan Kaki Hingga Tewas Bukan Pencuri Mobil
Baca: Pelaku Tabrak Lari yang Tewas Usai Dikeroyok Baru Pindah ke Kos Bersama Istri-Anak
Korban tercampak hingga 20 meter ke depan. Alih-alih menolong, pelaku yang diketahui bernama Taufik Hidayat (35) warga asli Aceh yang menyewa kos-kosan di Jalan Jati II, Kecamatan Teladan Timur, Kecamatan Medan Area, malah terus memacu kuda besinya.
Saat itu, korban seperti terbang dari mobil dan terhempas jatuh ke bawah. Arni sudah dalam kondisi berlumuran darah dalam terlentang.
Perempuan paruh baya itu, sempat dilarikan ke RS Madani untuk mendapatkan perawatan. Sayangnya, nyawa Arni tidak bisa diselamatkan.
Usai sang ibu dikebumikan di TPU Jalan Brigjen Katamso Medan. Fivi Ramadhani Hanafi (26) anak korban menceritakan seberkas kisah tentang sang ibu, yang dikenal sangat penyabar dan jarang marah terhadap anak-anaknya. Bahkan sang ibu dikenal periang di lingkungan keluarga.
"Mamak itu dijahilin sama orang nggak pernah membalas. Dia selalu bilang biarin aja doakan saja dalam hati. Mamak pernah bilang jangan pernah dendam sama orang. Salat intinya dan Allah bakal kasih petunjuk sama kita. Mamak sering baca Al Quran sehabis subuh dan tadarusan. Dia bilang itu untuk amalan nanti aku mati," kata Fivi di rumah duka keluarga di Jalan Sutrisno simpang Jalan Emas No 274, Sabtu (18/5/2019).
"Sebelum meninggal mamak pernah bilang. Pengin meninggal di hari Jumat dan kepengin meninggal banyak orang yang melihatnya. Alhamdulillah tadi mamak di salatin sama orang membludak sampai keluar masjid yang ikut menyalatkan," ungkap Fivi.
Lebih lanjut, Arni pernah berucap pada Fivi. Bahwa dirinya ingin melihat anak bungsunya itu tamat kuliah. Hal itu diutarakannya, lantaran status kuliah Fivi di salah satu kampus di Medan berhenti sementara.
Fivi berhenti kuliah sementara bukan tanpa alasan. Karena ada masalah pembiayaan. Sebab, selama ini pembiayaan kuliah ditanggung oleh pamannya. Kebetulan saat itu, si paman sedang alami masalah finansial hingga harus menarik ikat pinggang untuk pengeluaran.
"Mamak ingin saya segera tamat kuliah. Karena mulai dari kakak dan abang, tidak ada yang mau disuruh untuk kuliah. Makanya dibilang mamak, hanya aku harapannya. Sekarang sudah tiga tahun, kuliah saya tertunda saat pas mau mengajukan skripsi," urainya.
Teruntuk sang ibu, Fivi berharap orang yang telah melahirkannya kedunia itu dilapangkan di sisi Allah SWT.
"Harapan saya untuk mamak, semoga dilapangkan di sisi Allah SWT. Dipermudah segala yang ada disana. Insyaallah salat dan doa tidak akan putus buat mamak dan ayah yang sudah tiada," ucap Fivi sembari menyeka air matanya.
Sebelum meninggal, Arni punya pesan terakhir kepada anak bungsunya itu. Sang ibu pernah berucap, ingin melihat Fivi menikah dengan sang pujaan hati. Hal itu diungkapkannya dua bulan sebelum kepergiannya.
"Pesan terakhir mamak buat saya, dia pengin lihat saya nikah. Karena dulu pernah saya berantem sama cowok. Jadi mamak yang tahu semuanya tentang saya. Pokoknya mamak lebih dari sahabat, teman dan segalanya sama mamak," pungkas Fivi. (mak/tribun-medan.com)
