Titiek Soeharto Mengaku Loncat Pagar demi Sambangi Massa Aksi di Bawaslu
Ribuan orang melakukan aksi demonstrasi di kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
TRIBUN MEDAN.com - Ribuan orang melakukan aksi demonstrasi di kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada Selasa (19/5/2019).
Di antara kerumunan massa terlihat Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, Selasa (21/5/2019) sore.
Titiek mengaku kehadirannya untuk bergabung dengan massa aksi tidaklah mudah. Ia mengaku mendapat adangan dari aparat kepolisian.
Baca: DANJEN KOPASSUS MAYJEN CANTIASA ANGKAT BICARA Pascapenangkapan Eks Danjen Soenarko, Ini Seruannya
Baca: UPDATE Pembunuhan Sadis Calon Pendeta Cantik, Pelaku Peragakan 17 Adegan, Mengaku Benar-benar Tobat
Baca: RESMI TERSANGKA, Eks Danjen Kopassus Dijerat Delik Senpi Ilegal, Ditahan di Rutan TNI
Bahkan, Titiek yang datang menggunakan pakaian hitam dan pasmina hitam bercorak emas, mengaku harus loncat pagar untuk bisa menyambangi peserta aksi.
Titiek mengatakan, massa aksi unjuk rasa ini berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Menurut dia, aksi demo terkait hasil Pilpres 2019 tersebut berlangsung damai.
Namun, dia merasa petugas kepolisian tidak menyambut aksi tersebut dengan baik.

"Ini aksi damai, tapi kami dipres (pressure). Saya diblokir enggak bisa lewat, saya mau ke sini harus loncat pagar. Agak ke sana dikitlah, diberi ruang sedikit," kata Titiek.
Titiek meminta segala kecurangan yang terjadi selama pemilu pilpres 2019 benar-benar diproses.
"Segala kecurangan itu di proses, jangan cuma masuk (kuping) kanan keluar (kuping) kiri. Katanya ini negara hukum, negara demokrasi, tapi orang ngomong sedikit aja disebut makar, ditangkepin, saya prihatinlah," kata dia.
Sekitar pukul 18.30 WIB, Titiek meninggalkan para pengunjuk rasa yang menyebut diri Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) pada pukul 18.30 WIB.
Baca: Pascapenetapan Rekapitulasi KPU, Berikut 100 Nama Caleg DPRD Sumut yang Berpeluang Duduk
Baca: Daftar Caleg yang Lolos Ke Senayan Mewakili Sumatera Utara, Sihar Sitorus Peroleh Suara Tertinggi
Aksi demonstrasi di gedung Bawaslu berlangsung setelah KPU RI resmi mengumumkan hasil Pilpres 2019, yang dimenangkan pasangan Joko Widodo- Ma'ruf Amin.
Pengumuman pemenang Pilpres 2019 yang dilakukan Selasa (21/5/2019) dini hari, tampaknya tak diterima kelompok tertentu. Pasalnya, KPU semula menjadwalkan pengumuman pada 22 Mei mendatang.
Pada Selasa siang, ribuan orang terlihat melakukan aksi unjuk rasa di kantor Bawaslu RI.
Baca: Kabar Terbaru Ustaz Arifin Ilham Dikabarkan Kritis oleh Anaknya, Minta Untuk Didoakan
Baca: Manchester City Naikkan Gaji Guardiola hingga Rp 30 Miliar Sebulan demi Proyek Jangka Panjang
Dilansir dari live facebook Tribunnews, lokasi di sekitar kantor Bawaslu RI telah mendapat pengamanan yang sangat ketat. Polisi telah memasang pagar kawat duri.
Massa meminta Bawaslu RI segera mengusut dugaan kecurangan yang dilakukan tim dari paslon Joko Widodo- Ma'ruf Amin.
Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono juga memantau langsung aksi unjuk rasa di depan Gedung Bawaslu, sekitar pukul 14.50 WIB.
Baca: Akhirnya PAN Terima Kemenangan Jokowi-Maruf dalam Pilpres
Baca: Dewi Budiati Tak Penuhi Panggilan Polisi Terkait Kasus Dugaan Makar
Irjen Gatot sempat menemui massa yang mengatasnamakan diri sebagai Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR). Tampak pula beberapa pejabat Polda Metro Jaya yang mengiringinya.
Ia berkomunikasi dengan Kapolres Jakarta Pusat Kombes Harry Kurniawan yang sempat terlibat negosiasi dengan komando massa GNKR, Ustaz Bernard, dan Jumhur Hidayat dari atas mobil raisa (pengurai massa) polisi.
Saat itu, massa mendesak agar bisa mendekat ke Gedung Bawaslu.
Namun, ruas jalan di depan Bawaslu telah dibentengi pagar kawat berduri dua lapis.
Baca: MAYOR Jenderal Purn Soenarko, Eks Danjen Kopassus Ditahan, Ini Penjelasan Kapuspen TNI dan Moeldoko
Baca: Djoko Setiadi Mendadak Dicopot, Hinsa Siburian Dilantik Presiden Jokowi Jadi Kepala BSSN
Massa juga memprotes keberadaan pasukan Brimob yang dianggap mengepung mereka dari jarak dekat.
"Saudara, izin kita demo di depan Bawaslu. Tempat kita menyatakan pendapat sudah disetujui polisi, harusnya polisi kan kasih kita tempat depan Bawaslu, tetapi pak polisi kok di sini? Mau sama-sama demo sama kita apa bagaimana?" kata Ustaz Bernard dari atas mobil komando massa.
Setelah satu jam lebih tarik-ulur, akhirnya massa dan Kapolres Jakarta Pusat bersepakat agar melebarkan area aksi.
Pasukan Brimob mundur sehingga massa dapat sedikit melebar menjauhi Gedung Bawaslu dan terkonsentrasi di Jalan Wahid Hasyim.
Baca: Real Madrid Segera Datangkan Pemain yang Miliki Permainan yang Identik dengan Messi
Baca: Kisah Prabowo saat Pangkostrad hingga Diganti, Habibie Tulis Detik-detik Menentukan . . .
Massa GNKR yang semakin bertambah jumlahnya pada Selasa sore sempat meminta polisi yang berjaga di depan Gedung Bawaslu RI, di Jalan MH Thamrin untuk mundur.
Polisi tetap berjaga agar massa tidak menerobos.
Massa aksi yang mengatasnamakan diri sebagai Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat mulai mendekati pagar berduri yang mengepung Bawaslu, Selasa (21/5/2019).
Namun, massa tetap memaksa dan terjadi dorong-dorongan antara massa dan aparat kepolisian pukul 16.30.
Massa yang tak terima pun melemparkan berbagai macam bunga, khususnya bunga melati putih ke arah polisi.
Baca: Kunci Sukses Sofyan Tan Melenggang Lagi ke Senayan, Jalankan Undang-Undang dan Maintenance Pendukung
Baca: Eldin Serap Masukan Warga Medan Tembung Melalui Safari Subuh
"Ayo pak polisi mundur, tadi sudah janji mau mundur," kata orator dari atas mobil komando.
Sementara itu, di tengah massa yang berdorongan dengan polisi, Neno Warisman mengajak massa untuk bernyanyi Indonesia Tanah Air Beta.
Dorong-dorongan terjadi sekita lima menit dan akhirnya suasana kembali kondusif. Sebab, massa akan melakukan salat berjamaah.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Titiek Soeharto Sambangi Pengunjuk Rasa di Depan Kantor Bawaslu"