Pengin Hidup Bermartabat, Anggota Pertuni Berharap Perhatian Lebih Pemerintah

Kerasnya hidup serta keterbatasan fisik dalam hal pengelihatan, tak membuat mereka menyerah menghadapi tuntutan hidup.

Penulis: M.Andimaz Kahfi |
TRIBUN MEDAN
Pengin Hidup Bermartabat, Anggota Pertuni Berharap Perhatian Lebih Pemerintah. Saat guru mengaji ajarkan anggota Pertuni Medan Lakukan Kegiatan ODOJ Selama Bulan Suci Ramadan. 

Pengin Hidup dengan Bermartabat, Anggota Pertuni Berharap Perhatian Lebih Pemerintah

TRIBUN-MEDAN.com- Terlahir tanpa pengelihatan sempurna, bukan menjadi alasan untuk berpangku tangan. Apalagi bermalas-malasan hingga mengiba belas kasih dari seseorang.

Hal itulah yang ditunjukkan oleh para anggota Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) di Medan.

Kerasnya hidup serta keterbatasan fisik dalam hal pengelihatan, tak membuat mereka menyerah menghadapi tuntutan hidup.

Lewat organisasi Pertuni, para anggota saling memotivasi, menguatkan serta mengasah keterampilan agar bisa hidup lebih mandiri.

Mayoritas anggota Pertuni Medan memiliki keterampilan. Mereka bisa berjualan kue dan kerupuk. Ada pula yang menjadi guru mengaji, hingga memiliki keterampilan untuk memijat maupun merajut pakain.

"Biarpun kami buta, untuk memasukkan benang ke dalam jarum jahit sekalipun kami terbiasa melakukan sendiri," kata Ketua Pertuni Medan Mardison Tanjung, Rabu (29/5/2019).

Baca: Dahnil Anzar Simanjuntak akan Kembali Dipanggil sebagai Saksi Kasus Dugaan Makar di Sumut

Baca: Tersangka Dugaan Makar di Medan Ajukan Penangguhan Penahanan, Beralasan Tulang Punggung Keluarga

Baca: Jelang Lebaran di Kualanamu, Extraflight ke Luar Negeri Lebih Banyak dari Domestik

Ia menambahkan, kemampuan ini pula yang dijadikan penopang hidup anggota Pertuni Medan. Kegigihan menjadi pengganti pengelihatan para anggota Pertuni.

Tak heran bila di jalan protokol Kota Medan, para anggota Pertuni berjualan menawarkan kerupuk maupun kue dan produk keterampilan lainnya.

Baca: BERITA PONSEL: Beda Oppo A3 dan Oppo A3S, Spesifikasi Lengkap, Cek Harga Ponsel dan Keunggulan

Baca: 3.000 Ton Limbah Plastik Ilegal Milik Negara Maju Dikembalikan Malaysia

Baca: Mayat Pria Mengapung dengan Posisi Tangan Terikat dan Mulut Dilakban Ditemukan di Tapteng

Walau belakangan, Kota Medan kerap dilanda oleh hujan deras. Hal itu, tak membuat mereka patah semangat. Bagi para anggota Pertuni, kerja adalah sebuah ibadah.

Walaupun jumlah penghasilan berkurang di bulan Ramadan, para anggota Pertuni tak bersedih. Tak apa tidak laku asal telah berusaha maksimal seperti motto para anggota Pertuni dalam berniaga.

Baca: Tinjau Gudang Bulog, Gubernur Edy Pastikan Stok Kebutuhan Pokok di Sumut Aman

Baca: Kapolda Sumut Pastikan Tidak Ada Kriminalisasi Ulama di Sumut namun Pelanggar Hukum akan Ditindak

"Yang penting kita tidak berpangku tangan di rumah," katanya.

Meski dalam keadaan sulit, Mardison mengaku banyak bantuan yang diberikan dari para dermawan kepada anggota Pertuni. Misalnya pemberian sembako, hingga bantuan untuk berbuka puasa setiap harinya di sekretariat Pertuni yang bersama di Jalan Rantang, Medan Helvetia

"Paling tidak ini meringankan apabila penjualan sedang kurang," ujar Mardison.

Meski rata rata Anggota Pertuni di Medan sudah banyak yang hidup mandiri namun Ketua Pertuni Sumut, Khairul Batubara meminta kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan kondisi ekonomi para anggota Pertuni di Sumut, khususnya di luar Medan.

"Jumlah anggota Pertuni di Medan 282 sedangkan Sumut 872, anggota Pertuni kita ada di 21 kabupaten/kota, Mayoritas kalau di luar Medan, (aktivitasnya) mengemis," kata Khairul.

Penting sekali pemerintah membantu para anggota Pertuni dalam hal mengasah keterampilan atau pun membantu memasarkan produk dari anggota Pertuni.

"Kami ingin berjuang agar tunanetra di Sumut, jadi tunanetra yang bermartabat, sesuai dengan visi gubernur. Tanpa dukungan pemerintah bukan tidak bisa, tapi lebih lama berjuangnya," sebut Khairul.

Lebih lanjut, Khairul tetap memberikan semangat kepada para anggota Pertuni untuk hidup mandiri. Walaupun kerap dipandang sebelah mata. Karenanya, pemerintah diminta untuk lebih memperhatikan anggota Pertuni agar lebih bersemangat berikhtiar.

Baca: SIARAN LANGSUNG: Link Live Streaming Chelsea Vs Arsenal, Berebut Tiket Otomatis ke Liga Champions

Baca: 6 Fakta Kepala Imigrasi Kena OTT KPK, Uang Suap di Tong Sampah hingga Medote Pakai Keresek Hitam

"Kalau boleh kita diberikan berjualan di tempat layanan publik di Sumut. Seperti di depan Mal, kampus dan sekolah," tuturnya.

Masih kata Khairul, dirinya sangat berharap Pemprov Sumut, juga membantu untuk memasarkan hasil rajutan benang anggota Pertuni agar bisa dipasarkan.

"Kalau sekarang kalah dengan pabrik, orang orang membeli karena faktor kasian. Padahal rajutan kami bagus, tapi karena kerjanya lama kami jualnya agak mahal. Sejauh ini belum ada kerjasama dengan pemerintah soal ini," jelas Khairul.

(mak/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved