News Video
[HOAKS] Edy Rahmayadi Ingin Sumpal Mulut Polisi Pakai Granat kerena Bubarkan Takbiran Warga
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menyesalkan adanya media massa yang memuat hoaks atau berita bohong ke publik
TRIBUN MEDAN.COM, MEDAN - Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menyesalkan adanya media massa yang memuat hoaks atau berita bohong ke publik.
Penyesalan itu dikatakan Plt Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Protokoler Pemprov Sumut, Fitriyus merespons hoaks di sejumlah media online terkait Gubernur Edy Rahmayadi.
Hoaks yang dimaksud yakni pemberitaan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengancam menyumpal mulut anggota polisi memakai granat.
Ancaman itu terjadi saat aparat mengamankan peserta takbiran keliling Idul Fitri 1440 Hijriah di Kota Medan, pekan lalu.
Fitriyus menegaskan, berita yang beredar tersebut adalah bohong (hoaks). “Saya sudah tanyakan kepada Gubernur. Berita itu tidak benar,” kata Fitriyus, Selasa (11/6/2019).
Baca: Didorong Pansel Capim KPK Maju Lagi, Saut Situmorang Pastikan tak Ikut, Beber Fakta Mengejutkan!
Baca: 33 Pegawai Lapas Narkotika Hinai Dicopot dan Jalani Assesment di Kemenkumham Sumut
Baca: TERUNGKAP Perusak dan Pencuri Senjata dari Mobil Brimob 22 Mei, SJ Ambil Glock dan Tas Rp 50 Juta
Tonton kolasenya;
Gubernur Edy Rahmayadi Ingin Tahu Alasan 2 Persen ASN Bolos Kerja
Edy Rahmayadi: PDAM Tirtanadi Bukan Tempat Cari Makan, Tapi Amanah Rakyat
Fitrius menyatakan, bantahan atas berita itu telah disampaikan melalui akun instagram @humassumut.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak turut menyebarkan hoaks tersebut.
"Kami berharap semua pihak berhenti menyebarkan kabar bohong itu sehingga tak timbul kesalahpahaman,” tuturnya.
Meski menyebut artikel-artikel itu hoaks, Pemprov Sumut belum mau menempuh jalur hukum guna memperkarakan sejumlah media daring tersebut.
Adapun hoaks terkait Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mencuat saat aparat mengamankan peserta takbiran keliling Idul Fitri 1440.
Baca: Bidan Desa Diperas Selingkuhan Rp 30 Juta, Gara-gara Aksi Video Nakal Timun dan Organ Intim
Baca: Seruan Prabowo Subianto ke Pendukung Melalui Video di Media Sosial: Bersikap Dewasa dan Tenang. .

Foto-Foto Edy Rahmayadi Sidak Kehadiran ASN Hari Pertama Kerja Usai Libur Lebaran
Edy Rahmayadi: 73 Tahun Kita Merdeka, Tapi Masih Kesulitan Air
Ada media online yang menyebutkan Edy Rahmayadi mengancam menyumpal mulut anggota polisi memakai granat.
Pada pemberitaan itu disebutkan, aparat kepolisian hendak membubarkan peserta takbiran yang sedang beristirahat di pinggiran jalan kawasan Lapangan Merdeka Medan.
Gubernur Edy Rahmayadi yang melintasi kawasan itu kemudian turun dari mobil dan mendatangi aparat kepolisian.
Ia disebut marah-marah kepada polisi.
“Apa hak kau melarang rakyat takbiran keliling di kota ini.
Ini rakyatku.
Kau laranglah, aku sumbat granat mulut kau,” kata Edy dalam berita tersebut.
Atas pemberitaan ini, Pemprov Sumut menegaskan itu adalah hoaks.
Sebelumnya memang Edy kerap melontarkan pernyataan yang memicu kontroversi.
Setelah viral, akhirnya diralat.
Seperti soal ancaman Edy mengatakan dirinya akan mundur empat bulan ke depan dari kursi Gubernur Sumut jika masyarakat Sumatera Utara tidak mau dipimpin olehnya.
Hal demikian disampaikannya saat memberikan sambutan pada kegiatan Peresmian Kantor PWI Sumut yang dirangkai dengan kegiatan Jalan Sehat, Minggu (28/4/2019) seperti yang dilansir Gatra.
Menanggapi pernyataan tersebut, Ketua Umum Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Sumatera Utara Periode 2018-2020 Muhammad Alwi Hasbi Silalahi mengatakan, sebaiknya tidak bicara seperti itu di depan khalayak ramai.
Ia menilai Gubernur Sumatera Utara terlalu bawa perasaan.
"Saya pikir tak pantas seorang pemimpin bicara seperti itu, apa yang disampaikan pak gubernur pada hari Minggu lalu terkesan terlalu bawa perasaan," ungkap Hasbi dalam siaran pers yang diterima Tribun-Medan.com, Senin (29/04/2019).
Hasbi mengatakan seorang pemimpin itu harus selalu menularkan energi positif melalui narasi optimisme dan harus selalu melontarkan pernyataan-pernyataan yang membangkitkan semangat orang yang dipimpinnya.
Bukan sebaliknya, mengeluarkan narasi-narasi pesimistis.
Lanjut Hasbi, jika masih banyak pro dan kontra atas kepemimpinan pak Gubernur Sumut itu adalah konsekuensi yang harus diterima oleh seorang Gubernur.
Jika siap menjadi Gubernur harus siap juga untuk menerima segala macam pandangan dan pola pikir masyarakat yang dipimpinnya.
"Pak Edy ya harus terima segala konsekuensi menjadi Gubsu itu, jika pak Edy beranggapan masih banyak rakyat Sumut yang tidak mau dipimpin olehnya.
Ya itulah tugas pemimpin untuk bisa merubahnya agar masyarakat Sumut jadi lebih baik.
Jangan sedikit-sedikit baper," katanya.
Terakhir Hasbi berharap Gubsu untuk terus fokus pada kinerja pemerintahan dan tidak lagi melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial yang tidak bermakna dan tidak memberikan semangat masyarakatnya.
"Pak Gubsu fokus pada kinerja pemerintahan saja," tandasnya.
Sebelumnya beberapa kali Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi melontarkan kekecewaannya.
Teranyar kekecewaan Edy meledak saat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2020, Jumat (12/4/2019), karena sejumlah Bupati dan Wali Kota tidak hadir langsung, melainkan diwakilkan.
Bahkan karena tidak hadirnya para kepala daerah tersebut, Edy Rahmayadi sempat ingin meminta Musrenbang ini diulangi kembali.
"Kalau diwakili semua, dibubarkan saja Musrenbang ini, seperti ecek-ecek. Forkopimda diwakili, saya pun kalau diwakili, ajudan saja yang mewakili.
Yang tidak diwakili masuk surga," ujar Edy Rahmayadi, di atas panggung aula, Hotel Santika Dyandra, Jalan Kapten Maulana Lubis, Kota Medan, Jumat (12/4/2019).
Dari sejumlah lembaga daerah atau peserta Musrenbang, hanya sebagian yang menghadiri kegiatan tahunan tersebut.
Sedangkan lainnya hanya diwakili.
Karena itu, Edy pun kecewa dan minta agar Musrenbang tersebut dibubarkan saja.
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, masing-masing menterinya tidak hadir.
Diwakilkan oleh inspektur jenderal dan deputi. Bupati dan wali kota cuma sedikit yang hadir. Forum Komunikasi Pimpinan Daerah juga demikian.
Bahkan anggota DPRD Sumut hanya hitungan jari.
Rektor selaku akademisi, tak seberapa.
Secara terang-terangan pernyataan tersebut disampaikannya di hadapan Inspektur Jenderal Kemendagri Tumpak Haposan Simanjuntak dan Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Masyarakat, Subandi, serta pejabat lainnya.
"Saya mohon maaf nanti dibilang sombong. Yang sombong itu siapa, yang tidak hadir kan," tegasnya.
Kata Edy Musrenbang sangat penting diselenggarakan. Karena dia membutuhkan protes atau kritik dari para akademisi yang mengkritik berdasarkan referensi. Begitu pula kritik dari ulama.
Dia menegaskan tujuannya menjadi pemimpin di Sumut adalah untuk membangun. Tidak ada gunanya capek setiap hari kalau bukan untuk membangun Sumut.
Sejumlah keinginan disampaikan Edy tentang bagaimana seharusnya kemajuan Sumut dimasa depan. Dalam hal pendidikan, misalnya.
Karena membutuhkan sumber daya manusia yang berkwalitas, maka dibutuhkan guru-guru yang berkwalitas luka. Itu sebabnya dia melipatgandakan gaji guru honor dari Rp 40.000 per jam menjadi Rp 90.000.
Di masa mendatang direncanakan gaji itu akan dinaikkan lagi.
Di bidang kesehatan, Edy menginginkan provinsi ini bebas dari stunting.
Namun entah kenapa jumlah dokter masih kurang.
Padahal dari USU banyak dokter yang dihasilkan. Oleh karenanya dia mengungkapkan kekesalannya atas ketidakhadiran Rektor USU Runtung Sitepu di Musrenbang.
"Terserah kalianlah, ampun aku. Ulangi lagilah Musrenbang ini biar hadir semua," tutur Edy.
Selanjutnya Edy Rahmayadi didampingi Wagub Sumut, Musa Rajekshah membuka acara Musrenbang.
Terlihat hadir juga anggota DPD RI Badikenita Sitepu dan Parlindungan Purba, anggota DPR RI, Hinca Panjaitan.
(cr19/Tribun-Medan.com)