Presiden Irak Barham Saleh Kirim Undangan Resmi kepada Paus Fransiskus Agar Mengunjungi Negaranya
Presiden Irak Barham Saleh mengirimkan undangan resmi kepada kepala Gereja Katolik Paus Fransiskus untuk mengunjungi negaranya.
TRIBUN-MEDAN.COM - Presiden Irak Barham Saleh mengatakan jika pihaknya telah mengirimkan undangan resmi kepada kepala Gereja Katolik Paus Fransiskus untuk mengunjungi negaranya.
Undangan tersebut disampaikan menyusul pernyataan Paus Fransiskus pada awal bulan ini yang mengatakan dirinya ingin pergi ke Irak tahun depan, meski sedang ada situasi keamanan yang terjadi di negara itu.
Irak telah menjadi medan pertempuran antara kelompok pasukan yang saling bersaing, termasuk ISIS sejak penggulingan diktator Saddam Hussein pada 2003.
"Saya merasa terhormat untuk secara resmi menyampaikan undangan kepada Yang Mulia untuk mengunjungi Irak, tempat lahirnya peradaban dan kelahiran Abraham, ayah dari umat beriman dan utusan agama-agama Ilahi," kata Saleh dalam surat resmi yang salinannya diterima AFP, Kamis (20/6/2019).
"Kunjungan kekudusan Anda akan menjadi kesempatan untuk mengingatkan dan mencerahkan Irak dan dunia bahwa tanah Iran memberi manusia hukum dan pertanian irigasi pertama, serta warisan kerja sama antara orang-orang dari lintas agama," lanjut surat itu.
Saleh mengatakan, dia berharap kunjungan oleh Paus akan menjadi "tonggak sejarah dalam proses penyembuhan negara dan Irak dapat sekali lagi menjadi tanah yang damai, di mana mosaik agama dan kepercayaan dapat hidup bersama secara harmonis, seperti yang ada selama ribuan tahun".
Paus Fransiskus telah menjalin ikatan antara Kristen dan Islam sebagai landasan kepausannya. Tahun ini, Paus telah mengunjungi Abu Dhabi di Uni Emirat Arab, serta Maroko.
Pemimpin gereja Katolik itu juga tercatat telah mengunjungi beberapa negara Muslim pada tahun-tahun sebelumnya, termasuk Turki pada 2014, Azerbaijan pada 2016, dan Mesir pada 2017.
Meski ada keinginan baik dari Paus Fransiskus maupun presiden Irak, Kardinal nomor dua Vatikan, Pietro Parolin sebelumnya sempat memperingatkan pada Januari lalu, bahwa kunjungan Paus ke Irak memerlukan "persyaratan minimum" yang "saat ini tidak terpenuhi".
Presiden Irak, Barham Salih. (Google Image/REUTERS/awy)
Momen bersejarah saat kunjungi ke Abu Dhabi
Sebelumnya, untuk kali pertama, pemimpin Gereja Katolik Roma itu menginjakkan kaki di Teluk Arab, tepatnya di Uni Emirat Arab.
Paus Fransiskus menjadi pencetak sejarah yang melakukan hal itu, ketika sampai di Abu Dhabi pada Minggu (3/2/2019) lalu, usai menempuh perjalanan udara selama 48 jam.
Diwartakan AFP, Paus Fransiskus dijadwalkan akan bertemu dengan ulama Muslim dan 135.000 umat Katolik dalam sebuah misa terbuka.
Sampai di UEA, pria berusia 82 tahun itu disambut hangat oleh Putra Mahkota Abu Dhabi Pangeran Syeikh Mohammed bin Zayed dan imam Al Alzhar Kairo, Syeikh Ahmed al-Tayeb.
Paus menghadiri konferensi antar-agama pada Senin (4/2/2019) waktu setempat bersama Syeikh Ahmed.
Beberapa jam sebelum Paus Fransiskus terbang ke Roma pada Selasa (5/2/2018), pria asal Argentina itu akan memimpin misa di Zayed Sports City Stadium di Abu Dhabi, yang akan dihadiri 135.000 umat.
Sebelum menuju UEA, Paus Fransiskus mendesak berbagai pihak yang terlibat dalam perang di Yaman untuk menghormati perjanjian gencatan senjata.
"Saya mengimbau semua pihak yang berkepentingan dan komunitas internasional untuk menghormati perjanjian yang telah ditetapkan untuk memastikan bantuan makanan," katanya.
"Para penduduk kelelahan karena konflik yang panjang dan banyak anak-anak menderita kelaparan, tetapi tidak dapat mengakses suplai makanan," lanjutnya.
Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash menilai, kunjungan oleh Paus Fransiskus menjadi sejarah baru bagi negara dan toleransi.
"Ini merupakan kunjungan yang membawa nilai hebat dari kemanusiaan, dan UEA menambah babak baru dalam sejarah persaudaraan dan toleransi," kicuanya di Twitter.
Sebagai informasi, ada sekitar 1 juta umat Katolik di UEA. Mereka merupakan para migran yang kebanyakan berasal dari Filipina dan India.
Laporan dari Arabian Business menyebutkan, semua sekolah negeri di Dubai dan Sharjah, serta sejumlah sekolah swasta tutup pada Senin (4/2/2019).
Sementara semua sekolah, baik negeri maupun swasta, meniadakan kegiatan belajar-mengajar pada Selasa (5/2/2019).
Pengumuman ini disampaikan Kementerian Pendidikan UEA melalui Twitter, tanpa memberikan alasan terkait penutupan sekolah.
Namun, hal tersebut diyakini berhubungan dengan kedatangan Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus (dua dari kiri) bersama Imam Besar Al Azhar Dr Ahmed At-Tayyeb (tiga dari kiri) saat menandatangani dokumen Deklarasi Abu Dhabi, Senin (4/2/2019) lalu, disaksikan Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum (kanan), perdana menteri sekaligus wakil presiden Uni Emirat Arab.
Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar, Dr Ahmed At-Tayyeb telah menandatangani dokumen bersejarah, Deklarasi Abu Dhabi, dalam Pertemuan Persaudaraan Manusia di Uni Emirat Arab, Senin (4/2/2019).
Deklarasi yang disebut "Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan" itu berupaya mendorong untuk hubungan yang lebih kuat antara umat manusia.
Selain itu juga mempromosikan kepada hidup berdampingan antara umat beragama untuk melawan ekstremisme dan dampak negatifnya.
Dalam pidatonya sebelum menandatangani dokumen Deklarasi Abu Dhabi, Paus Fransiskus menyampaikan bahwa tindak kekerasan dan kebencian yang mengatasnamakan Tuhan tidak dapat dibenarkan.
Paus juga menyebut pentingnya nilai pendidikan dalam mengurangi konflik dan kekerasan di dunia.
Sementara Dr Ahmed At-Tayyeb menyerukan kepada umat Islam untuk melindungi komunitas Kristen di Timur Tengah dan untuk umat Islam di negara Barat agar dapat hidup berdampingan dan berintegrasi dengan lingkungan mereka.
"Anda adalah bagian dari bangsa ini.. Anda bukan minoritas," ujar At-Tayyeb yang dikenal sebagai salah satu pemimpim Muslim terkemuka di dunia.
Salah satu isi dari dokumen Deklarasi Abu Dhabi tersebut, seperti dirilis pemerintah UEA, yakni seruan untuk menghapuskan penggunaan istilah minoritas yang disebut hanya akan melahirkan perasaan terisolasi dan rendah diri.
Juga menyerukan untuk hubungan baik antara Timur dan Barat yang tidak dapat disangkal, diperlukan untuk kedua pihak.
Dokumen tersebut juga menyerukan perlindungan terhadap hak perempuan, anak-anak, serta orang tua, kaum difabel, dan tertindas.
Hadir dalam upacara penandatanganan, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, perdana menteri dan wakil presiden Uni Emirat Arab, sekaligus penguasa Dubai.
Hadir pula Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, putra mahkota Abu Dhabi dan wakil panglima tertinggi angkatan bersenjata UEA, bersama dengan lebih dari 400 pemimpin keagamaan.
Dalam kesempatan yang sama, Sheikh Mohammed juga mempersembahkan piagam yang disebut "Penghargaan Persaudaraan Manusia" kepada Paus Fransiskus dan juga Imam Besar At-Tayyeb.
Penghargaan diberikan kepada At-Tayyeb sebagai pengakuan atas ketegasannya dalam membela moderasi, toleransi, nilai-nilai global, serta penolakannya terhadap ekstremisme radikal.
Sedangkan untuk Paus Fransiskus, yang dikenal sebagai pendorong kehidupan bertoleransi dan mengesampingkan perbedaan untuk mengajak pada perdamaian dan persaudaraan antara umat manusia.(*)
Artikel telah tayang di Kompas.com dengan judul: Presiden Irak Resmi Undang Paus Fransiskus untuk Berkunjung dan Momen Bersejarah, Paus Fransiskus Injakkan Kaki di Uni Emirat Arab


