Terkait Prajurit TNI Terpapar Radikalisme, Moeldoko: Kalau Sudah tak Bisa Diperbaiki, Buang ke Laut

Sekitar tiga persen anggota TNI yang sudah terpapar paham radikalisme dan tidak setuju dengan ideologi negara, Pancasila.

Editor: AbdiTumanggor
Seno Tri Sulistiyono/Tribunnews.com
Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. 

Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Pertahanan, sekitar tiga persen anggota TNI yang sudah terpapar paham radikalisme dan tidak setuju dengan ideologi negara, Pancasila.

////

TRIBUN-MEDAN.COM - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, akan mempelajari hasil riset Kementerian Pertahanan yang mengungkap adanya 3 persen prajurit TNI sudah terpapar paham radikalisme.

Hal itu diungkapkan Marsekal Hadi Tjahjanto, usai berdialog dengan para alim ulama dan cendekiawan muslim se Jawa Timur, di Pesantren TebuirengJombang Jawa Timur, Kamis (20/6/2019) petang.

"Saya kira, hasil risetnya Menhan (Menteri Pertahanan) ya, saya juga masih ingin untuk bisa mengetahui risetnya dari Pak Menhan," katanya di Pesantren Tebuireng Jombang.

Menurut Hadi, penanaman empat pilar kebangsaan menjadi senjata ampuh untuk menangkal radikalisme.

Penanaman empat pilar kebangsaan juga akan diterapkan kepada prajurit TNI yang terindikasi terpapar paham radikalisme.

"Menanamkan nilai-nilai. Empat pilar (kebangsaan) itu harus ditanamkan," kata Hadi Tjahjanto.

Empat pilar kebangsaan yang dimaksud Panglima TNI, terdiri dari Pancasila sebagai pilar untuk kokohnya negara-bangsa Indonesia, Undang-undang Dasar 1945 sebagai pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, lalu pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta pilar keempat, Bhinneka Tunggal Ika.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengaku prihatin dengan dengan sekelompok tertentu yang ingin mengganti ideologi negara Pancasila dengan ideologi khilafah negara Islam.

Bahkan, ada prajurit TNI yang terpapar paham radikalime.

"Saya sangat prihatin, dengan hasil pengamatan yang dilakukan Kementerian Pertahanan baru-baru ini, tentang Pancasila.

Pancasila itu kan perekat negara kesatuan ini.

Rusaknya Pancasila, rusaknya persatuan kita.

Hilangnya Pancasila, berarti hilangnya negara ini," kata Menhan Ryamizard dalam sambutannya saat acara halal bihalal Mabes TNI yang dilangsungkan di GOR Ahmad Yani Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (19/6/2019), seperti dikutip Antara.

Berdasarkan data yang dimiliki Kemhan, sebanyak sekitar tiga persen anggota TNI yang sudah terpapar paham radikalisme dan tidak setuju dengan ideologi negara, Pancasila.

"Kurang lebih 3 persen, ada TNI yang terpengaruh radikalisme," ujarnya.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini mengungkapkan alasannya menyampaikan keprihatinan tersebut di tengah-tengah berkumpulnya para anggota TNI aktif dan para purnawirawan.

Ia berharap kehadiran para purnawirawan TNI dapat membantu mengurangi atau bahkan mengentaskan hal yang dianggapnya berbahaya itu.

"Mumpung kita berkumpul, ada sesepuh (purnawirawan), bersama-sama bagaimana mengatasi Indonesia terhindar dari hal yang tidak diinginkan," ucapnya.

Oleh karena itu, dia meminta agar anggota TNI yang terpapar paham radikalisme kembali mengingat dan berpegang pada sumpah prajurit.

"Kita mengimbau supaya mereka menepati sumpah prajurit, menyatakan setia kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila. Sumpah, tidak boleh main-main dengan sumpah," ucapnya.

Selain prajurit TNI yang tidak setuju dengan Pancasila, kata Ryamizard, sebanyak 23,4 persen mahasiswa setuju dengan negara Islam/ khilafah, lalu ada 23,3 persen pelajar SMA.

"Sebanyak 18,1 persen pegawai swasta menyatakan tidak setuju dengan ideologi Pancasila, kemudian 19,4 persen PNS menyatakan tidak setuju dengan ideologi Pancasila, dan 19,1 persen pegawai BUMN tidak setuju dengan pancasila," ujarnya.

Ryamizard berharap agar momen halal bihalal dapat kembali mempersatukan bangsa Indonesia.

"Mari kita jaga persatuan bangsa, karena ini adalah satu tugas pokok TNI, termasuk purnawirawan. Kenapa purnawirawan juga? Karena purnawirawan ini tidak terlepas dari sumpah, tetap ada sampai mati," ucapnya.

Ia juga berharap silaturahim ini dapat terus terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang pada akhirnya menjaga keutuhan dan tetap tegaknya NKRI.

"Saya berharap suasan silaturahim ini dapat dipertahankan karena hanya dengan menyambung tali silaturahmi yang dilandasi hati yang suci serta niat yang tulus dan ikhlas, kita akan mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah SWT," ujarnya.

Pernyataan keras Jenderal TNI (Purn) Moeldoko

 Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko mempertanyakan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang mengatakan bahwa tiga persen personel TNI terpapar ideologi radikalisme sekaligus tidak percaya ideologi Pancasila.

"Baru tadi saya baca (pernyataan Ryamizard). Saya akan konfirmasi dulu ya kepada beliau, dasarnya apa? Riset? Atau survei dari mana dan seterusnya," ujar Moeldoko di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (20/6/2019).

Moeldoko cukup terkejut dengan angka itu. Sebab, jumlah itu menunjukkan angka yang banyak dan tentu mesti segera mendapatkan perhatian negara.

Ia melanjutkan, aturan di TNI cukup tegas apabila ada personel TNI yang melanggar aturan dan prinsip.

"Pada dasarnya di TNI tegas. Kalau indikasinya sudah tidak bisa diperbaiki, ya buang ke laut," ujar Moeldoko.

Dikutip dari tayangan Kompas TV, Kamis (19/6/2019), Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebut 3 persen anggota TNI terpapar radikalisme.

Ia mengungkapkan data ini dalam acara Halal Bihalal Mabes TNI yang dilangsungkan di GOR Ahmad Yani, Cilangkap, pada Rabu 19 Juni 2019.

Awalnya, Ryamizard mengungkapkan keprihatinannya atas terkikisnya Pancasila di tengah masyarakat.

Ia kemudian menyebutkan persentase kelompok masyarakat yang tidak setuju dengan Pancasila.

Misalnya, sebanyak 23,3 persen pelajar SMA menyetujui jihad, 18,1 persen pegawai swasta tidak setuju Pancasila, 19,4 persen PNS juga demikian.

Angka mencengangkan juga terjadi pada institusi TNI.

"Dan kurang lebih 3 persen ada TNI yang terpengaruh (radikalisme) dan tidak setuju dengan ideologi Pancasila. Ini memprihatinkan sekali," ujar Ryamizard.

"Kenapa saya sampaikan ini? Mumpung kita kumpul di sini para sesepuh, ada yang lebih muda untuk bersama-sama bagaimana mengatasi ini agar Indonesia ke depan tetap seperti sekarang," lanjut dia.(*)

Artikel telah tayang di Kompas.com dengan judul: Prajurit Terpapar Radikalisme, Panglima TNI: 4 Pilar Harus Ditanamkan dan Menhan Prihatin Ada Prajurit TNI Terpapar Radikalisme dan  Soal Tentara Terpapar Radikalisme, Moeldoko Sebut "Kalau Tidak Bisa Diperbaiki, Buang ke Laut Saja..."

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved