Breaking News

Kurangnya Perhatian Orangtua

Kalapas Anak Tanjung Gusta Ungkap Penyebab 62 Anak Masuk Sel Lapas Anak Tanjung Gusta

Karena di momentum ini, kita tidak memikirkan dan memusingkan kehidupan ekonomi dan ujian hidup yang berat.

TRIBUN MEDAN / VICTORY
Narapidana Anak sedang mengerjakan karya tangan Handycraft Sel Tahanan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Tanjung Gusta Medan, Minggu (14/7/2019). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - masa kanak-kanak sepatutnya menjadi momen paling bahagia di dalam hidup. Karena di momentum ini, kita tidak memikirkan dan memusingkan kehidupan ekonomi dan ujian hidup yang berat.

Karena masa ini menjadi kesempatan manusia bisa tumbuh dan hidup dalam keceriaan bermain-main

Namun, apa jadinya bila masa anak-anak yang indah tersebut tak bisa kita jalani dan berakhir dengan mendekam di dalam sel tahanan seperti yang dialami 62 anak yang mendekam di Sel Tahanan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Tanjung Gusta Medan.

Narapidana anak merupakan anak yang berumur 14 hingga 18 tahun yang terjerat pidana.

Kalapas Anak Tanjung Gusta, Sardaiman Purba menyebutkan bahwa dari angka tersebut anak-anak dijeblokskan ke penjara karena kasus percabulan.

"Jadi terdapat 25 anak yang terjerat kasus perlindungan anak atau percabulan biasanya terhadap pacar atau kawannya. Yang kedua itu karena narkotika ada 15 anak ini biasanya mereka ikut-ikutan diajak kawan dan ketiga itu ada pencurian sebanyak 12 anak," tuturnya, Minggu (14/7/2019)

Selain itu, kasus perampokan sebanyak 7 anak dan yang lainnya satu anak terjerat kasus pembunuhan, penadahan dan asusila.

Kata Sardaiman penyebab yang membuat anak-anak tersebut melakukan kejahatan tersebut faktor kurangnya perhatian dari orang tua.

"Bisa kita bilang penyebabnya ini ekonomi keluarga karena tidak mampu. Jadi mungkin mereka (anak) melakukan itu karena kondisi keluarga, tidak mampu dan keluarga misalnya mamak bekerja PRT bapak serabutan. Sehingga perhatian orang tua kurang, karena kurang perhatian jadi mereka bergaul sama teman-teman yang enggak benar," jelasnya.

"Kalau disini saya lihat anak-naak bukan jahat, tapi nakal. Nakal karena ketidakmampuannya belum bisa menilai yang jahat. Ketika kawan ajak ayok-ayok bawa narkotika, dimauin. Juga anak ini banyakkan nonton situs porno juga, baik di warnet atau hp sendiri, karena melihat itu tidak ada yang menasehati dan mengingatkan. Lalu ada pacarnya, kawaannya anak tetangga jadi pelampiassn terjadi percabulan. Itu karena kurang perhatian orang tua," tambah Sardaiman.

Fakta tersebut didukung dari minimnya kunjungan para orang tua ke Lapas anak yang bisa dikatakan hanya terhitung jari.

"Banyaknya disini anak hilang, kenapa gitu karena disini anak-anak jarang dikunjungi orang tua. Paling satu atau dua perhari. Padahal kunjungan kita itu dari Jam 9 sampai jam 11 lalu jam 14.00 sampai 16.00. Bahkan waktu Hari Raya Lebaran kemarin ketika Lapas dewasa ramai dikunjungi kalau kita dua orang pagi, sore hanya tiga orang gitu," ungkapnya dengan suara pelan.

Anak-anak ini dijelaskan Sardaiman berasal didominasi anak-anak dari pinggiran daerah Deliserdang, Medan, Pematangsiantar, dan Sibolga

"Hampir setengah itu dari daerah Deliserdang itu di sekitaran Percut dan Labuhan Deli," cetusnya.

Untuk itu Sardaiman menjelaskan bahwa tugas dirinya bersama petugas lapas lainnya adalah menjadi orang tua untuk membina anak-anak tersebut.

"Memang itu unik, perbedaan pembinaan anak dan orang dewasa. Kalau orang dewasa siap pak, tapi anak ini bangun pagi susah, harus kita banguni terus suruh mandi, karena maunya dia tidur ajakan. Jadi pagi itu kami buat program sarapan sama. Lalu jam 8 senam pagi baru sore main voli dan bola kaki itu rutin setiap hari," ungkapnya.

Selain itu juga pihak LPKA menyediakan kegiatan bagi anak-anak berupa keterampilan, bercocok tanam, musik hingga keagaamaan.

"Kalau disini keterampilan menganyam dari sabut kelapa itu namanya handycraft. Itu mereka bisa membuat binatang seperti tupai, burung, buaya, kalajengking, lalu pepohonan dan aneka otomotif seperti mobil dan harley. Bahkan Maret 2019 dipamerkan di acara Menkumham Pameran Unggulan Narapidana (PUN) di Jakarta juga kebetulan juara satu dari kategori handycraft," jelasnya.

Kasi Pembinaan LPKA Tanjung Gusta Medan, Subondon menjelaskan bahwa secara spritualitas anak-anak dibina dengan intens untuk membina mental.

"Kalau yang Muslim dia bekerja sama dengan Kementrian Agama. Kalau Kisten kita ada 29 rekanan untuk kegiatan rutin kebaktian pagi dan siang. Walaupun kita belum punya gereja tapi ruangannya kita set sedemikian rupa sehingga pembinaan kebaktian berjalan. Untuk Hindu dan Budha hanya ada 3 anak sementara ini karena belum ada yayasan respon jadi mereka beribadah di ruangan dan kita ajak ke perpustakaan ajak baca kitab," jelasnya.

Sardaiman melanjutkan bahwa dalam hal bercocok tanam, anak-anak diajak untuk menanam buah-buahan seperti semangka, cabai, pisang dan pepaya. "Kemarin kami juga kami baru panen semangka disini. Lalu kami semua memakannya bersama-sama," ungkapnya.

Ia menuturkan bahwa pembinaan tersebut terbilang efektif karena data penurunan masuknya tahanan anak menurun drastis di tahun 2018 ke 2019.

"Jadi tahun 2018 lalu ada 420, sekarang 198 tahanan memang turun drastis. Dengan banyaknya kegiatan dan bimbingan jadi bisa diminimalisir. Untuk data yang ada sama kita. Anak yang bebas kemudian masuk kembali sepertinya belum ada, artinya mengulah gitu, jadi selama saya disini belum ada," tegasnya.

Bahkan ia menuturkan seharusnya memang cara menjebloskan anak ke penjara adalah opsi terakhir karena membuat masa depannya rusak.

"Apalagi setelah ada UU Sistem Peradilan Pidana Anak memungkinan bahwa kalau boleh anak tidak masuk penjara dengan diversi diluar peradilan. Melakukan perdamaian dari pihak-pihak korban, kepolisian, pengadilan jadi itu jalan terakhir di penjara. Kalau boleh jangan masuk," jelasnya.

Bahkan, di Hari Anak Nasional yang akan berlangsung pada 23 Juli mendatang LPKA telah menyiapkan remisi untuk 36 anak di

"Jadi untuk Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli ini kita sudah usulkan remisi. Jadi memang anak diharapkan pemerintah segera keluar jangan lama menjalani pidana. Makanya mereka mendapatkan 3 kali remisi setahun. Sebanyak 36 anak sudah kita ajukan dimana ada bervariasi dari 15 hari hingga 2 bulan paling lama," ungkapnya.

"Klasifikasi untuk mendapatkan remisi adalah telah menjalani 3 bulan kurungan dan berkelakuan baik. Jadi sisa tahanan tidak mendapatkan remisi karena hal tersebut atau sudah akan keluar dalam waktu dekat," tambah Sardaiman.

Ia juga menjelaskan, para napi anak yang terjerat kasus narkotika tidak terindikasi masih menjadi pemakai di dalam tahanan.

"Kalau yang saya lihat disini, narkotika sepertinya tidak ada beredar di dalam. Yang namanya anak darimana uangnya, dia mau pakaipun uang dari mana. Jadi memang ada anak itu waktu di luar pemakai, selama disini kita bina kita dapati belum pernah. Tapi setiap kunjungan tetap kita tekankan dan komit narkotika itu tidak boleh masuk," jelasnya.

Terakhir ia mengungkapkan bahwa selain anak-anak, pihaknya juga masih menampung narapidana pemuda yang berumur 19 hingga 21 tahun.

"Jadi total tahanan kita disini ada 199 narapidana dimana ada 137 narapidana pemuda. Jadi kebijakan kita sekarang, kita terima titipan dari kepolisian, kejaksaan dan pengadilan selanjutnya memang khusus anak tidak pemuda lagi semenjak saya menjabat Agustus 2018. Nantinya jadi LPKA ini khusus untuk anak saja," pungkas Sardaiman.

(vic/tribunmedan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved