Sosok Yori Antar, Pria yang Bertugas Merancang Pembangunan Danau Toba
Mengembangkan Danau Toba, sebut dia, bukan tanpa tantangan. Seperti di kawasan Parapat, Kabupaten Simalungun.
Arsitek monumen Yori Antar menjelaskan monumen yang dibuat dari keramik dan baja ini memiliki tiga misi; monumen kesedihan, monumen peringatan, dan monumen landmark kawasan.
Yori mengungkapkan berbagai makna yang terkandung dari monumen tersebut. Pria yang juga merancang Monumen Kapsul Waktu di Marauke ini menjelaskan kapal dengan warna transparan di puncak memiliki makna mengantarkan jiwa-jiwa ke tempat abadi. Warna hitam yang terdapat di dinding memiliki makna duka cita.
Yori menyebut rangka kapal yang berada di puncak monumen sebagai Kapal Arwah.
"Ini sekadar menggambarkan siluet. Ini kita sebut kapal arwah mengantarkan jiwa-jiwa menuju ke tempat yang abadi. Makanya kami buat transparan. Kita lihat dari bawah seperti ada dan tiada. Nyaris enggak ada. Kalau malam nyala. Nyalanya transparan," ujarnya.
Selain itu, pada monumen juga diletakkan motif ulos Simalungun.
Ia memastikan monumen ini memiliki nilai estetika sehingga dapat menjadi lokasi wisata religi atau ziarah.
"Ini kan bukan setahun dua tahun. Kami berharap ini ada terus. Makanya material awet. Kemarin diminta secepat mungkin,"ujarnya.
Monumen ini menampilkan daftar 164 korban jiwa yang meninggal pada tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun pada Juni 2018.
Rangka kapal yang berdiri di atas juga mengarah kepada lokasi tenggelamnya kapal.
Pada dinding monumen terdapat kronologis kejadian dan pada teras monumen terdapat anak tangga dengan ukuran kecil dan besar.
Suasana haru bercampur tangis menyelimuti penaburan bunga. Banyak keluarga korban yang pingsan saat penaburan bunga. Peresmian dibuka dengan doa oleh pendeta, pastor, dan ulama. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Yori Antar Rancang KSPN Danau Toba Lebih Futuristik Berkarakter Lokal "