News Video
(LAGI) GMKI Geruduk Kantor Gubernur Sumut
GMKI Medan meminta kepada pemerintah agar menindaktegas perusahaan yang selama ini telah melakukan pencemaran Danau Toba
Penulis: Satia | Editor: Hendrik Naipospos
TRIBUN MEDAN.COM - Massa GMKI Medan kembali menggeruduk Kantor Gubernur Sumatera Utara, Rabu (31/7/2019).
Tuntutan mereka masih sama, yakni menginginkan penuntasan pencemaran lingkungan di Danau Toba.
"Kami GMKI hari ini datang untuk menyuarakan aspirasi masyarakat Sumut. Yang menjadi konsen kami menjaga kelestarian di Danau Toba. Apalagi yang katanya mau menjadikan tempat wisata internasional," kata koordinator aksi, Hendra Manurung.
Pihaknya meminta kepada pemerintah menindaktegas perusahaan yang selama ini telah melakukan pencemaran di danau.
"Pemerintah harus tegas, apa yang bisa dilakukan untuk menuntaskan masalah Danau Toba," katanya.
Sebelumnya, puluhan massa ini sempat merubuhkan pagar Kantor Gubernur, karena tidak diizinkan untuk masuk bertemu dengan Edy Rahmayadi.
LAMPU MERAH DARI LUHUT
Pemerintah pusat sedang serius menata Danau Toba, uang Rp 3,5 triliun akan digelontorkan untuk melakukan pengembangan daerah wisata Tanah Batak.
Teranyar, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan menyebut tidak akan memperpancang izin perusahaan perusak lingkungan.
Kepada wartawan www.tribun-medan.com, Luhut bahkan blak-blakan menyebut nama perusahaan yang mendapat lampu merah.
Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan memastikan akan mengkosongkan keramba jaring apung (KJA) perusahaan yang berada di perairan Danau Toba.
"Presiden sudah sampaikan. Tidak bagus untuk pariwisata, kita kosongkan," ujarnya di sela-sela kegiatan mendampingi Presiden Jokowi meninjau Tano Ponggol di Kabupaten Samosir, Rabu (31/7/2019).
Izin perusahaan yang tak diperpanjang PT Aquafarm Nusantara atau yang sudah berganti nama menjadi Regal Springs Indonesia, Japfa, PT Toba Pulp Lestari (TPL) dan Alegrindo.
Ia mengatakan berdasarkan hasil kajian ahli dari Finlandia semua perusahaan itu dapat mencemari Danau Toba dan mengurangi keindahan Danau Toba.
"Hasil studinya ada profesor dari Finlandia. Pokoknya kita gak ada urusan sama siapa pun. Sudah 40 tahun mereka bermain di sini. Sudah cukuplah. Ini kan pariwisata. Kalau pariwisata gak bersih gimana orang mau datang," katanya.