Historia
Anggota TNI Tewas Dicangkul, Debat Letjen TNI Ahmad Yani vs PKI, Dikepung Tentara dan Tewas Ditembak
Anggota TNI Tewas Dicangkul, Debat Letjen TNI Ahmad Yani vs PKI, Dikepung Tentara dan Tewas Ditembak
Anggota TNI Tewas Dicangkul, Debat Letjen TNI Ahmad Yani vs PKI, Dikepung Tentara dan Tewas Ditembak
TRIBUN-MEDAN.COM - Anggota TNI Tewas Dicangkul, Debat Letjen TNI Ahmad Yani vs PKI, Dikepung Tentara dan Tewas Ditembak.
//
Perbuatan kejam PKI sempat membuat jenderal TNI Ahmad Yani saat itu geram.
Baca: JADWAL Pertandingan Liga 1: Link Live Streaming PSIS vs Persebaya dan Persela Lamongan vs Arema FC
Baca: TERKINI Video Syur Wanita Seragam PNS Pemprov Jabar, Pejabat Sebut Wanita Bikin Sensasi, Polda Turun
Sebelum sang jenderal diculik, PKI sudah melakukan beberapa aksi yang cukup membahayakan kedaulatan negara
Dilansir dari Sosok.id dalam artikel 'Ketika Jenderal Ahmad Yani Siap Siagakan Kopassus untuk
Melawan PKI : Asah Pisau Komandomu!', PKI pernah meminta kepada pemerintah agar
mempersenjatai buruh dan tani demi kepentingan bela negara.
PKI menyebut jika buruh dan tani dipersenjatai akan menjadi Angkatan Kelima, di luar AD, AL,
AU dan Kepolisian.
Bahkan Perdana Menteri China Chou En Lai ketika itu siap sedia menyuplai 100 ribu pucuk
senjata untuk buruh dan tani Indonesia.
Mengutip Buku Sejarah TNI yang diterbitkan oleh Pusat Sejarah Mabes TNI tahun
2000, permintaan 'nyeleneh' PKI ini berhasil digagalkan TNI AD.
Sebab TNI AD menilai PKI berusaha menunggangi buruh dan tani untuk dijadikan unsur
bersenjata mereka.
Salah satu contoh sudah terpampang dalam peristiwa Bandar Betsy di Simalungun, Sumatera
Utara dimana buruh dan tani simpatisan PKI bergerak menyerobot tanah milik Perusahaan
Perkebunan Negara (PPN).
Baca: Kronologi Tewasnya Perawat Cantik di Kamar Apartemen, Ogah Disetubuhi,Pria Ini Mutilasi Tubuh Korban
Baca: Deretan Tempat Wisata di Indonesia yang Sangat Sulit Dikunjungi, Ada Pulau Siroktabe di Sumut
Bahkan seorang anggota TNI Pelda Soedjono yang sedang melaksanakan tugas untuk
pengamanan, mati dicangkul simpatisan PKI saat peristiwa itu.
Baca: JADWAL Pertandingan Liga 1: Link Live Streaming PSIS vs Persebaya dan Persela Lamongan vs Arema FC
Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani marah mengetahui aksi barbar PKI itu.
"Bisa timbul anarki dalam negara kalau kasus ini dibiarkan!" ujar Ahmad Yani marah.
Saat menghadiri HUT Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD/Kopassus) tanggal 15 Juli
1965 di Jakarta, jenderal TNI itu masih dongkol dengan PKI.

Di depan hadapan para prajurit Korps Baret Merah, Yani berpesan agar Kopassus selalu siap
siaga menghadapi PKI yang makin keterlaluan.
"RPKAD harus tetap memelihara kesiapsiagaan yang merupakan ciri khasnya dalam keadaan
apapun, terutama dalam keadaan gawat ini. Asah pisau komandomu, bersihkan senjatamu,"
tegas Yani.
Tiga bulan usai Yani berpidato di HUT RPKAD, G30S/PKI meletus.
Ahmad Yani dijadikan target utama karena ia merupakan pemimpin tertinggi di
lingkungan TNI AD saat itu.
Ahmad Yani Bersimbah Darah
Jenderal TNI Ahmad Yani sempat berdebat sengit saat rumahnya di kepung tentara yang
ternyata antek PKI
Namun, perdebatan itu justru membuat sang jenderal bersimbah darah karena ditembak oleh
para tentara tersebut
Dilansir dari Sosok.grid.id dalam artikel 'Kala Anak Ahmad Yani Kisahkan Detik-detik
Mendebarkan G30S/PKI, Irawan Sura Eddy: Pak Bangun Pak, Ada Tjakrabirawa Mencari Bapak',
tragedi ini terjadi di Jalan Lembang, Jakarta pada Jumat (1/10/1965)
Rumah yang ditinggali oleh Panglima Angkatan Darat kala itu, Letnan Jenderal Ahmad Yani
menjadi saksi bisu peristiwa berdarah yang pernah terjadi di Indonesia.

Putra Ahmad Yani, Irawan Sura Eddy kala itu berusia 7 tahun terbangun dan mendapati ia
sendirian kemudian bergegas mencari ibundanya.
Baca: Cinta tanpa Syarat, Bocah 11 Tahun Kerja Keras Jual Sayur demi Pengobatan Adik, Donor Sumsum Tulang
Tetapi sang ibunda tak ada, karena sedang berada du rumah lainnya di Jalan Taman Surapati.
Maka ia membangunkan Mbok Mirah, pembantu dirumah Ahmad Yani kala itu untuk
menemaninya duduk di ruang keluarga belakang.
Eddy ingin menunggu sang ibu pulang kerumah agar bisa melanjutkan tidur malamnya.
Detik selanjutnya, terdengar suara gaduh dari tempat penjagaan rumah dinas
Panglima Angkatan Darat tersebut.
Heningnya malam itu terpecah oleh kegaduhan tersebut oleh kedatangan sepasukan tentara
tak dikenal dengan cepat masuk ke halaman rumah.
Dalam buku "Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966", menuliskan bagaimana tentara yang
berseragam Cakrabirawa dengan senjata lengkap tersebut datang ke rumah sang Jenderal.
Tentara yang dipimpin Pembantu Letnan Satu Mukidjan dan Sersan Raswad segera masuk ke
dalam rumah melalui belakang.
Pintu belakang rumah sengaja tak dikunci sebab Nyoya Yayu Rullah Ahmad Yani belum pulang
ke rumah.
Sepasukan tentara tersebut segera bergerak mengepung rumah dari segala penjuru.
Bertemulah anggota tentara tersebut dengan Eddy dan Mbok Milah yang kala itu sedang duduk
di ruang belakang dan tak jauh dari pintu belakang rumah.
Mereka pun bertanya keberadaan ayah dari bocah berusia tujuh tahun tersebut.
"Bapak masih tidur", jawab Mbok Milah, dikutip dari buku "Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966".
Dengan mengatasnamakan perintah presiden Soekarno untuk segera menjemput Ahmad Yani,
mereka meminta agar sang jenderal segera dibangunkan.
Pembantu rumah tangga tersebut terdiam dan tak beranjak dari tempat duduknya.
Tentara-tentara itupun meminta Eddy untuk membangunkan sang ayah yang masih terlelap
dalam tidurnya.
Dengan menggoyangkan kaki ayahnya tersebut bocah laki-laki itu membangunkan ayahnya
sembari berkata, "Pak bangun pak. Ada Tjakrabirawa mencari bapak. Bapak diminta datang ke Istana".
Ahmad Yani perlahan membuka mata dan bertanya ada apa sepagi ini ada tentara datang
mengganggu istirahatnya.
Sang Jenderal melihat melalui jendela kaca yang menghubungkan ruang makan dengan ruang
belakang.
Ternyata pasukan tersebut telah masuk ke dalam rumah dan siap siaga membawa senjata
yang mereka genggam.
Eddy dengan perasaan takut langsung berlari ke ruang belakang dan berdiri di dekat kolam ikan.
Dari tempat ini ia bisa mendengar jelas percakapan antara Jenderal dengan prajurit-prajurit tersebut.
Panglima Angkatan Darat itupun mendekati tentara-tentara yang telah memenuhi rumahnya.
Perdebatan sengit pun terjadi hingga kemarahan Ahmad Yani terdengar oleh Eddy
Beberapa saat kemudian tembakan pun terdengar, membuat Sang Jenderal tersungkur di
lantai ruang makan kediamannya tersebut.
Sontak saudara-saudara Eddy terbangun dan keluar ke ruang makan, mereka mendapati
ayahnya tengah diseret dan bersimpah darah.
Salah satu dari tentara tersebut membentak saudara-saudara Eddy untuk masuk kembali ke
kamar masing-masing.
Mereka diancam akan ditembak kalau tak mengindahkan perintah tersebut.
Dini hari pukul 04.00 1 Oktober 1965 menjadi peristiwa yang tak dapat dilupakan oleh Irawan
Sura Eddy atas meninggalnya ayahandanya.
Baca: KPK TERKINI - Menguak Aliran Dana Suap Menpora Imam Nahrawi, Siapa Saja Terlibat? Keluarga Kaget
Baca: Zakir Tak Ditilang Polisi meskipun Tidak Memakai Helm saat Berkendara, Ini Sebab Pengecualian
(*)
Baca: Penyelidikan Polisi Terkini Setelah Viral Video Panas Wanita Berseragam PNS Durasi 2 Menit 20 Detik
Artikel ini telah tayang di surya.co.id
Baca: WHATSAPP TERKINI: Cara Mudah Unduh Facebook Messenger Stiker di Whatsapp, Fitur Baru Beda di WA
Anggota TNI Tewas Dicangkul, Debat Letjen TNI Ahmad Yani vs PKI, Dikepung Tentara dan Tewas Ditembak