Ekspor Perikanan Vietnam Kalahkan Indonesia, Padahal Hasil Laut Indonesia Jauh Lebih Besar, Kenapa?
Kekalahan ekspor ikan Indonesia atas Vietnam membuat bertanya-tanya. Pasalnya, hasil laut Vietnam jauh lebih sedikit ketimbang Indonesia.
Mengapa 75 persen fasilitas belum tersertifikasi?
"Karena dulu biasanya kita bikin coldstorage yang bisa simpan-menyimpan saja, enggak berpikir jual langsung ekspor. Jadi harus punya sertifikasi kalau ke Asia," ungkap Risyanto.
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Nelayan melakukan bongkar muat ikan tuna hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (4/12/2018). Volume ekspor tuna Indonesia seperti dikutip dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, mencapai 198.131 ton dengan nilai 659,99 juta dollar AS pada tahun 2017.
Untuk itu, dia pun mengejar sertifikasi hingga akhir tahun ini, dari 4 fasilitas yang tersertifikasi menjadi 8 fasilitas. Ini merupakan salah satu cara untuk mengalahkan Vietnam dalam ekspor ikan.
Sebetulnya kata Risyanto, mendapat sertifikasi bukanlah hal yang sulit mengingat sudah banyak fasilitas pengolahan ikan yang telah tersedia.
Hanya saja, perlu adanya konsistensi pelayanan yang baik, mulai dari awal hingga akhir proses pengolahan.
"Untuk dapat culture analytical critical control poin A itu setengah mati. bukan masalah fasilitasnya yang susah, tapi konsistensi mulai dari menerima ikan, membersihkan, sampai proses penyimpan ini kan harus bagus. Nah ini kita masih lemah di sini," kata dia.
Selain mengejar sertifikasi, Perum Perindo bakal mengintegrasikan operasi kapal untuk menyebarnya di beberapa titik yang paling potensial, termasuk produksi budidaya di hulu.
Pun merekrut tenaga kerja yang ahli dibidangnya, sekaligus memberikan pelatihan dan memperkuat SOP.
"Karena SDM bagus tanpa sop yang kuat di lapangan tidak akan kuat. Kita lagi implementasikan ini juga dalam dua tahun ini, sekarang proses di pelabuhan sudah kita digitalkan. Proses perdagangan dan yang lain juga kita perkuat, tentu harus didukung monitoring di lapangan," sebutnya.
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Pekerja melakukan timbangan ikan tuna di Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (4/12/2018). Volume ekspor tuna Indonesia seperti dikutip dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, mencapai 198.131 ton dengan nilai 659,99 juta dollar AS pada tahun 2017.
Target ekspor 2019
Terkait target ekspor, Perum Perindo menargetkan nilai ekspor hingga 22 juta dollar AS hingga akhir tahun 2019.
Risyanto optimistis target tersebut bisa tercapai di tahun 2019, meski serapan ekspor masih di angka 40 persen.
Artinya, masih ada sisa 60 persen yang belum mampu terserap.
"Karena perikanan itu memang musiman, jadi Januari sampai April memang produksi slow down, karena mengandalkan tangkapan laut. Tapi 4 bulan ke depan akan kami genjot produksi," ucapnya.
Terlebih lanjut dia, masa-masa di semester II dan akhir tahun merupakan musim panen ikan. Pun permintaan pasar dari luar negeri sudah membeludak sehingga semua proses perlu dioptimalkan.


