Menteri Agama Lukman Hakim dan Ketua Umum GP Ansor Bertemu Paus Fransiskus di Vatikan, Ini Pesannya
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sempat bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan
Menteri Agama RI mengungkapkan bahwa Piagam Persaudaraan Kemanusiaan yang ditandatangani oleh Sri Paus dan Grand Syaikh Al-Azhar di Abu Dhabi UEA sungguh membahagiakan dan menentramkan.
Dalam kesempatan itu, Menag Lukman memberikan cenderamata berupa Plakat Kementerian Agama yang ditandatangani olehnya kepada Paus Fransiskus.
///
TRIBUN-MEDAN.COM - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sempat bertemu dengan Paus Fransiskus yang tengah menggelar audiensi umum di lapangan Santo Petrus Vatikan, Rabu (2/10/2019).
Seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Agama, Lukman sempat bersalaman dan berdialog singkat dengan Sri Paus Fransiskus.
Menag menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia amat bersyukur dan berterima kasih ada salah satu putra terbaik Indonesia diberi kepercayaan sebagai Kardinal.
Ia adalah Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmojo.
Menag juga mengungkapkan bahwa Piagam Persaudaraan Kemanusiaan yang ditandatangani oleh Sri Paus dan Grand Syaikh Al-Azhar di Abu Dhabi sungguh membahagiakan dan menentramkan.
Baca: Paus Fransiskus ke UEA, Sekolah Diliburkan Sehari, Cetak Sejarah Baru Persaudaraan dan Toleransi
Baca: Dewi Muslimah Indonesia Berjabat Tangan dengan Paus Fransiskus: Doakan Saya dan Perdamaian Indonesia
Baca: Presiden Irak Barham Saleh Kirim Undangan Resmi kepada Paus Fransiskus Agar Mengunjungi Negaranya
Baca: PERTAMA DALAM SEJARAH, Paus Fransiskus Kunjungi Semenanjung Arab, TONTON VIDEONYA. .
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat bersalaman dengan Sri Paus Fransiscus di Vatikan. (Instagram Pope Francis)
Ia juga menyampaikan kepada Paus bahwa Indonesia terus menggaungkan Moderasi Beragama bagi setiap umat beragama guna membangun peradaban bersama.
Dalam kesempatan itu, Menag memberikan cenderamata berupa Plakat Kementerian Agama yang ditandatangani olehnya kepada Paus.
Sementara Paus memberi memberi medali perak yang berlogo Negara Vatikan.
Sementara itu, Paus Fransiskus dalam akun Instagram resminya mengunggah foto-foto saat ia menggelar audiensi umum.
Salah satu foto yang diunggah adalah saat ia bersalaman dengan Lukman.
Menag tiba di Roma Selasa (1/10/2019) siang, pukul 13.00 waktu Roma, setelah menempuh penerbangan selama 15 Jam dari Jakarta.
Menag menjalani sejumlah kegiatan selama beberapa hari di Vatikan.
Selain menghadiri audiensi umum dengan Paus Fransiskus di lapangan Santo Petrus Roma.
Menag juga melakukan napak tilas ke Asisi, bertemu dengan Presiden Pontifical Council for Interreligious Dialogue (PCID) atau Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Tahta Suci Vatikan.
Termasuk mengunjungi Museum Vatikan yang di dalamnya ada Indonesia Corner.
Menag juga dijadwalkan akan bertemu dengan Imam Besar dan Pengurus Masjid Raya Roma dan berdiskusi dengan masyarakat Indonesia di KBRI Roma.
Terakhir, Menag akan menghadiri pelantikan Kardinal di Basilika Santo Petrus Vatikan.
GP Ansor Jumpa Paus; Kampanye perdamaian Islam yang ramah

Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas berkesempatan menghadiri Audiensi Umum dan bertemu langsung dengan Paus Fransiskus di lapangan Santo Petrus, Vatikan pada Rabu (25/9/2019).
Dirinya memimpin rombongan GP Ansor ke Vatikan bersama Ketua PW GP Ansor Jawa Tengah H Sholahuddin Aly mendampingi Katib Aam Syuriah PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
Kedatangannya tersebut tentunya dengan membawa misi sosialisasi dan kampanye perdamaian Islam yang ramah.
"Misinya yakni mendukung dokumen Human Fraternity for World Peace and Living Together yang didengungkan Paus Fransiskus dengan Grand Syech Al-Azhar," ujarnya saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon.
Selain itu, lanjut Gus Yaqut, juga menyampaikan dokumen "GP Ansor Declaration on Humanitarian Islam" yang berisi tentang misi kemanusiaan.
"Yakni memuat seruan untuk membangun konsensus global demi mencegah dijadikannya agama, khususnya Islam, sebagai senjata politik dan memupus maraknya kebencian komunal melalui perjuangan untuk mewujudkan tata dunia yang ditegakkan di atas dasar penghormatan terhadap kesetaraan hak dan martabat bagi setiap manusia," jelasnya.
Dalam kesempatan bertemu langsung dengan Paus Fransiskus paska Audiensi Umum, Gus Yaqut menyampaikan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia di mana GP Ansor turut berkontribusi memeliharanya.
Termasuk dalam menjaga kegiatan keagamaan Umat Katolik di Indonesia.
"Paus Fransiskus dalam pesan singkatnya menyampaikan agar umat beragama selalu menjaga persaudaraan. “Saya doakan Anda. Anda doakan saya. Kita bersaudara”, demikian pesan Paus," terangnya.
********
"Memang ada orang-orang yang curiga, lalu menuduh dan menilai saya sudah dikristenisasi. Ada juga yang mengkritisi karena saya salaman dengan yang bukan muhrim. Saya tunjukkan saja bahwa pertemanan saya dengan orang Kristen atau agama apapun, tidak akan menggoyahkan keimanan saya pada Islam."
----Dewi Praswida, Mahasiswi dari Semarang---
Sebelumnya, Dewi Praswida, mahasiswa sebuah universitas di Semarang yang sedang menyelesaikan program beasiswa di Vatikan, tidak menyangka jika pertemuannya dengan Sri Paus Fransiskus akan mendunia.
Diwawancarai VOA sehari setelah tiba di tanah air, Dewi mengatakan apa yang dipelajarinya membuat ia semakin yakin bahwa perbedaan iman bukan sekat untuk saling bersaudara.
Dewi Praswida, yang kelahiran Semarang tahun 1996, sudah pernah bertemu Paus Fransiskus tahun lalu dalam sebuah pertemuan orang muda sedunia di Vatikan.
Tetapi pertemuan kali ini begitu berkesan.
Selain karena ia baru saja menyelesaikan program beasiswa dari Nostra Aetate Foundation yang semakin membuka matanya tentang pentingnya dialog lintas agama saat ini, Dewi baru mendapat semacam tiket untuk bisa datang ke pertemuan dengan Paus beberapa jam sebelum acara itu.
“Saya presentasi terakhir di Dewan Kepausan Untuk Dialog Lintas Agama hari Selasa (25/6/2019), ini bagian tugas akhir masa studi saya.
Hingga setelah makan siang, tiket untuk bertemu Paus belum juga dikirim ke kantor Dewan Kepausan.
Karena selepas makan siang dan kantor tutup jam 5 maka harapan bertemu Paus sangat sedikit.
Jadi setelah makan siang, saya putuskan pulang naik bis, eh ternyata di tengah perjalanan Romo Markus WA saya bahwa tiketnya datang. Saya bersyukur sekali,” ujar Dewi.
Sejak malam Dewi sudah berlatih menghafal apa yang akan disampaikannya kepada Paus dalam bahasa Italia.
“Sebenarnya hafalan dalam bahasa Italia yang sudah saya siapkan itu isinya adalah mengucapkan terima kasih karena mendapatkan beasiswa dari pemerintah Vatikan, dan saya ingin mengatakan agar Paus tetap semangat membangun dialog lintas agama.
Tetapi entah mengapa begitu bertemu, saya terkesima dan semua itu tidak keluar. hehehehe.. Yang keluar justru bahasa Inggris : “Saya Dewi, Muslim dari Indonesia, tolong doakan saya dan perdamaian di Indonesia.”
Dan Paus menjawab pelan-pelan dalam bahasa Inggris “ya tentu saya doakan,” papar Dewi selanjutnya.

Foto Dewi, yang dengan dua tangan menggenggam erat tangan Paus dalam pertemuan hari Rabu (26/6/2019) lalu, mendunia.
Ia dinilai benar-benar mewakili dialog lintas agama yang ditekuninya sejak bergabung bersama jaringan Gusdurian dan kelompok persaudaraan lintas agama beberapa tahun terakhir ini.
‘’Saya mengikuti jaringan Gusdurian dan persaudaraan lintas agama karena saya melihat Indonesia yang tadinya beragam, akhir-akhir ini sedikit berubah.
Ada pihak yang selalu merasa dirinya paling benar. Nah saya jadi tertarik ingin membangun jembatan," ujarnya.
"Mungkin niat saya terlalu ketinggian yaa, tapi saya ingin sekali mengurangi kecurigaan-kecurigaan yang akhirnya membuat orang mudah menghakimi dan berujung pada kebencian,” dia menambahkan.
Selepas menyelesaikan pendidikan strata satu di Universitas Negeri Semarang, Dewi melanjutkan pendidikan strata dua di Unika Soegijapranata di kota yang sama.
Meskipun fokus studinya pada isu lingkungan dan perkotaan, Dewi tertarik mempelajari lebih jauh tentang dialog lintas agama.
Berbekal rekomendasi dari Keuskupan Agung Semarang dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), ia mengajukan permohonan beasiswa ke Nostra Aetate Foundation di Vatikan.
Kondisi di Indonesia Beberapa Tahun Terakhir, Memicu Ketertarikan Studi Lintas Agama
Selama kurang lebih enam bulan, sejak Februari lalu, Dewi belajar tentang berbagai hal terkait studi lintas agama.
“Beasiswa itu fokus untuk dialog lintas agama, tetapi kita diberi keleluasaan untuk mengambil mata kuliah tersendiri.
Saya memilih mata kuliah seperti Sejarah Agama-agama Besar Dunia, Theology in Contrast – yang mempelajari perbedaan pandangan melihat satu peristiwa dari agama berbeda, misalnya soal turunnya wahyu yang dikaji dari sudut pandang Islam dan Kristen.
Ini menarik bagi saya dan banyak hal baru yang saya pelajari. Karena difasilitasi oleh pemberi beasiswa dan di sana itu pusat Katholik dunia, maka saya juga tertarik ambil mata kuliah yang berkaitan dengan keKhatolikan.
Saya ingin sekali mengetahui persis pandangan mereka sehingga dapat menepis kecurigaan yang sering ada dari masing-masing kalangan.”
Diwawancarai VOA Minggu malam (30/6/2019) lalu, sehari setelah tiba di tanah air, Dewi mengisahkan bagaimana ia kerap belajar satu kelas dengan sejumlah Pastor (Romo/Biarawan) dan Suster (Biarawati) Katholik, yang akhirnya justru menjadi teman baiknya.
“Nah ada satu kelas di Theology in Contrast di mana semuanya Pastor dan hanya ada tiga perempuan, di mana dua orang di antaranya adalah Suster (Biarawati) dan satunya ya saya!
Bahkan pernah pada suatu hari kedua teman suster saya tidak hadir dan saya sendirian di kelas, diantara teman-teman pastur yang semuanya berjubah hitam.
Tetapi mereka semua sangat baik pada saya. Jadi saya menilai mereka sebagai teman kuliah, yang hanya saja mengenakan seragam berbeda. Itu saja.”
Tak Sedikit yang Mengkritisi Studi & Pertemuan dengan Paus
Dewi menyadari bahwa tidak semua orang dapat memahami pilihan studi yang ditekuninya. Apalagi setelah kemudian foto pertemuannya dengan Paus Fransiskus mendunia.
Ia menyampaikan hal itu dengan lirih pada VOA.
“Memang ada orang-orang yang curiga, lalu menuduh dan menilai saya sudah dikristenisasi. Ada juga yang mengkritisi karena saya salaman dengan yang bukan muhrim.
Saya sebenarnya ingin meluruskan mereka, menjawab hal itu dengan apa yang saya tahu dan pelajari. Tapi saya tidak ingin bertengkar dengan teman karena bisa jadi perselisihan panjang, mereka lebih ngeyel. Saya tidak ingin begitu, jadi saya biarkan saja.
[Dalam konteks itu, bagaimana kita bisa menjadi jembatan dan membangun dialog ketika tahu persis pandangan kita bakal memicu perdebatan panjang?]
“Saya tunjukkan saja bahwa pertemanan saya dengan orang Kristen atau agama apapun, tidak akan menggoyahkan keimanan saya pada Islam.
Menurut saya dengan menunjukkan hal itu jauh lebih efektif dibanding saya berusaha menjelaskan panjang lebar dan akhirnya berujung jadi perselisihan. Dengan demikian kita bisa menunjukkan bahwa perbedaan iman bukan sekat untuk bersaudara,” pungkasnya. (*)
Baca: Terkait Kerusuhan Aksi Unjuk Rasa di Jakarta, 1.489 Orang Ditangkap, 380 Telah Ditetapkan Tersangka
Sebagian telah tayang di Kompas.com dengan judul: Bertemu Paus di Vatikan, Ini yang Disampaikan Menag Lukman dan Bertemu Paus Fransiskus, GP Ansor Bawa Misi Perdamaian Islam ke Vatikan dan di Tribunnews.com dengan judul Kisah Dewi, Mahasiswi Asal Semarang yang Fotonya Mendunia Karena Salaman dengan Paus / Sumber: VOA