Ngopi Sore
Send In The Clowns: Bagaimana Seorang Bandit Lahir
Dalam kondisi-kondisi tertentu, dalam kemarahan dan kesedihan dan kesakitan yang sudah tak lagi tertahankan, Arthur lepas kendali.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Kawan sepermainan. Orang-orang yang lebih tua. Termasuk dari Sophie Dumond, ibunya. Arthur juga mengidap penyakit saraf.
Kompilasi siksaan fisik dan mental ini sedikit banyak mengganggu perkembangan jiwanya. Dalam kondisi-kondisi tertentu, dalam kemarahan dan kesedihan dan kesakitan yang sudah tak lagi tertahankan, Arthur lepas kendali. Dan ia akan tertawa seliar-liarnya, segila-gilanya.
Satu hari, satu momentum yang disangka Arthur akan mengubah hidupnya, justru memelantingkannya ke dalam kubang kemarahan, kesedihan, dan kesakitan, yang paripurna.
Seketika, cara pandang Arthur terhadap hidup dan kehidupan yang ia jalani berubah. Tidak ada lagi kesabaran. Tidak ada lagi kepasrahan.
Arthur sampai pada titik kesadaran betapa kesabaran dan kepasrahannya selama ini hanya menempatkannya pada posisi tertindas dan terhina.

Bahkan ironis, para penindas dan penghina ini justru datang dari dekat-dekat dia. Randall, rekannya sesama komika. Juga Murray Franklin, presenter acara komedi yang dipuja Arthur sebagai idola. Juga ibunya tentu saja.
Arthur pun secara sadar mengubah diri jadi represif. Tawanya subversif. Sikapnya berubah jadi teror. Dari sosok humoris yang menderita dan menyimpan nestapa, sosok yang tak pernah tega menyakiti orang lain, Arthur menjelma Joker dan jadi ancaman bagi siapapun.
Ia membekap ibunya dengan bantal sampai kehabisan nafas.
Ia menusuk mata Randall dengan gunting lantas menghantamkan kepalanya ke tembok. Arthur tertawa saat darah dari kepala Randall yang pecah muncrat membasahi wajah dan tubuhnya.
Ia menembak Murray Franklin. Tak tanggung, Arthur menembaknya dalam acara yang dipancarluaskan secara nasional.
Tiga orang tak dikenal yang mengeroyoknya di gerbong kereta api bawah tanah juga dihabisinya dengan membabi buta.
Begitulah seorang bandit lahir dari rahim konspirasi masyarakat yang sok moralis padahal brengsek.
Seorang bandit tumbuh dari paranoia masyarakat yang menjunjung tinggi kesopansantunan padahal bajingan.
Dan saat Arthur, sebagai Joker, menarikan gerak-gerak badut dengan iringan suara Frank Sinatra yang menyanyikan 'Send In The Clowns'; lagu yang tidak berkorelasi dengan badut dalam arti sebenarnya, tiba-tiba saya teringat Wiji Thukul. Teringat sepotong larik puisinya yang kesohor itu.
Dalam artinya yang lain, "apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversif dan mengganggu keamanan", maka berhati-hatilah.
Ketertekanan; kemarahan dan kesedihan dan kesakitan, yang memuncak dirasakan rakyat akan mengubah mereka menjadi Joker, sebuah ambiguitas yang merayakan kebencian dengan caranya sendiri.(t agus khaidir)