Bekerja di NASA, Hakeem Ungkap Kemungkinan Besar Ada Kehidupan Lain selain di Bumi
Dan membayangkan kalau hanya ada satu kehidupan adalah hal yang menggelikan. Sangat mungkin ada kehidupan di tempat lain.
TRIBUN-MEDAN.com - Alam Semesta selalu menyimpan berjuta rahasia yang mengagumkan. Perlu banyak pengalaman, pengetahuan serta penelitian untuk menemukan berbagai hal menarik di dalamnya.
Menghimpun berbagai pertanyaan menarik seputar Alam semesta tersebut, Dr. Hakeem M. Oliseyi, seorang profesor Fisika dan Luar Angkasa dari Florida Institute of Technology yang juga menjabat sebagai Space Science Education Lead di National Aeronautics and Space Administration (NASA) sambangi Medan, adakan Space Talk di Clapham Collective Komp. Ruko Centre Point Medan Jalan Timor Blok G No. III/IV, Jumat (11/10/2019).
Hakeem mengatakan ia tiba di Indonesia pada tanggal 28 September lalu, dalam rangka Speaker Program yang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat. Selama dua minggu Ia telah mengunjungi LAPAN, sekolah, universitas, pesantren dan mengadakan beberapa seminar publik di Jakarta, Bandung, Solo, Jogjakarta, Surabaya, Pasuruan dan Medan.
"Di Medan saya telah mengunjungi SMA Sutomo 1 dan Chandra Kumala untuk berbicara mengenai Asal Muasal dan Evolusi Semesta. Dan juga berbicara mengenai Sejarah Pemahaman Multikutural Alam Semesta di
Universitas Muhammadiyah dan melihat Obeservatorium yang ada di UMSU," katanya.
Khusus malam ini, masyarakat kota Medan berkesempatan bertanya mengenai antariksa dan luar angkasa secara terbuka kepada Hakeem.
Acara tersebut terbuka umum dan dihadiri oleh sekitar 70 orang dari berbagai kalangan, dari anak-anak hingga dewasa.
Puluhan pertanyaan tentang Alien, Lubang Hitam, Perjalanan waktu hingga bagaimana rasanya bekerja di NASA dijawab Hakeem secara jelas, santai dan dipenuhi gelak tawa.
Seorang peserta kemudian bertanya kepadanya. Hakeem selaku orang yang bekerja di NASA, apakah percaya bahwa ada kehidupan lain selain di bumi, meskipun hingga saat ini manusia belum menemukan fakta yang empirik.
"Di luar sana ada 400 milyar bintang galaksi, triliunan galaksi, dan lainnya. Dan membayangkan kalau hanya ada satu kehidupan adalah hal yang menggelikan. Sangat mungkin ada kehidupan di tempat lain. Tetapi di dunia ini kita percaya apa yang kita lihat. Sejauh ini kita tidak melihat adanya kehidupan. Tetapi saya pribadi percaya bahwa kehidupan itu ada," katanya.
Ia mengajak para peserta agar senantiasa menggali ilmu pengetahuan sebanyakmungkin serta menambah pengalaman sebanyak-banyaknya. Sehingga jika adanya suatu isu tidak ditelan bulat-bulat, namun diselingi dengan analisis, pengetahuan dan pengalaman.
"Sebelum tahun 1990 kita tidak mengetahui bagaimana bintang dibentuk. Tapi kita selalu tahu bahwa planet itu terbentuk dari bintang yang ditinggal atau rusak. Nah oleh karena itu kita tidak bisa mengatakan sebelum 1990 bahwa kehidupan itu ada. Tapi kalau misalnya disini kehidupan itu ada, maka kehidupan itu ada," jelasnya.
Pertanyaan unik lainnya ditanyakan oleh seorang peserta. Ia bertanya jika tidak ada udara di bulan, bagaimana bisa foto NASA saat menyambangi bulan, benderanya terlihat berkibar. Apa yang
menyebabkannya.
"Ada banyak alasan benda itu bisa bergerak, dan harus selalu karena angin. Jadi apabika kita liat kembali apakah bendera itu berdiri tegak, atau berkibar kebawah. Jadi sebenarnya saya tidak tau apa yang menyebabkan bendera itu berkibar, saya harus mengetahui detailnya, tetapi ketika kita meletakkan benda, benda itu akan ada getaran seperti saat saya meletakkan gelas diatas meja gelasnya bergetar," katanya.
Meski demikian Ia mengaku sesuatu yang Ia tau pasti adalah ketika manusia berada di bulan, hal tersebut bukanlah berita hoax. Dan pastinya setiap orang yang mempertanyakan hal tersebut katanya pasti sudah melihat satelit cuaca, dan telah melihat gambar dari pluto.
"Hal yang sulit adalah bagaimana ke luar angkasa. Tapi setelah ke luar angkasa, kita bisa kemanapun," katanya.
(cr21/tribun-medan.com)