Alasan Bimbingan Perkawinan, Sebanyak 2 Juta Pengantin Baru dan 365.000 Perceraian Setiap Tahunnya

Di Indonesia, ada 2 juta pasangan pengantin baru dan 365.000 pasangan yang bercerai setiap tahunnya.

Editor: AbdiTumanggor
KOMPAS.com / ABDUL HAQ
ILUSTRASI PERKAWINAN - Mempelai pria tengah memasangkan cincin kawin ditengahi penghulu usai ijab kabul digelar antara kakek 70 tahun dengan gadis 25 tahun di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Sabtu, (22/4/2017) lalu. 

Bimbingan perkawinan dibutuhkan setiap pasangan calon pengantin karena angka pernikahan dan perceraian yang cukup tinggi.

Di Indonesia, ada 2 juta pasangan pengantin baru dan 365.000 pasangan yang bercerai setiap tahunnya.

////

TRIBUN-MEDAN.COM – Anggota Tim Pedoman Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin kementerian Agama (Binwin Catin Kemenag) Alissa Wahid menjabarkan pentingnya bimbingan pernikahan diikuti oleh pasangan calon pengantin.

"Kita harus kembali ke tujuannya, tujuannya adalah membekali calon pengantin untuk mengelola kehidupan perkawinannya," kata Alissa usai bertemu dengan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, Selasa (19/11/2019).

Alissa mengatakan, bimbingan perkawinan dibutuhkan setiap pasangan calon pengantin karena angka pernikahan dan perceraian yang cukup tinggi.

Di Indonesia, ada 2 juta pasangan pengantin baru dan 365.000 pasangan yang bercerai setiap tahunnya.

Penyebab perceraian antara lain soal konflik berkepanjangan.

Oleh karena itu, dalam pembekalan atau bimbingan pernikahan, menurut Alissa, akan dibahas bagaimana pasangan mengelola hubungan.

"Jadi diajarkan mengelola kehidupan, mengelola hubungan, bagaimana memenuhi kebutuhan bersama, bagaimana prinsip kesetaraan dan kerja sama kesalingan itu juga muncul," kata dia.

Selain itu, dalam pimpinan itu pun akan diberi materi mengenai kekerasan dalam rumah tangga.

"Bagaimana kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) itu dihindarkan dengan komunikasi yang lebih baik," ucap dia.

Hal lain yang diajarkan dalam bimbingan pranikah yakni tentang kesadaran diri dengan kebutuhan dan karakter diri sendiri, sadar kebutuhan dan karakter pasangan, mampu mengelola dirinya sendiri, dan mengelola hubungannya.

"Dengan demikian persiapan berkeluarganya jadi lebih baik. Ketika dia merencanakan kelahiran anaknya, misalnya dia bisa mengukur apa saja yang dia lakukan," kata dia.

Adapun materi-materi lainnya yang akan disampaikan terkait psikologi keluarga, konsep berkeluarga dari kacamata agama, kesehatan keluarga dan kesehatan reproduksi, serta keterampilan komunikasi.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved