PDAM Tirta Malem Utang Rp1 Miliar ke PLN, Listrik Pemasok Air ke Ribuan Pelanggan Diputus
PLN memutuskan aliran listrik ke pompa air Laubawang, karena PDAM Tirta Malem menunggak tagihan listrik sebesar Rp1 miliar.
Penulis: Muhammad Nasrul |
KABANJAHE, TRIBUN - Satu dari lima pemasok air milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem dikabarkan berhenti beroperasi. Pompa air yang berhenti berproduksi tersebut berada di Laubawang.
Penyebabnya adalah tak ada aliran listrik dari PLN untuk mengoperasikan pompa air dengan debit paling besar menyuplai air PDAM Tirta Malem. PLN memutuskan aliran listrik ke pompa air Laubawang, karena PDAM Tirta Malem menunggak tagihan listrik.
Tak tanggung-tanggung, tunggakan yang harus dibayarkan perusahaan milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo tersebut kepada PLN sekitar satu miliar rupiah.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur PDAM Tirta Malem Jonara Tarigan tak menampik informasi tersebut.
Ia mengatakan, tunggakan listrik yang belum dibayar terjadi sejak April lalu.
"Benar, kami memang ada tunggakan ke PLN. Dampaknya, pembangkit kami yang di Laubawang, diputus aliran listriknya," ujar Jonara saat ditemui di Kantor PDAM Tirta Malem, Jalan Jamin Ginting, Kabanjahe, Senin (2/12).
Akibatnya pasokan air ribuan pelanggan PDAM Tirta Malem tersendat. Pasalnya, pompa air yang yang aliran listriknya diputus PLN tersebut merupakan pemasok air dengan debit yang paling besar.
Jonara mengaku, dari lima pompa air milik PDAM Tirta Malem, tiga di antaranya menggunakan sistem gravitasi. Sedangkan dua lagi, menggunakan tenaga listrik, karena harus disedot.
Pompa air yang menggunakan sistem gravitasi adalah Laubengap, Aikpolon, dan Laumelas. Sedangkan yang menggunakan tenaga listrik adalah Laubawang dan Lauberneh.
"Ada memang satu lagi sumber air kita yang pakai listrik, cuma enggak terlalu besar. Tapi, kalau yang di Laubawang itu memang debit airnya paling besar, makanya besar makai listriknya," katanya.
Saat ditanya mengenai penyebabnya, ia mengaku, tidak memiliki dana untuk membayar tagihan listrik yang tertunggak. Sebab, ribuan pelanggan PDAM Tirta Malem menunggak tagihan air. Jumlahnya diperkirakan mencapai lima miliar rupiah.
"Gimana lagi, kami enggak punya dana untuk membayar. Pelanggan kami banyak yang menunggak. Kalau ditotal jumlahnya sekitar lima miliar rupiah. Bahkan, ada pelanggan sejak tahun 2000 belum bayar iuran," ungkapnya.
Ia menambahkan, untuk pompa air Laubawang, mendistribusikan air untuk sekitar 7.000 pelanggan PDAM Tirta Malem di Kecamatan Kabanjahe.
"Yang diputus aliran listrik itu mesin sedot mata air yang di Laubawang. Itu untuk 7.000 pelanggan. Sisanya ada empat mata air lagi yang masih bisa difungsikan," katanya.
Untuk tetap memberikan pelayanan air kepada pelanggan, pihaknya mengoptimalkan empat mata air untuk mendistribusikan air kepada pelanggan.