Begini Cara Medan Commmunity Inovation Program untuk Pecahkan Masalah Lingkungan Kota Medan
Janio menyampaikan pihaknya ingin mewadahi ide-ide kreatif dari generasi muda Kota Medan dapat ditunjukkan dalam sebuah prototype.
Penulis: Alija Magribi |
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Permasalahan lingkungan menjadi agenda penting bagi berbagai kalangan untuk dituntaskan. Tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, masalah lingkungan perlu mendapatkan perhatian kalangan muda Kota Medan untuk dituntaskan dengan gaya pemikiran millenial.
Kali ini, bersama Sustainable Living Lab, salah satu laboratorium penelitian yang berbasis di Singapura di Medan, sejumlah anak muda pemuda dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi berkumpul bersama dalam sebuah program bertajuk Medan Commmunity Inovation Program.
"Sustainable Living Lab (SL2) berfokus untuk membangun solusi yang inovatif untuk sebuah lingkungan, organisasi dan komunitas yang berkelanjutan," ujar Chief Operations Officers Janio Nugraha.
Janio menyampaikan pihaknya ingin mewadahi ide-ide kreatif dari generasi muda Kota Medan dapat ditunjukkan dalam sebuah prototype. Prototype yang dimaksud salah sebuah perangkat pemecah masalah lingkungan yang masih dalam tahap percobaan.
"Jadi di sini, kita sama sama mendengar desain thingking masing-masing peserta. Kemudian kita bantu mereka dengan berbagai alat yang kita miliki untuk mendukung prototype-nya," ujarnya.
SL2 memiliki berbagai alat yang mendukung terciptanya prototype yang bermanfaat bagi lingkungan, seperti perangkat elektronika (sensor), 3D Print dan pemotong laser. Tim SL2 mengajarkan berbagai hal kepada para peserta termasuk bagaimana mengintegrasikan digital dengan karya yang dikerjakan.
Amatan Tribun Medan, Sabtu (7/12/2019) sore, berbagai karya prototype yang dikerjakan tiga tim peserta tergolong unik dan menarik. Ada yang mengusung konsep manajemen berbasis lingkungan, pemanfaatan sampah hingga penggunaan kemasan makanan yang ramah lingkungan.
Para peserta dijaring secara online. Mereka yang terjaring digabung dalam empat group untuk melakukan merancang prototypenya setiap Hari Sabtu, selamat delapan pekan, mulai dari 23 November - 18 Januari 2020.
Pada pekan pertama, mereka diberikan pemahaman dan pengenalan berbagai alat yang nantinya mendukung ide-ide mereka dikonversi menjadi prototype.
"Kemudian di minggu kedua, mereka kita berikan waktu untuk mencari masalah umum Kota Medan, melakukan observasi, merumuskan masalah hingga menyepakati prototype apa yang dikerjakan, sesuai dengan manfaatnya nanti," ujar Janio.
Pada pekan ketiga hingga pekan ketujuh, para tim peserta mulai merancang prototype mereka sendiri dengan memanfaatkan peralatan SL2. Mereka akan dibimbing oleh tenaga mekanik yang membantu berdiskusi terkait kesulitan-kesulitan apa dalam merancang prototypenya.
"Pada pekan terakhir atau pekan ke delapan, hasil prototype mereka akan kita minta dipresentasikan kembali. Nah, kita akan pilih yang terbaik untuk kita presentasikan ulang ke Pemerintah Provinsi maulupun Kota Medan, apakah karya mereka bisa membantu berbagai permasalahan lingkungan," tutup pria berkacamata ini.
Inovasi Lingkungan Berorientasi Masa Depan
Country Director SL2 (Indonesia) Antony Simon menyampaikan sebuah inovasi yang dihasilkan mesti ramah dengan pengguna, lingkungan dan mampu menjawab masalah yang dihadapi manusia di seluruj dunia. Tak kalah penting, imbuhnya, sebuah inovasi harus bisa dimanfaatkan dalam masa ini atau masa yang akan datang.
Oleh karena itu, para peserta Medan Commmunity Inovation Program, yang diajak memahirkan sebuah perangkat inovasi berbasis lingkungan mampu menjawab berbagai segi penciptaan inovasi.
"Kita bisa mencontoh kehadiran Gojek ataupun Grab yang memanfaatkan teknolologi untuk menjawab kebutuhan transportasi masyarakat di Indonesia. Siapa yang dulu menyangka aplikasi ini akan maju?," ujarnya.
Mempertimbangkan contoh lainnya, Simon menyampaikan seperti prediksi mobil listrik yang digadang-gadang akan mengaspal di Indonesia di tahun 2018, justru tak terjawab.
"Kenyataannya fasilitas pendukung mobil listrik belum tercipta di Indonesia. Belum ada kajian jalan apa yang bisa dipakai ataupun tidak, dan belum ada spot-spot pengisian daya listriknya," ujar Simon.
Oleh sebab itu, ja menekankan inovasi yang dihasilkan harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat sekarang hingga masa yang akan datang.
Tiga Hasil Karya Tim Peserta Dalam Pengembangan
Peserta Medan Commmunity Inovation Program yang digagas SL2 terbagi dalam empat kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai tujuh orang. Sayang ya, kunjungan Tribun Medan, ada satu kelompok yang berhalangan hadir, yakni kelompok pertama.
Perwakilan Kelompok II Satia Raz menyampaikan prototype mereka merupakan sebuah sistem pengelolaan sampah. Mereka menamai prototype mereka dengan nama Katot, Kaya karena botot.
"Jadi kita Membuat sistem yang mana, masyarakat dapat menvestasikan sampahnya. Jadi setiap jenis sampah akan diberikan point reward. Nilai sampah logam berapa, sampah organik berapa, plastik berapa dan lainnya," ujar Satia yang mengaku penemuan mereka membutuhkan dukungan pihak lainnya.
Adil Pracahyo mewali kelompok IV (Peradaban Lingkungan Hijau) mengaku timnya Membuat sebuah sistem yang mana para pedagang kali lima berkumpul dalam sebuah Good Court. Seluruh alat dan kemasan makanan harus menggunakan bahan bahan yang mudah terbaur oleh lingkungan.
Adapun perwakilan Kelompok II Nurul Azmi menjelaskan timnya membuat sebuah tong sampah yang mampu menyensor jenis sampah. Sensor kemudian menggerakkan alat pemilah sampah.
"Sehingga dapat dikelompokkan, mana sampah logam, plastik, organik maupun yang tak terdeteksi," ujar kartawati Pertamina ini.
(cr15/tribun-medan.com)