Kapal Induk Rusia Terbakar, Hingga Korut Ancam Berikan 'Kado Natal', Ini Reaksi Amerika Serikat
Amerika Serikat (AS) memberikan peringatan setelah Korea Utara (Korut) berjanji bakal memberikan "hadiah Natal" tak menyenangkan.
TRIBUN-MEDAN.COM - Amerika Serikat (AS) memberikan peringatan setelah Korea Utara (Korut) berjanji bakal memberikan "hadiah Natal" tak menyenangkan.
Pernyataan "hadiah Natal" itu terjadi setelah diyakini, Korut frustrasi dengan tidak dicabutnya sanksi yang mereka terima.
Korea Utara pun mengucapkan ancaman itu seraya mendesak AS menawarkan konsesi baru paling lambat pada akhir tahun ini.
Di Dewan Keamanan PBB, Duta Besar AS Kelly Craft menuturkan, dia khawatir Pyongyang bakal menguji coba rudal balistik antar-benua.
Dilansir AFP Rabu (11/12/2019), senjata itu diduga bisa menghantam daratan utama AS sambil membawa hulu ledak nuklir.
"Uji coba rudal dan nuklir tak akan membawa keamanan bagi Republik Demokratik Rakyat Korea," ujar Craft, merujuk kepada nama resmi Korut.
Craft yakin, Pyongyang bisa meninggalkan segala kebijakan yang bersikap bermusuhan dan kemudian bekerja sama dengan Barat.
Tetapi, Craft menyiratkan adanya sanksi kepada Korut jika meneruskan ancamanya.
"Kami, di Dewan Keamanan PBB, harus segera bertindak," katanya.
Dia menuturkan, berbagai uji coba jarak pendek yang dilakukan Korut sebelumnya dianggapnya "sangat tidak produktif".
Craft menampik bakal memenuhi ultimatum Korut.
"Biar saya tegaskan. AS dan Dewan Keamanan berpatokan pada tujuan, bukan tenggat waktu," ujarnya.
Dia menekankan Washington bertujuan untuk mencapai tujuan mereka, melakukan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
"Kami sudah bersiap untuk fleksibel dalam mempertimbangkan seperti apa pendekatan yang akan kami pakai," beber Craft.
Sejak pertemuan perdananya di Singapura Juni 2018, Presiden Donald Trump membanggakan relasinya dengan Pemimpin Korut Kim Jong Un.
Trump, yang memilih menghindari perang dengan Korut, sempat mengatakan dia bakal "terkejut" jika Pyongyang menunjukkan sikap bermusuhan.
Negara komunis itu sudah menunjukkan gelagat gusar sejak pertemuan kedua Trump dan Kim di Hanoi, Februari lalu, gagal.
Kedua perwakilan negara sempat bertemu di Stockholm Oktober untuk memulai pembicaraan level tinggi.
Namun Korut mengecam karena dianggap AS tak menawarkan apa pun.
Sinyal Craft untuk untuk memberikan sanksi nampaknya mendapat sikap kontra dari perwakilan China serta Rusia.
"Dewan Keamanan harus meninjau kembali sanksi untuk meringankan penderitaan rakyat Korut, dan menciptakan lingkungan untuk dialog," kata Duta Besar Zhang Jun.
Sementara Dubes Rusia Vassily Nebenzia mengecam AS yang masih memaksakan negosiasi, tapi tak menawarkan konsesi.
"Anda tentu tidak bisa mencapai sebuah kesepakatan jika Anda tidak menawarkan sebuah kesepakatan," kritik Nebenzia.
Jepang dan Korea Selatan mendukung Washington, dengan menyerukan supaya Korea Utara mematuhi Dewan Keamanan PBB.
Begitu juga dengan Perancis dan Inggris yang mempunyai hak veto di DK PBB.
Mereka meminta Korut menerima tawaran AS.
"Belum terlambat. Kalian bisa mencegah situasinya berubah menjadi lebih buruk," kata Duta Besar Inggris Karen Pierce.

Pemimpin Korut Kim Jong Un memeriksa sebuah rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-12. (KCNA/Reuters/Independent)
Kapal Induk Rusia Terbakar, Ternyata Kapal Induk Satu-satunya.
Satu-satunya kapal induk yang dipunyai Rusia, Admiral Kuznetsov, dilaporkan terbakar di galangan kapal Arktik.
Baik Interfax, TASS, hingga Ria Novosti memberitakan bahwa kapal itu dilalap api ketika menjalani agenda perawatan.
Dikutip AFP Kamis (12/12/2019), setidaknya 10 orang terluka, dengan enam di antaranya berada dalam perawatan intensif.
Ria Novosti mengutip sumber galangan Zvezdochka mengungkapkan, api mulai terlihat ketika pekerja melakukan pengelasan.
Terdapat lebih dari 400 orang yang tengah berada di atas Admiral Kuznetsov saat satu-satunya kapal induk Rusia itu terbakar.
Interfax melaporkan api dengan cepat menjalar ke area seluas 600 meter persegi, dengan sumber mengungkap peristiwa itu "sangat serius".
Kementerian Industri Rusia menyatakan, mereka akan segera menggelar penyelidikan begitu api mampu dipadamkan.
Admiral Kuznetsov, kapal sepanjang 305 meter, berfungsi secara penuh pada 1995, dan menjadi garda terdepan Angkatan Laut Rusia.
Proses pemeliharaan itu diperkirakan bakal selesai pada 2020, dengan kapal induk itu bakal bergabung kembali setahun berselang.
Kapal itu pernah dikerahkan ke perairan Mediterania pada 2016 dan awal 2017 untuk membantu rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Admiral Kuznetsov memimpin angkatan laut di lepas pantai Suriah, dan dilaporkan melakukan lebih dari 1.200 misi.
Kapal induk itu juga berlayar di perairan Libya pada Januari 2017, di mana Khalifa Haftar sempat singgah di dalamnya.
Mantan Menteri Pertahanan Perancis Michael Fallon menyebut Admiral Kuznetsov sebagai "kapal yang memalukan" karena keterlibatan di konflik Suriah.

Foto yang diambil oleh kamera dari pesawat Norwegia memperlihatkan kapal induk Admiral Kuznetsov saat berlayar di perairan Norwegia Utara pada 17 Oktober 2016. Kapal induk satu-satunya yang dipunyai Rusia dilaporkan terbakar saat menjalani perawatan. (REUTERS/Norsk Telegrambyra AS)
Kapal itu menderita sejumlah kerusakan selama misi, seperti jatuhnya jet tempur Sukhoi ke laut karena malfungsi saat mencoba mendarat.
Dikabarkan, perawatan satu-satunya kapal induk Rusia tersebut bakal menelan biaya hingga 1 miliar dollar AS (Rp 14 triliun).
Fokusnya tak hanya perbaikan.
Tetapi juga fokus pada peningkatan sistem elektronik serta pembangkit listrik kapal.
Tahun lalu, sebuah crane jatuh dan membunuh seorang pekerja serta menyebabkan kerusakan, sehingga menimbulkan keraguan apakah kapal induk itu bisa selesai tepat waktu.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Satu-satunya Kapal Induk Milik Rusia Terbakar", dan dengan judul "Korea Utara Mengancam Bakal Beri "Hadiah Natal", Ini Peringatan AS",