News Video
Tina Tarigan, Pemulung Penderita Tumor Ganas di Wajah, Minta Kesembuhan ke Allah
Tina Tarigan (66) warga Jalan AR Hakim Gang Seto hanya bisa menyeka air mata dengan ujung jilbab yang dikenakannya
Tina Tarigan Pemulung Penderita Tumor Ganas di Wajah Meminta Kesembuhan Kepada Allah
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Tina Tarigan (66) warga Jalan AR Hakim Gang Seto hanya bisa menyeka air mata dengan ujung jilbab yang dikenakannya.
Wanita kelahiran 24 Maret 1953 yang berprofesi sebagai pemulung itu, mengeluhkan tumor ganas yang berada di wajahnya sejak dua tahun lalu.
"Rasanya sakit, berdenyut seperti ada yang menggigit-gigit," kata Tina sambil menangis, Sabtu, (28/12/2019).
Tina mengaku, ia pernah mendatangi rumah sakit bersama rekan yang juga penderita tumor.
Namun, sayangnya langkah yang dilakukan Tina dan rekannya tak mendapat sambutan baik. Dia malah tak dilayani.
"Saya disuruh pulang sama orang itu dan dijanjikan akan datang ke rumah. Katanya mereka banyak urusan," bebernya.
Usaha untuk menyembuhkan penyakit, terus dilakukan oleh Tina. Tapi, pertolongan yang diharap tak kunjung tiba.
Pihak rumah sakit tak juga mendatangi ataupun minimal memberi obat penghilang rasa sakit kepadanya.
"Saya tunggu sampai sekarang, mereka tak datang. Saya berobat sendiri," ujarnya.
Akibat tak tahan dengan sakit yang dideritanya, Tina berinisiatif mendatangi apotik di dekat rumahnya.
Sambil membuka plastik merah, nenek lima cucu itu menunjukkan obat yang dikonsumsinya setiap hari dari apotik.
"Kemudian saya diberikan salap atas anjuran mereka (apotik). Tapi bukannya sembuh, malah sakit, semakin berair dan berdarah. Saya sudah berhentikan obat itu," urainya.
Tina menjelaskan, ia kerap memakai masker ketika berada di luar rumah. Hal itu dia lakukan agar terhindar dari debu.
"Saya memakai masker kalau keluar, agar tak terhindar debu. Masker saya pun sudah mau habis," katanya.
Wanita berdarah karo itu mengeluhkan kondisi ekonomi yang tengah melilitnya.
Tina mengaku, ikut menghidupi kelima cucunya yang masih bersekolah.
Sementara anak semata wayangnya hanya bekerja sebagai tukang becak.
"Saya bekerja sebagai botot (rongsokan) dan memulung pak. Penghasilan tak menentu terkadang Rp 20 ribu dan Rp 30 ribu," jelasnya.
Sambil merintih, ia memelas pertolongan pemerintah dan para dermawan.
"Beginilah nasib awak (saya), kondisi saya tidak mengada-ada," ungkapnya.
"Saya hanya bisa berserah diri kepadamu Ya Allah. Karena hanya kepadamulah, tempat aku mengadu,"pintanya berurai air mata.
Pantauan Tribun/www.tribun-medan.com, wanita paruh baya itu tinggal di sebuah ruangan berukuran 3x3 meter dalam sebuah rumah kontrakan di kawasan itu.
Nyaris tak ada barang berharga di rumah tersebut, terlihat kasur lusuh, piring dan perlatan dapur seadanya.
Sementara itu, Asih sang tetangga mengaku tak tega melihat kondisi Tina.
Wanita yang berjualan sarapan itu mengaku memberikan tumpangan kepada wanita paruh baya itu di sebelah rumahnya selama setahun terakhir.
"Saya tak tega, makanya saya memberikan tumpangan seadanya. Terkadang saya berbagi makanan dengannya," jelasnya.
Terpisah, aktivis sosial, Ketua Yayasan Peduli Pemulung Sejahtera, Uba Pasaribu menyatakan keprihatinannya dengan kondisi Tina Tarigan.
"Saya bersama Pak Pembina, Sutrisno Pangaribuan mengetuk pintu hati para pejabat, Anggota DPRD para elit politik,'kata Uba Pasaribu.
"Masih banyak saudara kita yang perlu dibantu," pungkasnya.
(gov/tribun-medan.com)