Cerita Kehidupan
Kisah Pilu Lukas Sitanggang Pemulung Berpenyakit Kronis Tak Bisa Gunakan KIS dan Ditolak Rumah Sakit
Pria yang tinggal di pinggiran rel kereta api itu menuturkan kisah penolakan rumah sakit kepadanya.
Laporan Wartawan Tribun-Medan, Fatah Baginda Gorby
'UNTUNG tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak', mungkin inilah peribahasa yang dapat disematkan kepada Lukas Sitanggang (60), seorang pemulung barang bekas, warga Jalan Cempaka Rel Lingkungan III, Tanjunggusta Medan.
Betapa tidak? Lukas tak dapat berkonsultasi mengenai penyakit yang dideritanya sejak enam bulan lalu karena Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dimilikinya tak dapat digunakan.
Pria lima anak itu mengeluhkan dadanya yang terasa sesak setiap malam, keringat bercucuran sepanjang hari, demam tiada henti, dan batuk parah.
"Saya tak tahu saya sakit apa. Kemarin waktu kami periksa ke klinik ada lemak di hati dan paru-paru terganggu," katanya, Selasa (11/2/2020).
Sambil mengelus dadanya dan batuk sesekali, pria yang tinggal di pinggiran rel kereta api itu menuturkan kisah penolakan rumah sakit kepadanya.
"Kami ditolak rumah sakit, karena rumah sakit mengatakan Kartu Indonesia Sehat (KIS)-nya tak bisa dipakai, belum aktif," imbuhnya.
Lukas mengatakan, sebenarnya ia beserta istri dan anaknya telah terdaftar sebagai warga miskin sejak lama. Namun segala fasilitas seperti KIS, Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang diberikan pemerintah tak dapat dipakai.
"Terpaksa kami mau tak mau membayar secara mandiri BPJS namun kami tak sanggup. Berapalah hasil botot bang," ungkapnya.
Lukas menuturkan, ia bersama sang istri tercinta, Hotlan Hermina Limbong berinisiatif mendatangi Dinas Sosial untuk memastikan keluarganya sebagai penerima bantuan.
"Kami di Dinsos diminta masuk ke rumah sakit, kemudian selanjutnya akan dibuat resi yang menerangkan BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI) sedang dalam proses," jelasnya.
Namun, ahrapan tinggal harapan. Sesampainya di rumah sakit, Lukas mendapatkan penolakan.
"Tidak diterima di sana, katanya KIS kami belum aktif, sedangkan resi dari Dinsos juga tidak ada. Terpaksa saya pulang dalam keadaan sakit," jelasnya.
Sementara itu, sang istri Hotlan menuturkan, karena kondisi sang suami yang demikian parah, ia membawa sang suami ke klinik terdekat.
"Di rumah sakit itu kami diminta masuk ke dalam pasien umum. Kami menolak karena tak bisa bayar. Darimana uang bang," jelasnya.