Virus Corona

Saat Negara Eropa dan Asia Terapkan Lockdown, China Umumkan Buka Lockdown Wuhan/Hubei

Berdasarkan pemberitaan Xinhua, otoritas kesehatan di Provinsi Hubei, mengeluarkan serangkaian aturan baru yang memperlunak pengetatan.

Editor: Tariden Turnip
reuters
Saat Negara Eropa dan Asia Terapkan Lockdown, China Umumkan Buka Lockdown Wuhan/Hubei. Para petugas mengenakan masker saat membuka kembali sebuah jalan di Wuhan, China yang semula diblokir untuk menghambat perebakan virus corona, 21 Maret 2020 

Saat Eropa dan Asia berjuang mengendalikan pandemi virus corona dengan lockdown, Pemerintah China dilaporkan bakal mencabut lockdown terhadap Wuhan, kota yang menjadi asal wabah virus corona, pada 8 April mendatang.

Setelah gagal menekan virus corona dengan social distancing, Inggris pada Senin (23/3/2020) mengumumkan lockdown selama 3 minggu.

Hingga Rabu (24/3/2020), Inggris mencatatkan 6.735  kasus Covid-19, di mana 337 orang meninggal.

Berdasarkan pemberitaan Xinhua, otoritas kesehatan di Provinsi Hubei, mengeluarkan serangkaian aturan baru yang memperlunak pengetatan.

Di antaranya adalah mengizinkan transportasi untuk beroperasi lagi di Wuhan pada 8 April, seperti diberitakan Bloomberg Selasa (24/3/2020).

Dalam rilis pemerintah Hubei di situsnya, orang-orang di Wuhan tidak saja diizinkan keluar dari kotanya.

Tetapi juga boleh meninggalkan Hubei.

Sikap lunak itu terjadi setelah dinas kesehatan setempat tidak mengonfirmasi adanya kasus infeksi domestik virus corona dalam lima hari terakhir.

Perkembangan signifikan sejak 19 Maret itu terjadi setelah wabah itu menginfeksi lebih dari 81.000 dan menewaskan 3.277 orang di seantero China.

Pada 23 Januari, pemerintah pusat mengambil langkah tegas dengan memberlakukan lockdown, yang dimulai dari Wuhan sebelum keseluruhan Hubei.

Kebijakan itu menyetop transportasi darat dan udara, membatasi setiap perjalanan dengan mobil, dan menempatkan total 60 juta dalam karantina.

Sejumlah kritik menyebut langkah ini merupakan bentuk kegagalan pemerintah karena tidak bertindak cukup cepat untuk menghentikan penyebaran.

Keputusan karantina massal itu, dalam pandangan Badan Kesehatan Dunia (WHO), mungkin telah mencegah ratusan ribu infeksi lainnya.

Tetapi, kebijakan itu membuat Hubei menjadi wilayah dengan angka mortalitas tertinggi dibanding kawasan lainnya di Negeri "Panda".

Sebabnya, di saat pasien Covid-19 terus meningkat, rumah sakit mulai kewalahan baik dalam segi personel maupun suplai medis.

Akibatnya, mereka terpaksa meminggirkan pasien kritis lain. Presiden Xi Jinping sudah menyiratkan kepercayaan diri bakal mengatasi wabah yang diyakini berasal dari Pasar Seafood Huanan itu.

Pada 10 Maret, Xi mengunjungi ibu kota Hubei untuk pertama kalinya. Langkah yang disebtu sejumlah pakar sebagai tanda bahwa Beijing bisa mengatasi virus tersebut.

Namun, dengan wabah virus corona yang menghantam Eropa serta belahan Bumi lainnya, Bloomberg melaporkan China masih akan kesulitan melanjutkan aktivitas ekonomi mereka.

Wujudkan China yang Bertanggung Jawab 

Setelah berhasil mengendalikan Covid-19 di negaranya, China meluncurkan serangkaian bantuan kemanusiaan dengan menyumbangkan masker wajah, sarung tangan dan persediaan medis lainnya ke negara-negara yang dilanda Covid-19, virus terdeteksi  pertama kali di Kota Wuhan.

Menurut para ahli, dengan bantuan itu, China berusaha untuk menata kembali dirinya sebagai "kekuatan yang bertanggung jawab."

Sebagian pakar meragukan "diplomasi masker" akan memulihkan citra Beijing yang dibayangi kecurigaan akan tindakan menutup-nutupi.

Sebuah penelitian di Inggris mengatakan jika China bertindak lebih cepat, jumlah kasus virus corona bisa dikurangi sampai 95 persen dan penyebaran geografisnya akan terbatas.

Namun China, sekarang bergerak cepat melampaui perbatasannya, hanya beberapa minggu setelah menerima sumbangan masker dan pasokan medis lainnya dari donor di seluruh dunia.

China telah memperlambat penyebaran Covid-19 di dalam negeri dengan menutup kota-kota dan memberlakukan pengawasan lainnya untuk membatasi pergerakan dan kontak.

Kini, China menyediakan atau telah menjanjikan bantuan kemanusiaan dalam bentuk sumbangan atau keahlian medis, mulai dari Asia sampai Eropa, Amerika Selatan sampai Afrika.

Pada Rabu (18/3/2020), Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian, mengatakan China mengirim 1 juta masker dan sarung tangan bedah untuk membantu memerangi virus corona.

Kantor berita Reuters melaporkan pengiriman pertama tiba pada Rabu (18/3) dan menambahkan bahwa Perancis memberi China 17 ton peralatan untuk memerangi virus.

Di antara gangguan lainnya, wabah tersebut merupakan ancaman terbesar bagi sektor barang mewah Perancis yang sangat menguntungkan sejak resesi 2008.

Sebagian artikel ini dikompilasi dari Kompas.com dengan judul "Virus Corona, China Bakal Cabut Lockdown Wuhan pada 8 April"
Penulis : Ardi Priyatno Utomo

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved