Jasad Perawat Positif Covid-19 Ditolak Warga, Ketua RT: Saya Menangis, Istri Saya Juga Perawat
Aksi penolakan pemakaman jenazah pasien positif Virus Corona kembali terjadi dan viral di media sosial.
Lalu, ia menyinggung hal yang menjadi permasalahan yaitu warga menolak pemakaman jenazah Covid-19.
"Nah yang menjadi masalah keempat ini memakamkan. Apa kendalanya? Apa masalahnya jenazahnya musti ditolak untuk dimakamkan di pemakaman umum tersebut?" kata UAS.
UAS maklum warga takut akan tertular, namun seharusnya mereka percaya dengan perkataan dokter yang lebih mengetahui persoalan Virus Corona.
"Tentu saja akan dikhawatirkan menebarkan penyakit, tidak ada yang paling mengerti penyakit ini kecuali dokter," ujar UAS.
Lalu, UAS menyinggung Hadits Rasulullah Al Bukhari yang menyebut jika sesuatu yang tidak diserahkan pada ahlinya maka dapat ditunggu kehancurannya.
Maka terkait penguburan jenazah Covid-19, tegasnya, dokterlah yang lebih mengetahui.
"Diserahkan suatu perkara tidak pada ahlinya, tunggulah kehancuran. Sebab itu kita tanya pada dokter yang amanah, dokter yang ngaji, dokter yang dekat dengan Kyai, dokter yang ahlu sunnah wal jamaah," katanya.
Sedangkan, dokter sudah meminta agar jenazah Covid-19 dibungkus kain kafan dan plastik.
Plastik diketahui sangat sulit diurai oleh tanah hingga memungkinan virus tak bisa keluar dari bahan tersebut.
"Pak dokter kalau ada orang kena Corona meninggal dunia lalu kemudian ditutup dengan kain kafan, setelah itu dengan plastik, diikat, masuk ke dalam tanah, apakah masih menyebar?," kata Abdul Somad, memperagakan pertanyaan banyak pihak terkait pemakaman jenazah positif Covid-19.
"Dokter itu menjawab tidak, karena plastik itu hancur puluhan tahun bahkan lebih sekian puluh tahun baru dia hancur, baru wabah bisa keluar, dan wabah itu sudah mati,' Abdul Somad menyebutkan.
Sehingga, UAS berpesan agar semua orang jangan bertindak sesuai dengan prasangka saja tanpa benar-benar mengetahui suatu perkara, khususnya soal pemakaman jenazah Covid-19.
"Maka kalau sudah tidak ada kekhawatiran sedikit pun maka kita terima."
"Karena diluapkan oleh perasaan, karena persepsi, karena prasangka, maka sesungguhnya kita sudah berbuat tidak seperti pengetahuan kita," ucapnya.
Lihat videonya sejak menit awal:
(Kompas.com/Dian Ade Permana)
Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ketua RT yang Tolak Pemakaman Perawat di Semarang: Saya Menangis, Istri Saya Juga Perawat, Tapi..."