Testimoni Perawat ICU yang Bertugas Cabut Ventilator Pasien Covid-19 lalu 5 Menit Pasien Meninggal
Pasien menghembuskan napas terakhir lima menit setelah Nittla mematikan ventilator,"Saya melihat cahaya berkedip-kedip di layar dan detak jantung me
Inilah testimoni perawat ICU yang tugasnya mencabut ventilator dari pasien Covid-19 sekarat hingga mengabari keluarga mendian.
Tugas ini dilakoni Juanita Nittla, perawat kepala ruang di Unit Perawatan Intensif (ICU) di Royal Free Hospital, London, Inggris, dan telah mengabdikan hidupnya di Badan Kesehatan Inggris (NHS) sebagai perawat spesialis perawatan intensif selama 16 tahun terakhir.
Tugasnya, kata perempuan berusia 42 tahun itu, traumatis dan menyakitkan.
"Terkadang saya meresa seperti saya bertanggung jawab atas kematian seseorang."
Ventilator mengambil alih proses pernapasan tubuh ketika virus corona sudah sampai pada tahap membuat paru-paru gagal berfungsi.
Langkah ini memungkinkan tubuh pasien melawan infeksi dan sembuh, tetapi kadang-kadang tidak cukup membantu.
Tim medis harus mengambil keputusan sulit tentang kapan harus menghentikan perawatan kepada pasien yang kondisinya tidak membaik.
Keputusan diambil setelah pertimbangan matang, dengan menganalisis sejumlah faktor, seperti usia pasien, penyakit bawaan, reaksi tubuh terhadap virus dan peluang kesembuhan.
Ketika memulai tugasnya di pagi hari pada pekan kedua April, Nittla diberita tahu bahwa tugas pertamanya adalah menghentikan perawatan bagi seorang perawat berusia 50-an tahun yang menderita Covid-19.
Menghubungi keluarga
Dengan adanya pembatasan yang diberlakukan pada saat itu maka ia harus menjelaskan apa yang akan terjadi kepada putri dari pasien yang bersangkutan melalui sambungan telepon.
Belakangan Menteri Kesehatan Matt Hancock mengumumkan bahwa anggota keluarga pasien boleh menjenguk pasien yang sekarat, berdasarkan panduan virus corona baru.
"Saya meyakinkan kepada putrinya bahwa ibunya tidak kesakitan dan tampak nyaman," kata Nittla.
"Saya juga menanyakan tentang keinginan ibunya dan hal-hal yang perlu dilakukan sesuai dengan ketentuan agamanya."
Pasien Nittla itu ditempatkan di ruangan yang terdiri dari delapan tempat tidur, dikelilingi oleh pasien-pasien yang juga tidak sadarkan diri.
"Saya tutup tirai dan matikan semua alarm."