Duka Ibu selepas Bayinya yang Disebut PDP Corona Meninggal, Tak Ditangani RS, Tetangga Tak Melayat
Pasien terpaksa harus dipantau dari jarak tertentu. Pihak rumah sakit juga telah menyampaikan kondisi pasien kepada pihak keluarga.
Namun pihak keluarga meminta tetap dirawat setelah melihat kondisi pasien yang belum stabil dan masih tergantung dengan oksigen.
TRI BUN-MEDAN.com - Kisah memilukan dialami seorang ibu yang memiliki bayi berusia 3 bulan dan kini telah meninggal dunia setelah terjangkiti virus Covid-19.
Bayi tersebut awalnya dalam keadaan sangat sehat, hingga seorang keluarga dari jauh datang.
Diceraikan Ustaz Abdul Somad, Ini Kabar Terbaru Mellya Juniarti yang Jualan Rendang dan Foto-fotonya
PARADE Foto Rumah Angker Berjuluk Omah Londo yang Dijadikan Karantina ODP Covid-19 yang Bandel
Duka Ibu selepas Bayinya yang Disebut PDP Corona Meninggal, Tak Ditangani RS, Tetangga Tak Melayat
Ahmad Dani Dirundung Duka - Figur yang Menginspirasi Dewa 19 Meninggal Dunia, Para Artis Berduka
7 Selebriti yang Jalani Ramadan 2020 saat Hamil, Ada Cut Meyriska, Citra Kirana hingga Irish Bella
Tajir Melintir sejak Lahir, Wanita Cantik Ini Belajar Cuci Pakaian karena Corona, Aksinya Dipuji
Alhasil, kondisinya pun semakin kritis dan tak bisa terselamatkan.
Sang ibu begitu menyesal pilu saat tahu kondisi buah hatinya yang baru berusia 3 bulan tapi meninggal dengan cara yang mengenaskan.
Hal memilukan yang dirasakan sang ibu adalah saat ia melihat sendiri keadaan anaknya saat akan dimakamkan.
Apa yang terjadi dengan sang bayi di pemakaman?
Deretan Artis yang Banting Setir Jadi PNS, Jabatan Tinggi selepas Tinggalkan Panggung Hiburan
Ekonom Rizal Ramli Menyasar Prabowo Subianto yang Diam-diam Menghemat Uang Negara Rp 50 Triliun
Deretan Fakta Han So Hee Sang Pelakor The World of Married yang Semakin Tenar, Beredar Foto SMA
Sering Disebut Settingan, Atta Halilintar Ungkap Status Hubungannya dengan Aurel, Irfan Hakim Kaget
Ahmad Dhani Beri Julukan Baru untuk Istrinya saat Masak Bareng, Mulan Jameela Lontarkan Protes
Foto Jadul Ashanty Tersebar, Bentuk Bibirnya Disoroti dan Dianggap Berbeda dengan Sekarang

Simak cerita selengkapnya berikut:
Kasus kematian bayi PDP berusia 3 bulan ini terjadi di Buton Tengah, Sulawesi Tenggara.
Sang ibu begitu merasa pilu ketika mengingat cara bayinya dimakamkan.
Proses pemakaman putrinya itu membuatnya tak tega hingga begitu menyesali suatu hal.
La Nguna dan Hardiah, warga Desa Matara, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara berduka karena Sulfiah, bayinya yang berusia 3 bulan meninggal dunia.
Putuskan Mualaf, Ini Deretan Artis Indonesia yang Melakoni Ibadah Puasa Pertama Kalinya
Ariel NOAH Potong Rambut Sendiri Pakai Cukur Kumis dan Gunting Mie, Tantang Ari Lasso dan Sule
Viral Kisah Reporter Unggah Tutorial Potong Poni, Tak Sengaja Rekam Suami yang Sedang Mandi
Nekat Kawin Muda Berujung Janda seusai 2 Bulan, Salmafina Blak-blakan Bongkar hendak Dipoligami
Deretan Selebriti Cantik yang Perankan Pelakor di Drama Korea, Aktingnya Bikin Penonton Murka
Mengundang Air Mata Netizen, Aksi Pemulung Melindungi Anaknya dari Wabah Virus Corona

Sang bayi meninggal dengan status PDP pada Kamis (9/4/2020) pukul 06.0 Wita.
Bayi yang berstatus PDP virus corona ini dibawa orangtuanya pada Rabu (8/4/2020) karena sesak napas.
Bayi tiga bulan tersebut memiliki gejala Covid-19 dan mengalami penurunan kesadaran karena pneumonia berat.
Sedangkan informasi dari keluarga, sepupu sang ibu baru pulang dari Kalimantan.
“Awalnya ditangani dengan baik, namun ada perawat yang lihat sepupu saya dari Kalimantan, mereka sudah curiga berlebihan,” ujar La Nguna.
Menurut La Nguna, saat kondisi anaknya semakin memburuk, ia sempat memohon agar ada yang menangani Sulfiah. Namun seorang perawat mengatakan dokter tak mengizinkan masuk ke ruangan.
"Ada perawat bilang tidak berani masuk karena dokter tidak mengizinkan masuk ke sana,” ucap La Nguna.
Ia kemudian mendapatkan penjelasan jika anak ketiganya itu memiliki gejala Covid-19.

"Dari situ saya sudah putus asa dan kecewa, mereka tidak mau menangani anak saya,” tutur dia.
Dugaan Sulfiah terinfeksi virus corona dibantah oleh La Nguna.
Ia mengatakan kondisinya dan seluruh anggota keluarganya masih sehat.
Termasuk neneknya yang sudah berusia 80 tahun.
“Saya punya nenek masih ada, 80 tahun.
Waktu pertama anak saya sakit, nenek saya gendong cucu buyutnya, alhamdulillah sehat-sehat sampai sekarang," kata La Nguna.

La Nguna mengaku ia dan keluarganya sudah ikhlas dengan kematian anak ketiganya.
Namun ia menyesalkan jenazah anaknya dimakamkan dengan pakaian dan pampers yang masih digunakan.
“Meninggalnya Sulfiah, (saya) sudah ikhlas, hanya saya sesalkan (dia) dikuburkan masih dengan pakaiannya, dan masih menggunakan pampersnya. Saya masih kepikiran yang itu,” kata La Nguna, kepada Kompas.com, Kamis (23/4/2020).
La Nguna mengaku dirinya sendiri yang mengurus jenazah anaknya dan membawa pulang untuk dimakamkan.
Hingga Sulfiah dimakamkan, tidak ada tetangga yang datang karena orang sekitar rumahnya takut
“Perasaan saya masih terbayang-bayang, (Sulfiah) dibungkus plastik dan tidak dikasih mandi, saya tangani sendiri, saya merasa ada beban."
"Saya trauma dengan rumah sakit, saya kira mereka mau obati anak saya.
Menyesal saya pergi ke rumah sakit, mending di rumah di sini saja, “ kata La Nguna.
Alasan Perawat Tak Tangani Bayi La Nguna
Rupanya ada alasan di balik pihak rumah sakit yang tak mau menangani dan mengobati bayi La Nguna.
Semua itu karena minimnya APD yang tersedia di rumah sakit tersebut.
Direktur RSUD Kabupaten Buteng, Karyadi, mengatakan bayi Sulfiah merupakan rujukan dari Puskesmas Mawasangka.

Bayi tiga bulan itu didiagnosis mengalami penurunan kesadaran karena pneumonia berat.
“Akhirnya dilakukan nasogatrik tube dengan memasukan selang melalui lubang hidung untuk pemberian cairan. Kemudian dipasang saturasi oksigen 50 persen,” kata Karyadi dalam konferensi persnya, Kamis (9/4/2020).
Dari gejala yang ditunjukkan Sulfiah, bayi 3 bulan tersebut ditetapkan sebagai PDP.
"Dokter menyatakan pasien masuk kategori PDP corona sesuai pedoman pencegahan pengendalian Covid-19 revisi ke-IV poin ketiga yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI,” kata Karyadi.
Dengan status PDP, tenaga medis yang akan berkontak langsung dengan pasien harus menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar yang dianjurkan Kemenkes.
Karena keterbatasan APD, pasien terpaksa harus dipantau dari jarak tertentu. Pihak rumah sakit juga telah menyampaikan kondisi pasien kepada pihak keluarga.
Namun pihak keluarga meminta tetap dirawat setelah melihat kondisi pasien yang belum stabil dan masih tergantung dengan oksigen.

Karyadi menegaskan tidak ada pembiaran atau penanganan yang tidak intensif yang dilakukan oleh tenaga medis.
“Hanya karena APD kita yang tidak memenuhi standar, sehingga penanganan lanjutan setelah pasien dinyatakan PDP corona petugas medis memilih menjaga jarak dan tak mengambil risiko."
"SOP-nya itu kalau menangani PDP corona harus punya APD yang memenuhi standar sesuai petunjuk Kemenkes,” ucap Karyadi.
Artikel di atas telah tayang sebelumya di Kompas.com dalam judul PDP Bayi 3 Bulan Meninggal, Orangtua Sedih Anaknya Dimakamkan Masih Gunakan Pampers dan Pakaian