Masjid Sulaimaniyah Bukti Perkembangan Islam di Sumut Pada Masa Kesultanan Serdang
"Jadi, seiring dengan pembangunan Istana Darul Arif pada tahun 1901, mesjid ini pun dipermanenkan.
TRI BUN-MEDAN.com - Bukti perkembangan agama Islam di Sumut, tak hanya sekedar cerita sejarahnya saja.
Melainkan tempat-tempat beridah, seperti masjid yang bersejarah.
Satu di antaranya Masjid Sulaimaniyah, yang terletak di Simpang Tiga Pekan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
Masjid ini merupakan bukti perkembangan Islam di Sumut pada masa Kesultanan Serdang
Seorang cucu Sultan Sulaiman Shariful Alamshah (Sultan Serdang V), Hj. Tengku Mira Sinar, M.A. binti Tengku Luckman Sinar, SH., Al-Haj, menceritakan Masjid Sulaimaniyah didirikan oleh Sultan Sulaiman Shariful Alamshah. Ketika baginda pindah dari Kraton Kampong Bogak Rantau Panjang, ke Kraton Kota Galuh Perbaungan ditahun 1894.

"Jadi, seiring dengan pembangunan Istana Darul Arif pada tahun 1901, mesjid ini pun dipermanenkan. Sultan Sulaiman adalah putera tunggal Sultan Basyaruddin. Baginda ditabalkan sebagai Sultan Serdang V pada tahun 1887, mangkat (meninggal dunia), pada tahun 1946," tuturnya.
Ada pun tujuan membangun masjid tersebut, karena setiap kerajaan Melayu pasti ada mesjid. Hal ini merupakan sebagai simbol kerajaan Islam. Sebab, Kesultanan Serdang merupakam kerajaan Islam. Namun, Kesultanan Serdang adalah pecahan dari kesultanan Deli.
"Pada saat itu, wilayah awal Kesultanan Deli yaitu Deli Tua adalah bekas ibukota kerajaan Haru Islam pada abad 15. Penduduk kerajaan Haru adalah suku Karo yang berimigrasi dari Tanah Karo ke dataran rendah. Karena adanya ekspansi Aceh di Tanah Karo," ujarnya.
Lalu, pada masa itu Sultan Serdang menjalankan hukum kepada rakyat berdasarkan Hukum Syariah Islam dan Hukum Adat. Seperti kata pepatah “Adat Melayu bersendikan Hukum Syara’, Hukum Syara’ bersendikan Kitabullah”. Sambungnya, pada masa kerajaan Kesultanan Serdang. Sultan Sulaiman membangun dua mesjid atas namanya.
"Pertama Mesjid Raya Sulaim

aniyah di Perbaungan, kedua Mesjid Raya Sulaimaniyah di Pantai Cermin. Masjid tersebut pun atas namanya, yaitu Sulaimaniyah, diambil dari nama Sultan Sulaiman. Secara etimologi penambahan kata iyah menunjukkan tempat atau kata benda (ismu/isim masdar)," pungkasnya.
Tengku Mira yang merupakan lulusan Magister Sejarah USU dan sebagai Ahli Cagar Budaya menceritakan pada tahun 1964 masjid ini pun dilakukan renovasi ke-2 dengan biaya dari PT. “Serdang Tengah.” Saat renovasi itu, dibuat lah kubah dan lantai terasnya. Lalu, renovasi ke-3 dilakukan dalam tahun 1974 dengan bantuan dana dari PT “Serdang Tengah” juga. Renovasi selanjutnya dilakukan bertahap, pada tahun 2002 dan 2005 untuk mengganti lantai mesjid dan dinding dengan keramik, serta membangun sanitasi.
"Nah, Pada tahun 2006, dilakukan renovasi berikutnya, yaitu merubah atap kubah Mesjid. Agar berbentuk Mahligai sesuai nuansa Melayu. Itu biayanya dari dana infaq T. Luckman Sinar sebesar Rp. 159.596.000,- dan bantuan berbagai pihak diantaranya dari Taufik Kiemas (suami Presiden Megawati) sejumlah US $.10.000,-. T.Rizal Nurdin Rp. 30.000.000,-dan dr. Syafii Ahmad Rp. 30.000.000,-," ucapnya.
Lanjutnya, untuk biaya operasional bulanan dan perawatan tahunan masjid, dikeluarkan oleh ahli waris almarhum Tengku Luckman Sinar. Lalu, ketika Nazir dipegang oleh Alm. Tengku Mahkota Rajih Anwar, untuk pengurusan Mesjid ini diserahkan kepada Alm. Tengku Yaudin. Setelah Alm. Tengku Mahkota Rajih Anwar mangkat, nazir 4 mesjid peninggalan kesultanan Serdang dipegang oleh adiknya yaitu alm. Tengku Abunawar Sinar, Alm. Tengku Luckman Sinar, Alm. Tengku Abu Kasim Sinar.
"Nah, khusus untuk mesjid Sulaimaniyah di Perbaungan, sebagai kuasa nazir diserahkan kepada Alm.Ustadz Karimuddin. Lalu, diteruskan oleh puteranya H. Asraruddin (Comel) sampai sekarang," katanya.
Dalam hal ini juga, Tengku Mira mengatakan pada tahun 2008 dibangun menara mesjid mengambil arsitektur gaya Turki. Bantuan dana diterima dari Tommy Soeharto sejumlah Rp.75.000.000,-, dan dr. Syafii Ahmad serta Tengku Luckman Sinar. Lanjutnya, untuk konsep arsitektur masjid ini, pada atap keempat mesjid peninggalan Kesultanan Serdang seluruhnya berbentuk Mahligai bukan kubah.