Masjid Sulaimaniyah Bukti Perkembangan Islam di Sumut Pada Masa Kesultanan Serdang

"Jadi, seiring dengan pembangunan Istana Darul Arif pada tahun 1901, mesjid ini pun dipermanenkan.

Editor: Salomo Tarigan
TRI BUN MEDAN/Aqmarul Akhyar
Masjid Masjid Sulaimaniyah, peninggalan Sultan Serdang di Simpang Tiga Pekan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Minggu (10/5/2020) 

"Jadi termasuk juga Massjid Rayya Sulaimaniyah di Perbaungan. Filosofi atap Mahligai menggambarkan kejadian peletakan Hajar Aswad dengan menggunakan kain yang keempat sisi kain masing-masing digenggam oleh 4 orang perwakilan suku di Makkah. Sehingga peristiwa tersebut dianggap sebagai simbolisasi persatuan," ucapnya.

Selain itu, Tengku Mira juga menjelaskan di samping masjid tersebut ada beberapa makan raja. Lalu, Ia juga mengatakan Kompleks Makam Diraja Serdang ada pada dua lokasi.

Pertama berada di Kampong Besar, yang sekarang menjadi Kampong Mesjid dekat Sungai Serdang, Batangkuis, Deli Serdang.

Adapun ahli kubur yang dimakamkan yaitu Tuanku Ainan Johan Alamshah (Sultan Serdang II), Tuanku Thaf Sinar Basarshah ( Sultan Serdang III) Tuanku Basyaruddin Shaiful Alamshah (Sultan Serdang IV), Tuanku Puan Zahrah (Permaisuri Sultan Serdang IV).

Pada tahun 1886, wilayah Kampong Besar sampai Rantau Panjang dilanda banjir bandang, sehingga Sultan Sulaiman memutuskan memindahkan ibukota kesultanan ke Simpang Tiga Perbaungan.

"Baginda Sultan mendirikan mesjid raya dan istana baru disana. Oleh sebab itu Sultan Sulaiman dimakamkan di Makam Diraja disamping Mesjid Raya Sulaimaniyah di Perbaungan. Selanjutnya, seluruh keturunan Sultan Sulaiman dimakamkan disitu," ujarnya.

Gambaran di Dalam Masjid Sulaimaniyah merupakan Masjid Peninggalan Kesultanan Serdang di Simpang Tiga Pekan, Kec Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Minggu 10 Mei 2020
Gambaran di Dalam Masjid Sulaimaniyah merupakan Masjid Peninggalan Kesultanan Serdang di Simpang Tiga Pekan, Kec Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Minggu 10 Mei 2020 (TRI BUN MEDAN/Aqmarul Akhyar)

Selanjutnya, Tengku Mira menceritakan pada masa Kesultanan Serdang sampai saat ini, setiap Ramadan empat mesjid peninggalan kesultanan Serdang menyediakan konsumsi berbuka puasa.

Konsumsi tersebut bertujuan untuk tamu mesjid, seperti kosumsi berupa bubur lambok, atau bubur pedas khas Melayu Serdang.

"Ya baiasanya ahli waris Sultan Serdang juga melakukan kegiatan berbuka puasa bersama masyarakat setempat pada tiap-tiap mesjid peninggalan kesultanan Serdang. Dalam satu bulan Ramadhan dibagi menjadi empat minggu untuk empat mesjid. Kegiatan berbuka tersebut sudah terjadwal menyesuaikan lokasi mesjid. Kalau, hidangan wajib yang disajikan ialah bubur pedas dan anyang pakis," ucapnya.

(cr22/tri bun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved