6 Fakta Unik Kisah Mbah Arjo yang Meninggal Dunia di Usia 193 Tahun, Ungkap Rahasia Umur Panjangnya
Mbah Arjo Suwito, asal Dusun Sukomulyo, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar semasa hidup 193 tahun
Saat itu, bicaranya masih lancar, tetapi mengatakan sudah setahun kesulitan jalan.
2. Tinggal di lereng Gunung Kelud
Sejak tahun 1990-an, Mbah Arjo tinggal bersama anaknya, Ginem (53).
Ginem merupakan anak ke-18 dari istri yang keenam Mbah Arjo.
Tempat tinggal Mbah Arjo hanya berjarak 10 kilometer dari puncak Gunung Kelud.
"Kalau dikait-kaitkan dengan peristiwa zaman dulu soal masa kecil saya, ya saya sudah lupa."
"Namun, ketika zaman penjajah Jepang, saya sudah beristri yang keenam. Sebab, kelima istri saya itu meninggal dunia sehingga saya menikah lagi dan dapat istri orang Ponorogo, namanya Suminem."
"Ia meninggal dunia ketika Indonesia merdeka," kata dia saat itu.
Menurut salah satu tokoh masyarakat, Heri Noegroho, Bupati Blitar dua periode 2005-2015, usia Mbah Arjo diduga lebih dari 100 tahun.
"Dulu (saat masih jadi bupati) saya memang sering ke sana dengan naik sepeda motor. Selain ada kepentingan tersendiri dengan Mbah Arjo, juga sekalian ingin mengenalkan destinasi wisata, yakni candi penemuan Mbah Arjo (Candi Wringin Branjang) itu," tutur Heri, Minggu (14/1/2018).

Mbah Arjo dan Soekarno
3. Pernah menemani Presiden Soekarno melakukan ritual
Mbah Arjo bercerita, saat zaman perjuangan, ia sering bertemu Bung Karno dan Supriadi, pahlawan Pembela Tanah Air (Peta).
Saat itu, ia masih tinggal di Dusun Sukomulyo, Desa Gadungan.
Oleh Bung Karno dan Supriadi, ia disuruh menemani melakukan ritual di lereng Gunung Gedang, yang kini menjadi tempat tinggalnya.
"Saat itu saya sudah tua. Pak Karno dan Pak Supriadi masih jejaka sehingga kalau memanggil saya mbah," ujar Mbah Arjo saat itu.