Update Covid19 Sumut 21 Juli 2020

IDI Sumut Kembali Berduka, Dokter Hatta Lubis Asal Padangsidimpuan Meninggal Positif Covid-19

Ikatan Dokter Indonesia Sumatera Utara atau IDI Sumut kembali berduka.

Editor: Juang Naibaho
Twitter/PB IDI
PB IDI pusat menyampaikan dukacita mendalam atas wafatnya dr Hatta Lubis dan dr Elida Ilyas karena terpapar Covid-19. 

Bahkan dalam satu hari ini Senin (13/7/2020) IDI melalui akun Instagramnya mengumumkan adanya 5 orang dokter yang meninggal dunia.

Sedangkan total sudah ada 61 dokter yang meninggal dari seluruh wilayah Indonesia akibat Covid-19.

“Informasi yang diterima PB IDI setidaknya ada 61 dokter yang dilaporkan meninggal karena positif Covid-19 dan PDP Covid,” kata Halik.

Alasan Tenaga Medis Terpapar

Perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Medan, Ade Rahmaini menjelaskan bagaimana dengan mudahnya dokter dapat terpapar Covid-19 apabila tidak ada tata udara yang baik.

"Seorang teman saya dokter terpapar, dia menangani Covid-19 di salah satu rumah sakit swasta. Mereka itu buat 1 lantai jadi tempat isolasi hanya bermodal matikan AC. Makanya peran Dinas Kesehatan itu harus dilihat rumah sakit model gedung yang tidak layak," katanya, saat rapat bersama Pansus Covid-19 DPRD Medan, Senin (20/7/2020).

Ia mengatakan, meski petugas kesehatan menggunakan APD, belum tentu ia tidak terpapar virus corona.

"Coba hitung kalau misalnya tata udaranya tidak baik, datang pasien dengan 1000 virus corona. Walaupun kami pakai APD, maka yang 1000 itu kami bisa terpapar 10 saja. Virus itu masuk melalui masker, bisa tembus kalau dari ukuran virus bisa. Besoknya kami datang lagi ke situ, karena udaranya tidak baik virusnya dia bawa ada 20.000 kami bisa dapat 10 semakin lama semakin banyak. Kalau daya tahan kami tidak terbentuk imunnya maka seperti teman saya dan sekarang masih dirawat di sana," katanya.

Ia mengatakan penyaring udara di tempat-tempat yang berhubungan dengan penanganan Covid-19 sangat dibutuhkan guna meminimalisir tenaga kesehatan yang terpapar.

"Jadi yang kami minta hepa filter itu nggak mahal-mahal kali, sekitar dua jutaan, kami minta yang biasa-biasa aja nggak masalah. Tapi kalau ditanya itu bisa menghilangkan virus, jawabannya tidak, tapi untuk meminimalkan paparannya jadi yang kami temui virusnya tidak sebanyak yang sekarang ini," katanya.

Selanjutnya, dokter spesialis paru tersebut juga menjelaskan soal minimnya alur penggunaan hingga melepaskan APD di rumah sakit.

"Jadi memang beberapa rumah sakit itu alurnya pun tidak ada. Bahkan, ada satu rumah sakit entah di mana alur memakai APD-nya di mana alur bukanya. Artinya kalau isolasinya standar saja kita nggak bisa bersih dari Covid-19," katanya.

(cr14/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved