Kisah Perjuangan Seorang Wanita dan Anaknya Kabur dari Korut, Susah Payah Sampai Inggris

Dari China, Park berusaha pergi ke Mongolia dengan memanjat pagar perbatasan bersama putranya yang masih berusia 6 tahun kala itu.

Facebook Jihyun Park via The Sun Online
Jihyun Park. 

"Tidak ada makanan," ujar wanita itu, "Pada 1996, paman saya meninggal karena kelaparan di hadapan kami."

"Ketika dia meninggal, dia tidak tampak seperti manusia. Tubuhnya tinggal tulang. Di jalanan, semua orang muram."

Saat itu, ayahnya mulai sakit-sakitan.

Di pagi hari, Park akan meninggalkan semangkuk nasi untuk sang ayah dan pergi bekerja. Namun ketika kembali, ayahnya tidak memakan nasi itu. 

Ayahnya tidak memakannya karena tidak ingin anaknya kelaparan.

Lambat laun, kondisi ayah Park semakin parah dan tidak bisa berkomunikasi melalui verbal. Dia hanya bisa berkomunikasi melalui tulisan dengan gerakan lemah.

Selain kelaparan hebat, adik laki-laki Park juga terlibat masalah serius selama bekerja dengan militer Korut sehingga aparat mengincarnya.

"Harapan terakhir ayah saya adalah menyelamatkan adik laki-laki saya," ujar Park, "Suatu hari dia terbangun dan memberi isyarat kepada saya agar saya pergi."

"Itulah alasan mengapa saya melarikan diri dari Korea Utara."

Seperginya Jihyun Park, sang ayah yang sekarat pun meninggal dunia karena kelaparan.

Pergi dari Korea Utara

Kebanyakan warga Korut yang membelot melintasi perbatasan ke China sebelum melakukan perjalanan ke negara ketiga, biasanya negara-negara Asia Tenggara, tempat di mana mereka bisa mengajukan permohonan suaka.

Pelarian itu sangat berbahaya, bahkan bagi mereka yang berhasil meloloskan diri. Mereka dianggap imigran ilegal dan bisa dideportasi kapan saja jika tertangkap di China.

Mereka yang dideportasi ke Korut biasanya akan menghadapi hukuman brutal di pusat-pusat penahanan, termasuk kerja paksa, kamp re-edukasi dan penyiksaan.

Pada Februari 1998, Park dan adik laki-lakinya berhasil lolos melewati sungai beku dan pegunungan ke China dengan bantuan seorang pria yang menjanjikan kehidupan lebih baik di negara baru.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved