TERUNGKAP Begini Etnis Uighur Diperlakukan di Kamp Tahanan, Ketika Tidur Tangannya Diborgol

Model ganteng berdarah Uighur, Merdan Ghappar, 31, mengungkap bagaimana China memperlakukan mereka saat menjalani pelatihan di kamp penahanan.

Editor: Tariden Turnip
BBC/WU ZI YANG AGENCY
TERUNGKAP Begini Etnis Uighur Diperlakukan di Kamp Tahanan, Ketika Tidur Tangannya Diborgol. Model Merdan Chappar pindah dari Xinjiang ke kota Fushan, China Selatan pada 2009 untuk mengejar karir di dunia model. 

Pamannya, Abdulhakim Ghappar, yang sekarang tinggal di Belanda, percaya bahwa video itu dapat membangkitkan opini publik dengan cara yang sama bahwa rekaman perlakuan polisi terhadap George Floyd menjadi simbol kuat diskriminasi ras di AS.

"Mereka berdua menghadapi kebrutalan untuk ras mereka," katanya.

"Tetapi sementara di Amerika orang-orang mengangkat suara mereka, dalam kasus kami hanya ada keheningan."

Pada 2009, Merdan Ghappar - seperti masyarakat Uighur lainnya - meninggalkan Xinjiang untuk mencari kehidupan yang layak di kota-kota besar China.

Setelah menempuh studi tari di Xinjiang Arts University, dia sempat bekerja menjadi penari dan kemudian, beberapa tahun sesudahnya, menjadi model di kota Fushan yang terletak di China Selatan.

Teman-temannya mengatakan, Ghappar dapat menghasilkan uang sebesar 10.000 Rmb, atau sekitar Rp20 juta per hari

Kisahnya tampak seperti sebuah iklan "China Dream" dari Presiden Xi Jinping, yang menggambarkan perekonomian negara itu yang dinamis dan tengah booming.

Tetapi orang-orang Uighur, dengan bahasa Turki mereka, kepercayaan Islam dan ikatan etnis dengan orang-orang dan budaya Asia Tengah, telah lama dipandang sebagai obyek kecurigaan oleh penguasa China dan menghadapi diskriminasi di masyarakat yang lebih luas.

Kerabat Ghappar mengatakan Ghappar diberitahu bahwa karirnya di dunia model akan lebih baik jika dia mengecilkan identitasnya sebagai komunitas Uighur, dan lebih mengedepankan karakter wajahnya sebagai "setengah Eropa".

Dan mesikpun dia menghasilkan banyak uang untuk membeli apartemen, mereka mengatakan dia tak bisa mendaftarkannya sebagai miliknya, akan tetapi menggunakan nama temannya yang berasal dari China.

Bagaimanapun, ketidakadilan itu tampak tak seberapa dibandingkan dengan apa yang yang terjadi padanya saat ini.

Setelah serangan brutal yang menargetkan pejalan kaki dan komuter di Beijing pada 2013 dan kota Kunming pada 2014 - yang disebut China dilakukan oleh separatis Uighur - negara telah mulai memandang etnis Uighur sebagai tidak hanya mencurigakan tetapi juga hasutan.

Menjelang tahun 2018, ketika China menerapkan sistem kamp penahanan dan penjara yang dibangun dengan cepat dan luas di seluruh Xinjiang - Ghappar masih tinggal di Foshan, di mana hidupnya tiba-tiba berubah menjadi lebih buruk.

Pada bulan Agustus tahun itu, ia ditangkap dan dijatuhi hukuman 16 bulan penjara karena menjual ganja, sebuah tuduhan yang menurut teman-temannya dibuat-buat.

Akan tetapi, setelah dibebaskan pada November 2019, kelegaan yang ia rasakan setelah menjalani masa tahanan tak berlangsung lama.

Sumber: bbc
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved