Update Covid19 Sumut 15 Agustus 2020
BREAKING NEWS: Tanggapan Dinas Kesehatan, 30 Tenaga Medis RSU Haji Positif Corona dan Keluhan APD
Dinas Kesehatan Sumut menanggapi laporan keluhan tenaga medis yang menggunakan baju azmat dan masker secara berulang.
Penulis: Victory Arrival Hutauruk | Editor: Salomo Tarigan
Laporan Wartawan T ribun-Medan.com, Victory Arrival Hutauruk
T RIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Dinas Kesehatan Sumut menanggapi laporan keluhan tenaga medis yang menggunakan baju azmat dan masker secara berulang.
Seperti diketahui sebanyak 30 tenaga medis di RSU Haji dikatakan positif Covid-19.
Bahkan, 2 di antaranya Dokter Aldreyn spesialis anastesi dan perawat Rasyidah Ulfa, meninggal dunia akibat serangan virus ini.
Kadis Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, dr Alwi Mujahit Hasibuan menyebutkan bahwa pihaknya sudah memberikan APD kepada pihak rumah sakit sesuai kebutuhan.

"Manajamennya lah yang ditanyakan, kalau kita berapapun permintaannya kita kasih itu APD yang dimintanya ke kita," tuturnya saat dikonfirmasi Tribun, Sabtu (15/8/2020).
Ia menyebutkan bahwa saat ini keluhan yang disampaikan para perawat belum ada diterima oleh pihak Dinas Kesehatan Sumut.
"Belum ada laporan itu ke kita, suruh buat laporan ke kitalah biar kita tampung. Sampaikan saja ke kita biar kita tampung. Ya dibuat aja laporannya," tuturnya.
Lebih lanjut, Alwi menegaskan laporan tersebut bisa menyembunyikan identitasnya.
Ia menegaskan bahwa laporan tersebut amat penting untuk nantinya bisa dilakukan langkah dari pihak Dinas Kesehatan terhadap rumah sakit yang bersangkutan.
"Identitasnya disembunyikan tidak apa, tapi dibuat aja laporannya, misalnya saya perawat di ruang anak, saya di ruang poli gigi, seperti itu. Karena mnajamennya tidak laporkan, kalau mereka tidak ada lapor, kita dapat laporan dari mana," tuturnya.
Alwi menegaskan bahwa seharusnya rumah sakit menyediakan APD kepada para petugas medisnya sesuai SOP ketentuan Penanganan Covid19.
"Harusnya disediakan lah karena orang itu bisa menganggarkan sendiri dan membeli sendiri. Dan ada bantuan kita juga, lengkap permintaannya dan tanda terimanya ada, adalah banyak-banyak itu," tegasnya.
Alwi menyebutkan bahwa hingga saat ini belum ada laporan balik dari RSU Haji terkait masukan yang telah diberikan terkait pemutusan rantai Covid19 di tenaga medis. "Belum ada laporan, hari sabtu pula ini, itukan ada isolasi," tuturnya.
Sebelumnya, perawat di Rumah Sakit Umum Haji Medan membeberkan dugaan perlakuan tak sesuai prosedur dalam penanganan pasien Covid19.

Seorang perawat RSU Haji yang tak ingin disebutkan identitasnya membeberkan fakta penyebab tingginya angka tenaga medis yang terpapar.
Ia menyebutkan bahwa para perawat dalam menangani pasien Covid-19 diberikan APD yang dijatah dan tidak diganti setiap harinya sejak bulan Mei 2020.
Bahkan yang lebih miris bahwa baju azmat dan masker yang dipakai para tenaga medis harus disterilkan kembali. Dan bahkan ada yang harus membeli masker sendiri.
"Kami ada 240 perawat disini, kami tidak di fasilitasi kerja, APD sama masker dijatah. Jadi baju Azmat kami itu didaur ulang, sudah dipakai lalu disterilkan, baru dipakai kembali. Maskerpun dijatah, kami pakai masker lebih dari 3 hari itupun masker medis biasa. Bahkan kami disuruh beli sendiri," ungkapnya kepada Tribun, Jumat (14/8/2020).
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa tidak adanya perlengkapan APD tersebut yang membuat banyaknya tenaga medis yang berjatuhan terpapar Covid-19.

"Jadi pasien itu dibuat masuk ke ruangan rawat inap biasa. Jadi disitu kami kenak tertularnya, karena kami dengan tanpa perlengkapan tidak mengetahui pasien tersebut ternyata terpapar," tegasnya.
Bahkan ia menerangkan saat ini banyak perawat yang menangani khusus pasien Covid19 tidak pernah dilakukan swab. Yang lebih miris bahwa para pasien yang positif tidak dirawat oleh rumah sakit.
"Kami juga perawat belum semua di swab. Malah yang di swab yang tidak menanganin pasien bg. Dan teman-teman kami perawat yang positif disuruh manajemen rawat diri sendiri di rumah, bukan dirawat di RS Haji," tuturnya.
Ia menyebutkan bahwa para perawat yang menangani pasien Covid19 juga tidak diberikan ruang karantina setelah menangani pasien dan langsung disuruh pulang ke rumah masing-masing.
Hal ini dijelaskannya yang menjadi penyebab tertularnya suami dari almarhum perawat Rasyidah yang meninggal dunia.
"Kami yg merawat Covid19 tidak difasilitasi seperti biasa. Kami disuruh pulang sehabis merawat, makanya kawan kami yg meninggal Rasydah Ulfa itu suaminya ikut positif.
Seharusnya selesai dari ruangan Covid19 kami diisolasi dulu 14 hari baru diperbolehkan pulang apabila hasil rapid atau swab kami negatif. Ini salah satu penyebab penularan dan menularkan ke keluarga," tuturnya.
"Dan teman kami yang meninggal itu belum dapat santunan hingga hari ini," tambahnya.
Ia bahkan menyebutkan hingga saat ini pihaknya tidak diberikan insentif menangani pasien Covid19 dan tidak ada diberikan Surat Keterangan tenaga medis yang menangani Covid19.
"Kami merawat tidak diberikan SK covid19 nya bg. Jadi kami duga ada permainan antara manajemen rumah sakit. Mereka melaporkan ke dinas ada Covid di RS Haji. Tapi kami karyawannya tidak diberikan apa apa. Kami yang merawat pasien Covid19 juga tidak di berikan insentif sejak Bulan Mei hingga sekarang. Tapi laporan kami masuk ke dinas bahwasannya kami merawat Covid19.
Terakhir, ia meminta agar selanjutnya ada tindakan dari pihak rumah sakit dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19 di Sumut untuk bisa mendengarkan keluh kesah mereka dengan memberikan APD yang lengkap di setiap harinya.
"Kami minta kami itu diberi kelengkepan APD yang sesuai standart setiap harinya tanpa harus disterilkan. Kamipun rela bekerja bertaruh nyawa untuk merawat pasien Covid19 apabila kami diperlengkapi dengan APD dengan benar. Kami juga minta diberikan insentf selayaknya dengan puding dan jam istirahat yang cukup dengan," sebutnya.

Direktur Rumah Sakit Umum Haji Medan, dr Khainir Akbar Yusuf menyebutkan bahwa dirinya meminta agar dikonfirmasi ke Dinas Kesehatan.
"Nah udah itu-itu aja, tanya sama Dinas Kesehatan lah itu, udah ada beritanya itu," ungkapnya kepada T ribun, Kamis (13/8/2020).
Khainir mengungkapkan bahwa dirinya tak ingin dikonfirmasi terkait kabar tersebut.
"Enggak perlu lagi konfirmasi, udah ada itu, ya dek enggak perlu konfirmasi, lanjutlah-lanjut," cetusnya langsung mematikan komunikasi telefon.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara menegaskan pihaknya sudah memberikan imbauan untuk langkah memutus penyebaran Covid19 di RS Haji Medan.
Kadis Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, dr Alwi Mujahit Hasibuan menyebutkan sudah memberiakn masukan terhadap pihak Rumah Sakit Haji terkait langkah-langkah yang dapat diambil.
"Kita sudah memberikan masukan sama orang itu. Tapi itukan tergantung orang itu yang apa, sampai sekarang belum ada sikap orang itu. Cobalah kesana lah langsung," tutur Alwi kepada T ribun, Kamis (13/8/2020).
Ia menyebutkan bahwa pihak Dinas sudah memberikan rekomendasi apakah perlu dilakukan langkah penutupan sementara atau penutupan sebagian.
"Saran kita sudah kita kasih, merekan harus menilai sampai sejauh mana tingkat penyebarannya disitu. Kemungkinan untuk ditutup sementara tidak tertutup, artinya melihat tingkat penyebarannnya. Kita menyarankan lakukan ini-lakukan ini, bagaimana penerapannya diawasi, nanti ketahuan apa kelemahananya sampai bisa sebanyak itu. Baru bisa diputuskan apakah nanti ini akan ditutup, ditutup sebagian, atau mengurangi tenaga yang masuk atau apa," beber Alwi.
Namun, ia menyebutkan hingga hari ini pihaknya belum mendapatkan laporan balasan dari pihak rumah sakit sejak 10 Agustus lalu melakukan peninjauan.
"Pada Senin lalu tim dari dinas kesehatan provinsi sudah kesana untuk melakukan peninjauan secara langsung dan menilai apa yang terjadi disana dan seperti apa kira-kira langkahnya yang harus dilakukan. Namun, sampai hari ini laporan belum ada ke kita. Kita menunggu laporan resmi orang itu, kita udah minta sama orang itu. Saya enggak ngerti udah dilakukan apa belum, yang pasti belum dapat laporan resmi," tuturnya.
Alwi mengakui pihak Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 bisa saja mengambil langkah, namun pihaknya belum mau melakukannya karena yang mengetahui kondisi dari rumah sakit tersebut adalah pihak manajamen yang bersangkutan.
"Diakan harus ada sikap, kita bisa saja mutuskan itu dari Gugus Tugas bisa, cuman kan sebaiknya mereka yang putuskan. Karena mereka yang lebih tahu sebenarnya tingkat persoalan dan masalahnya seperti apa kan mereka yang lebih paham," tuturnya.
(vic/t ribun-medan.com)