Widyawati, Berawal dari Pempek, Jadi Berkah untuk Sesama

Dari menjadi agen dan reseller pempek, banyak yang sudah membantu perekonomian keluarga mereka bahkan melunasi tabungan haji.

TRIBUN MEDAN/M DANIEL
WIDYAWATI menggeluti bisnis kuliner yakni Pempek Nabil. Kini setiap bulan, ia memproduksi 10 ribu pack pempek berbagai varian. 

Ia mengatakan butuh waktu beberapa bulan hingga ia menemukan resep pempek yang enak dengan harga jual yang pas dengan pasar.

Dengan mengkombinasikan resep keluarga dan belajar dari YouTube akhirnya ia percaya diri menawarkan pempek buatannya kepada orang lain.

Ia juga pernah ikut kursus pembuatan pempek di Palembang saat usahanya sudah berjalan dua tahun di Medan.

Saat pindah ke Medan, ia mulai mengembangkan bisnis pempek ini. Ia bersyukur dapat respon yang baik dari masyarakat di Medan.

Saat ini setiap hari dia memproduksi 20 hingga 30 kilogram ikan tenggiri menjadi sekitar 500 pack pempek.

Pempek buatannya bisa bertahan hingga tiga bulan di dalam freezer dan 36 jam di suhu ruang.

Pempek buatannya 100 persen dibuat dengan ikan tenggiri dan tanpa penyedap rasa. Selain itu juga sudah mendapatkan label halal.

"Dulu paling laku hanya Rp 100 ribu. Kadang enggak laku. Dulu saya hanya bisa bikin pempek lenjer, karena itu yang paling gampang buatnya. Karena banyak yang minta pempek lain juga, jadi saya terus belajar dan buat pempek lain. Bahkan ada yang saya ciptakan sendiri seperti pempek hitam yang dari kulit ikan tengiri, beda sama pempek kulit ya," katanya.

Pempek Palembang Jadi Warisan Budaya Indonesia

Untuk kuah atau cukonya, ia membuat cuko dari resep ibunya. Cuko buatannya kental dan persis seperti yang ada di Palembang. Gula aren yang ia gunakan juga dikirim langsung dari Palembang jadi warna cuko Pempek Nabil ini pekat. Soal rasa, cuko buatannya lebih pedas agar sesuai dengan lidah orang Medan.

Saat ini yang paling laris adalah pempek lenjer, adaan, dan kapal selam. Modal awalnya hanya Rp 500 ribu untuk beli ikan tenggiri. Kini pempek buatannya dijual mulai harga Rp 15 ribu hingga Rp 40 ribu.

"Satu tahun awal mengembangkan bisnis ini saya masih dibantu suami dan mertua. Suami juga dukung penuh, bawa ke kantornya. Tahun kedua saya mulai cari karyawan untuk bantu produksi karena saya mulai banyak pesanan. Lama-kelamaan banyak yang mau jadi agen dan reseller, perlahan kita tambah karyawan juga. Sekarang sudah ada 13 karyawan," katanya.

Menurutnya tantangan dalam membangun usaha kuliner di Medan adalah ongkos kirim yang tinggi.

Selain itu banyaknya orang yang meniru usahanya dengan mengambil foto Pempek Nabil di sosial media. "Jadi foto kita diambil, diunggah ke akun Instagramnya tapi yang dijual bukan Pempek Nabil," katanya. 

WIDYAWATI bersama keluarga.
WIDYAWATI bersama keluarga. (TRIBUN MEDAN/HO)

Cari Masalah Orang Lain

Widy mengatakan dalam membangun usaha apapun tetaplah fokus dan jangan tergiur untuk mencoba jenis usaha yang berbeda-beda. Jika ingin mencari ide untuk jualan, kata perempuan lulusan Teknik Pertambangan ini fokuslah mencari solusi untuk permasalahan orang lain.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved