KABAR GEMBIRA Nyamuk Diberi Bakteri Wolbachia Sukses Tekan Kasus DBD hingga 77 Persen

Bakteri Wolbachia pipientis yang dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes aegypti berhasil menekan angka kasus infeksi DBD hingga 77 persen

Editor: Tariden Turnip
TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
KABAR GEMBIRA Nyamuk Diberi Bakteri Wolbachia Sukses Tekan Kasus DBD hingga 77 Persen . Petugas dari Palang Merah Indonesia (PMI) Medan melakukan "fogging" atau pengasapan di Taman Ahmad Yani, Medan, Sumatera Utara, Jumat (06/03/2020).TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI 

KABAR GEMBIRA Nyamuk Diberi Bakteri Wolbachia Sukses Tekan Kasus DBD hingga 77 Persen 

Selain menghadapi pandemi Corona, Indonesia menghadapi ancaman demam berdarah dengue ( DBD) mencapai puncaknya sekitar Juni 2020.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada 68 ribu kasus demam berdarah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kasus tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat, Lampung, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Siti Nadia dalam tayangan yang disiarkan akun YouTube BNPB, Senin (22/6/2020), daerah tertinggi adalah Provinsi Jabar, Provinsi Lampung, NTT, Jatim, Jateng, dan Yogyakarta.

Siti mengatakan fase masa DBD kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Siti menyebut puncak DBD sebelumnya terjadi pada Maret, tapi tahun ini hingga Juni masih ada penambahan kasus.

"Jadi kalau kita lihat DBD kita lihat puncak kasusnya setiap tahunnya selalu terjadi bulan Maret. Dan ada satu hal yang berbeda tentunya pada tahun ini adalah kami melihat penambahan kasusnya sampai di bulan Juni kami masih temukan penambahan kasus yang cukup banyak. Artinya, angka ini adalah sesuatu yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kita melihat bahwa sampai saat ini kita masih temukan 100-500 kasus per hari," ujarnya.

Lebih lanjut, angka kematian DBD sampai saat ini mencapai 346. Siti menyebut kasus kematian akibat DBD tertinggi berada di Provinsi Jabar, Jateng, dan Jatim.

"Angka kematian kita saat ini mencapai angka 346 dan sama kurang-lebih gambarannya sama di provinsi-provinsi yang tadi. Jadi ada Jabar, Jateng, Jatim yang merupakan kasus-kasus tertinggi kematian," jelas Siti.

Tapi ada kabar menggembirakan soal DBD ini.

Bakteri Wolbachia pipientis yang dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes aegypti berhasil menekan angka kasus infeksi demam berdarah dengue ( DBD) hingga 77 persen.

Temuan ini menjadi harapan bagi upaya eliminasi DBD di Tanah Air.

Proyek World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta telah dilakukan sejak 2011.

Menurut peneliti utama WMPY, Prof dr Adi Utarini MSc MPH PhD, penelitian dengan teknologi Wolbachia oleh WMP telah dilakukan di 12 negara, dengan pelepasan nyamuk yang sampai saat ini telah dilakukan di 6 negara, termasuk Indonesia.

"Di Indonesia, riset ini baru dilakukan di Yogyakarta menggunakan desain penelitian Randomized Controlled Trial yang merupakan standar ilmiah yang terbaik secara internasional," kata akademisi yang akrab disapa Uut dalam jawaban tertulis untuk Kompas.com.

Sebelumnya, nyamuk ber-Wolbachia awalnya hanya dilepaskan di Sleman dan Bantul, Yogyakarta dalam skala terbatas.

Kemudian pada 2017, nyamuk A aegypti yang terinfeksi bakteri Wolbachia dilepas dalam skala besar di Yogyakarta dan Bantul.

Riset ini melibatkan 8.200 responden ntuk melihat efektivitas nyamuk ber-Wolbachia.

Pelepasan nyamuk ini dilakukan secara bertahap selama delapan bulan.

Saat populasi nyamuk dengan Wolbachia dianggap tinggi, tim memantau kasus DBD di area tersebut pada Februari 2019 hingga Maret 2020.

Hasilnya, selama 27 bulan riset dilakukan terjadi penurunan 77 persen kejadian dengue di wilayah yang mendapat nyamuk DBD dengan bakteri Walbachia.

Dengan hasil trial yang menunjukkan penurunan 77 persen kasus dengue pada wilayah dengan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia, saat ini WMP Yogyakarta bekerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta sedang memperluas manfaat Wolbachia di wilayah pembanding.

Wilayah pembanding yaitu wilayah penelitian yang belum dilepasi nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta.

"Selanjutnya kami berencana memperluas manfaat Wolbachia di kabupaten prioritas lainnya di DIY, yaitu di Kabupaten Sleman dan Bantul," kata Uut.

"Secara bertahap, kami berharap metode Wolbachia dapat diterapkan di daerah prioritas lainnya di Indonesia sebagai metode pelengkap untuk pengendalian demam berdarah," imbuhnya.

Jika dilepaskan di wilayah lain, apa akan menunjukkan hasil serupa?

Pakar entomologi Warsito Tantowijoyo yang terlibat dalam riset ini mengatakan bahwa iklim merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.

"Namun dari pengalaman kami di Yogyakarta, penyebaran nyamuk akan sama bagusnya baik ketika dilepaskan di musim penghujan maupun kemarau," katanya.

Faktor penting lainnya adalah karakter nyamuk Aedes aegypti, khususnya karakter resistensi terhadap insektisida.

"Kita perlu melakukan survei dasar di masing-masing lokasi target untuk mengembangkan strategi penyebaran nyamuknya agar hasilnya sama efektif dengan yang telah dicapai di Yogyakarta," ujar Warsito.

"Demikian pula kesiapan masyarakat setempat dan dukungan pemerintah daerah juga penting diidentifikasi dalam survei dasar tersebut," imbuhnya.

Selain itu, perbedaan serotipe dengue virus (DENV) yang dominan di suatu daerah mungkin dapat memengaruhi generalisasi hasil penyebaran telur nyamuk ber-Wolbachia terhadap penurunan jumlah kasus DBD di daerah endemik lainnya.

Namun, dengan penyebaran Wolbachia yang memadai, diharapkan tetap mampu menurunkan jumlah kasus dengue secara keseluruhan yang signifikan di daerah tersebut.

Ahli berkata, hal utama yang perlu diperhatikan dalam penyebaran Wolbachia di tempat lain adalah bahwa perbedaan ekologi, iklim, ketinggian dan kompleksitas lingkungan perkotaan.

Faktor tersebut kemungkinan besar akan memengaruhi karakter perkembangan nyamuk ber-Wolbachia, dan akibatnya terhadap dampaknya pada insidensi kasus DBD.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sukses Tekan DBD 77 Persen, Pelepasan Nyamuk Ber-Wolbachia Diperluas
Penulis : Gloria Setyvani Putri

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved