News Video
Kucing Ini Diambil Kedua Matanya hingga Buta, Sempat Alami Stroke, Akibat Kena Virus Mengerikan Ini?
Jasper kemudian terkena virus herpes yang menyerang matanya. Mata Jasper terus mengeluarkan air, kemudian terkena ulkus kornea di mata kanannya.
Saat virus calici masuk ke dalam tubuh, selanjutnya virus akan memperbanyak diri pada sel epitel di saluran pernapasan, konjungtiva (lapisan tipis di area mata), lidah, dan paru-paru.
Nah, pencegahan terbaik untuk menghindari infeksi virus calici adalah dengan melakukan vaksinasi.
2. Feline herpesvirus
Feline herpesvirus (FHV) merupakan penyakit yang menyerang saluran pernapasan atas kucing.
Dilansir icatcare.org, FHV merupakan virus yang sangat menular dan merupakan penyebab utama infeksi saluran pernapasan atas atau flu kucing.
Virus ini dapat ditularkan antar kucing melalui:
- Kontak langsung, termasuk air lius, sekresi mata, atau hidung.
- Menghirup droplet atau percikan yang keluar saat bersin.
- Berbagi mangkuk makanan
- Lingkungan yang terkontaminasi, termasuk perlengkapan tempat tidur.
Penting diketahui, setelah kucing terinfeksi FHV, secara efektif dia akan menjadi pembawa virus seumur hidup.
Ini karena virus tetap berada di sel-sel saraf.
Beberapa kucing dapat melepaskan virus, terutama saat sistem kekebalan kucing ditekan.
Beberapa gejala khas kucing terinfeksi FHV antara lain mengalami konjungtivitas, bersin, radang tenggorokan, lesu, demam, dan kadang-kadang batuk.
Gejala itu bisa muncul dalam beberapa hari atau beberapa minggu setelah terinfeksi.
3. Feline panleukopenia
"Feline panleukopeniavirus (FP) menyerang saluran pencernaan, sistem imun, hingga sistem saraf kucing," kata Yeremia.
Dilansir Avma.org, di masa lalu FP adalah penyebab utama kematian pada kucing.
Penyakit ini dapat dikendalikan setelah adanya vaksin.
Sama seperti Feline herpesvirus (FHV), FP juga merupakan penyakit virus yang sangat menular antar kucing.
Kitten atau anak kucing dan kucing yang tidak divaksinasi paling berisiko terkena penyakit FP, meski tidak menutup kemungkinan virus ini menginfeksi kucing dari segala usia.
Virus ini menginfeksi dan membunuh sel-sel dengan sangat cepat, seperti sel di sumsum tulang, usus, dan janin yang sedang berkembang.
4. Rabies
"Kucing itu juga hewan penular rabies. Menurut website Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika justru (rabies) lebih sering ditemukan pada kucing dibanding anjing," ungkap Yeremia.
Rabies merupakan penyakit yang dapat berpindah dari hewan ke manusia serta dapat mengakibatkan koma hingga kematian.
Anjing lebih dikenal sebagai penyebar penyakit ini, padahal gigitan maupun cakaran kucing yang dibarengi dengan masuknya virus rabies lewat luka tersebut juga dapat mengakibatkan timbulnya rabies pada manusia.
Oleh karena itu, beberapa negara atau daerah dengan populasi kucing yang banyak mewajibkan pemberian vaksin rabies pada kucing.
Vaksinasi ini dapat mencegah munculnya penyakit rabies, termasuk pada manusia.
Di luar keempat vaksin utama tersebut, terdapat vaksin kucing tambahan atau disebut non core vaccine yang hanya diberikan sesuai rekomendasi dokter, tergantung tinggi tidaknya kasus penyakit di suatu daerah, yaitu:
- Feline leukemia virus (FeLV), yakni penyakit serius akibat infeksi virus yang belum ada obatnya.
Virus ini menyebar dari kucing ke kucing melalui kontak dengan air liur, feses, urine, dan susu yang dikonsumsi secara bersamaan.
- Bordetella, vaksin kucing yang bertujuan mencegah infeksi bakteri yang menyerang sistem pernapasan atas.
Bordetella dapat menyebabkan kucing bersin dan belekan.
- Feline immunodeficiency virus (FIV), vaksin kucing ini dapat meminimalisir munculnya penyakit yang berhubungan dengan immunidefisiensi.
- Klamidia, yakni infeksi bakteri yang menyebabkan konjungtivitis pada kucing serta infeksi saluran pernapasan atas.
Setelah memberikan vaksin kucing di atas, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter tentang jadwal pemberian booster atau imunisasi tambahan.
Kapan kucing harus divaksin?
Praktisi yang bersama koleganya juga aktif mengedukasi pentingnya kesehatan dan kesejahteraan hewan melalui podcastnya, Dokter Hewan Nge-podcast itu menegaskan, vaksin tak akan berguna ketika diberikan beberapa hari setelah lahir.
"Kalau masih usia 0 hari (divaksin), vaksin enggak akan berguna. Karena masih ada antibodi yang dihasilkan oleh ibu melalui ASI.
Jadi (di usia awal kelahiran), pemberian vaksin akan sia-sia karena ‘bibit penyakit’ pada vaksin langsung dimusnahkan oleh antibodi dari ibu, tidak sempat menstimulus pembentukan antibodi si kitten (anak kucing),” kata Yeremia.
"Nah, ketika (kucing) sudah usia delapan minggu, maternal antibodi pada ASI induk sudah mulai menurun sekaligus masa lepas sapih, Inilah waktunya (untuk) divaksin," imbuh dia.
Ketika di usia dua bulan ini, kucing akan diberikan vaksin utama atau core vaccine.
Setelah vaksin pertama diberikan pada usia delapan minggu, vaksin kedua diberikan di usia 12 minggu, dan terakhir 16 minggu.
Sehingga ada tiga kali vaksin.
"Setelah itu berlanjut setiap satu tahun sekali," ujarnya.
Sementara untuk kucing yang hidup di kondisi tertentu, seperti kucing-kucing di penampungan hewan, ada perlakuan khusus.
Mereka harus diberikan vaksin lebih awal, demi keamanan.
"Ada guidelines internasional, (usia kucing) empat hingga enam minggu, itu sudah mesti divaksin.
Kemudian setiap dua minggu divaksin hingga usia 20 minggu.
Ini karena populasi hewan yang banyak rentan terjadi penularan berbagai penyakit, termasuk yang tercover oleh vaksinasi," ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di Hai.Grid.id dan Kompas.com dengan judul : "Kasian Banget, Kucing Ini Kena Virus Hingga Kedua Matanya Harus Rela Diambil dan Alami Buta", "Mengenal Jenis Vaksin Kucing dan Penyakit yang Sering Dialami Si Pus"