Eks Danjen Kopassus Sintong Panjaitan Lontar Statemen Menohok soal Rumor Kebangkitan Komunis
Saat Bandara Halim Pernah Kusumah dikuasai PRKAD, didapat informasi jasad jenderal yang diculik dikubur di sekitar Lubang Buaya.
Setelah terlibat langsung dalam sejarah penumpasan PKI, Sintong pun ditanya pendapatnya tentang isu kebangkitan komunis di Indonesia.
TRIBUN-MEDAN.COM - Pelaku sejarah penumpasan G30S/PKI, Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan menanggapi isu kebangkitan PKI yang dilontarkan sejumlah pihak di Tanah Air.
Bertengkar dengan Billy Syahputra di Pusat Perbelanjaan, Amanda Manopo Tak Enak Jadi Pusat Perhatian
Fisiknya Kerap Dihina saat Sekolah, Perubahan Wanita Ini setelah Operasi Plastik Bikin Pangling
Nahas, Detik-detik Perempuan Dijambret saat lagi Asyik Live Facebook, Tarik Menarik dengan Pelaku
Joy Tobing Syok Positif Covid-19, Tak Menyangka hingga Nangis, Sebut Gejalanya Flu Batuk dan Demam
Menilik Foto-foto Sederhananya Rumah Meli Nuryani, Peraih Juara Pertama LIDA 2020
Rizky Billar Tak Mau Pacaran karena Takut Dosa, Gilang Dirga: Tapi Kamu Sentuh-sentuh Tangannya
Periksa KTP Ayu Ting Ting, Edric Tjandra Ngakak saat Lihat Status Perkawinan Ibunda Bilqis
Pernyataan Mantan Danjen Kopassus (dulu bernama Resiman Para Komando Angkatan Darat/RPKAD) ini dilontarkan dalam Podcast di kanal YouTube Puspen TNI.
Dalam wawancara tersebut, awalnya Sintong mengungkap kembali perannya menumpas Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).
Kisah Sintong ini sudah ditulis dalam buku berjudul Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, yang ditulis Hendro Subroto.
Akhirnya Terbongkar Motif Penikaman Syekh Ali Jaber, Pelaku Pernah Mengagumi Ceramah Sang Tokoh
Deretan Fakta Nathalie Holscher yang Jadi Mualaf, Hapus Tato hingga Hubungan Spesial dengan Sule
Masih Ingat Muklis Sang Satpam yang hampir Berjodoh dengan Julia Perez, Ini Pekerjaan Barunya
Akhirnya Terkuak Identitas dan Sosok Suami Meggy Wulandari, Duda 2 Anak yang Berprofesi Pengusaha
Teganya Suami Buka Perut Istri yang Hamil 4 Bulan lantaran Tak Terima Anaknya Perempuan
Istri Syok Dengar Jawaban Suami, Pilih Cerai atau Kasih Nafkah Rp 1 Juta per Bulan untuk Dua Anak
Letda Sintong alumni dari Akademi Militer Nasional Angkatan 1963, adalah anggota RPKAD (kini Kopassus) yang masuk dalam kompi Lettu Feisal Tanjung, semula diterjunkan sebagai sukarewan Dwikora ke Serawak.
Sintong akan memimpin Peleton 1 Kompi Faisal Tanjung.

Sintong Panjaitan (Kolase kopassus.mil.id dan IST Tribun Medan)
Karena status kompi itu dalam operasi tersebut berupa sukarewalan Dwikora, para personel harus menanggalkan semua atribut resmi personil RPKAD, tak terkecuali kartu anggota.
Namun saat penerjunan pesawat Hercules yang membawa pasukan RPKAD ditembaki pasukan Inggris di Serawak hingga terpaksa berputar kembali ke Kalimantan.
Nikita Mirzani Bongkar Kehidupan Ranjangnya dan Partner Seksualnya tapi Bantah Pergaulan Liar
Kala Najwa Shihab Mewawancari Kursi Kosong imbas Menkes Terawan Tak Hadir, Disebut Momen Terbaik
Nia Ramadhani Blakblakan Ada Kontrak sebelum Dinikahi Ardi Bakrie soal Harta, Cewek Matre?
Lesti Kejora dan Rizky Billar Kini Tak Ragu Tunjukkan Kemesraan, dari Pegang Wajah hingga Gendong
Ini Dia 5 Artis yang Paling Kaya di Indonesia, Gadis Cantik Ini Menduduki Peringkat Pertama
Syekh Ali Jaber Tak Sungkan Bongkar Istrinya Pencemburu Lihat Chat Jemaah, Sampai Tak Pakai Ponsel
Celakanya saat pesawat kembali ke Indonesia, pesawat yang membawa Sintong dan rekannya juga ditembaki artileri Indonesia karena dikira pesawat musuh.
Namun akhirnya semua pasukan selamat.

Letjen Purn Sintong Panjaitan saat diwawancarai di Podcast dan Youtube Puspen TNI (screengrab youtube puspen tni)
Usai apel pagi 1 Oktober 1965, Sintong diberitahu Lettu Faisal Tanjung yang telah mendapat briefing dari Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie bahwa operasi penerjunan ke Kuching dibatalkan.
Kompi Tanjung pun dikembalikan sebagai kompi reguler dan akan ditugaskan dalam operasi penumpasan gerombolan G30S yang kabarnya masih belum jelas benar pagi itu.
Tugas baru itu membuat Sintong dan semua personil di Kompi Tanjung kalang kabut.
Seragam dan semua atribut resmi mereka semua ada di Kartosuro.
Akhirnya mereka mengenakan seragam perpaduan atasan loreng “darah mengalir” RPKAD yang diberikan mako Cijantung dan bawahan celana hijau sukarelawan Dwikora ketika berangkat ke Makostrad, Jalan Merdeka Timur, untuk menjalankan tugas.
Singkat cerita Lettu Feisal Tanjung menugaskan Peleton Sintong untuk merebut RRI.
Selepas magrib, Sintong memimpin Pleton 1 berjalan kaki menuju RRI.
Setelah pasukan Sintong melepaskan tembakan, pasukan pemberontak langsung kabur meninggalkan RRI.
Setelah semua selesai, Sintong mempersilakan Kepala Dinas Penerangan AD Brigjen Ibnu Subroto membacakan teks pidato Pangkostrad Mayjen Soeharto.
Siaran RRI ini cukup ampuh membuat moral pasukan pemberontak runtuh.
Bahkan ada jenderal yang sempat ditawan pasukan pemberontak di Palembang selamat setelah mendengar siaran RRI.
Pasukan pemberontak langsung meninggalkan tawanannya setelah mendengar siaran RRI tersebut.
Setelah menguasai RRI, Kompi Tanjung ditugas merebut Bandara Halim Perdana Kusumah yang saat itu dikuasai batalyon dari Jawa Timur yang mendukung PKI.
Bandara Halim Pernah Kusumah akhirnya bisa dikuasai pasukan PRKAD.
Saat Bandara Halim Pernah Kusumah dikuasai PRKAD, didapat informasi jasad jenderal yang diculik dikubur di sekitar Lubang Buaya.
Karena Kompi Tanjung yang sebelumnya akan diterjun ke Serawak dianggap paling siap, akhirnya mereka yang diberi tugas menemukan lokasi penguburan jasad para Pahlawan Revolusi.
Pasukan yang dipimpin Sintong akhirnya menemukan sumur tua yang sudah ditutupi tempat penguburan jasad Pahlawan Revolusi.
Saat pengangkatan jasad, Sintong akhirnya meminta bantuan tim TNI AL yang mempunyai peralatan lengkap.
Pengangkatan jasad Pahlawan Revolusi disaksikan Pangkostrad Mayjen Soeharto.
Aksi Sintong dalam penumpasan PKI tidak berhenti di Lubang Buaya.
Pada 17 Oktober 1965, Kolonel Sarwo Edhi memimpin RPKAD ke Jawa Tengah untuk melakukan “pembersihan”.
Sintong mendapat tugas di Solo.
Sintong mengatakan pasukannya menangkap ratusan tentara yang berpihak pada komunis, tapi tidak pernah membunuh warga sipil.
Ia mengaku mendengar ada beberapa kasus warga membunuh warga pendukung PKI.
''Tapi itu antara warga dengan warga sebagai bagian organisasi. Tapi tentara tidak ikut terlibat,'' katanya.

Sintong Panjaitan. (Kolase Istimewa)
Setelah terlibat langsung dalam sejarah penumpasan PKI, Sintong pun ditanya pendapatnya tentang isu kebangkitan komunis di Indonesia.
Tak terduga mantan Danjen Kopassus ini memberikan pernyataan menohok.
Letnan Jenderal Purn Sintong Panjaitan menyebut jika komunis sudah tidak ada di Indonesia.
"Perlu diluruskan mengenai komunis, jadi komunis itu sebetulnya menurut pendapat saya, udah kapok itu Komunis di Indonesia, nggak ada komunis di Indonesia," kata Sintong.
Sintong berpendapat jika PKI sudah kapok dan tidak ada lagi Komunis di Indonesia.
"Sekarang saya mau tanya, tunjukkanlah 20 komunis Indonesia ini, saya kasih seminggu, yang betul-betul mereka komunis, supaya kita jelas.
Jangan membuat sesuatu yang tidak ada," kata dia.
Menurut Sintong, orang yang mempelajari tentang liberal bukan berarti orang tersebut berpaham liberalisme.
Pun demikian, orang yang mempelajari Komunis bukan berarti dia memiliki paham Komunisme.
"Sebetulnya masalah komunis itu ada dua macam, komunis sebagai ideologis, tapi anak-anak muda ini kan dia belajar mengenai liberalisme komunisme," katanya.
"Apakah dengan belajar liberaslisme ini jadi liberal, apakah belajar komunisme jadi komunis, tidak bisa, ada juga orang yang beragama kristen mempelajari agama islam, ada islam mempelajari kristen, itu untuk pengetahuan, tapi untuk anutan mereka beragama tertentu, beragama Budha tapi mereka mempelajari Islam bukan berarti Islam dia, jadi sama saja, kalau kita mempelajari komunis belum tentu komunis," sambungnya.
Menurutnya, bangsa Indonesia saat ini tidak perlu meributkan hal yang sebenarnya tidak ada.
"Jadi sebetulnya tidak perlu saya rasa republik Indonesia ini bertengkar dengan sesuatu yang tidak ada," kata Sintong yang kini berusia 80 tahun.
"Jadi dengan demikian saya rasa kita menghormati pendapat orang, tapi janganlah untuk disebarkan seolah-olah komunis itu di Indonesia itu sudah bergerak, tidak ada komunis di Indonesia," jelasnya.
Ia pun berpesan kepada generasi saat ini, agar lebih bersikap Pancasila dan bangga dengan ideologi Pancasila tersebut.
"Perlu kau ketahui kamu mempunyai ideologi Pancasila yang terbaik di dunia, kau dalami Pancasila itu maka setiap orang yang berbeda pendapat berbeda apapun di situ ada tempatnya," pesannya.
"Dari segi agama juga, engkau beragama apapun juga kau harus membela Pancasila karena agamau itu tidak dilarang Pancasila, yang dilarang agamamu itu melawan agama orang lain," tambahnya,
"Mudah-mudahan republik ini menjadi negara yang bagus, negara yang toleran dan negara yang aman tentram," harapnya.
(*/Tribun-medan/Abdi Tumanggor)
Ditayangkan Sebelumnya dengan Judul Ini Reaksi Letjen Sintong Panjaitan Menanggapi Isu Kebangkitan PKI yang Dilontarkan Sejumlah Pihak