Viral Medsos

Ini Reaksi Letjen Sintong Panjaitan Menanggapi Isu Kebangkitan PKI yang Dilontarkan Sejumlah Pihak

Sintong Panjaitan mengatakan pasukannya menangkap ratusan tentara yang berpihak pada komunis, tapi tidak pernah membunuh warga sipil.

Editor: AbdiTumanggor
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Mantan Danjen Kopassus Letjen Purnawirawan Sintong Panjaitan berbicara pada acara Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965, di Jakarta, Senin (18/4/2016) lalu. 

TRIBUN-MEDAN.COM - Pelaku sejarah penumpasan G30S/PKI,  Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan menanggapi isu kebangkitan PKI yang dilontarkan sejumlah pihak di Tanah Air.

Pernyataan Mantan Danjen Kopassus (dulu bernama Resiman Para Komando Angkatan Darat/RPKAD) ini dilontarkan dalam Podcast di kanal YouTube Puspen TNI.

Dalam wawancara tersebut, awalnya Sintong mengungkap kembali perannya menumpas Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).

Kisah Sintong ini sudah ditulis dalam buku berjudul Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, yang ditulis Hendro Subroto. 

Letda Sintong alumni dari Akademi Militer Nasional Angkatan 1963, adalah anggota RPKAD (kini Kopassus)  yang masuk dalam kompi Lettu Feisal Tanjung, semula diterjunkan sebagai sukarewan Dwikora ke Serawak.

Sintong akan memimpin Peleton 1 Kompi Faisal Tanjung.

Sintong Panjaitan
Sintong Panjaitan (Kolase kopassus.mil.id dan IST Tribun Medan)

Karena status kompi itu dalam operasi tersebut berupa sukarewalan Dwikora, para personil harus menanggalkan semua atribut resmi personil RPKAD, tak terkecuali kartu anggota.

Namun saat penerjunan pesawat Hercules yang membawa pasukan RPKAD ditembaki pasukan Inggris di Serawak hingga terpaksa berputar kembali ke Kalimantan.

Celakanya saat pesawat kembali ke Indonesia, pesawat yang membawa Sintong dan rekannya juga ditembaki artileri Indonesia karena dikira pesawat musuh.

Namun akhirnya semua pasukan selamat.

Letjen Purn Sintong Panjaitan saat diwawancarai di Podcast dan Youtube Puspen TNI
Letjen Purn Sintong Panjaitan saat diwawancarai di Podcast dan Youtube Puspen TNI (screengrab youtube puspen tni)

Usai apel pagi 1 Oktober 1965, Sintong diberitahu Lettu Faisal Tanjung yang telah mendapat briefing dari Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie bahwa operasi penerjunan ke Kuching dibatalkan.

Kompi Tanjung pun dikembalikan sebagai kompi reguler dan akan ditugaskan dalam operasi penumpasan gerombolan G30S yang kabarnya masih belum jelas benar pagi itu.

Tugas baru itu membuat Sintong dan semua personil di Kompi Tanjung kalang kabut.

Seragam dan semua atribut resmi mereka semua ada di Kartosuro.

Akhirnya mereka mengenakan seragam perpaduan atasan loreng “darah mengalir” RPKAD yang diberikan mako Cijantung dan bawahan celana hijau sukarelawan Dwikora ketika berangkat ke Makostrad, Jalan Merdeka Timur, untuk menjalankan tugas.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved