Bentrok Mahasiswa vs Aparat di Unimed

Tanpa Alasan yang Jelas, Mahasiswa Kecewa Penertiban Berujung Ricuh di Sekretariat Mapala

Para Ketua UKM mendapatkan Surat Peringatan 1 pada awal September lalu. Isinya, kegiatan UKM hanya boleh dilakukan tak lewat pukul 7 malam.

TRIBUN MEDAN/RECHTIN
KETUA Umum Mapala Unimed Rahmat Hakiki Lubis bersama Sekretaris Umum Mapala Unimed Dwiky Sitanggang saat menunjukkan kronologi kejadian kericuhan kepada awak media, Sabtu (3/10/2020). 

TRI BUN-MEDAN.com, MEDAN - Pascakejadian penertiban yang berujung ricuh di depan Sekretariat Mapala Unimed, Jumat (2/10/2020) membuat mahasiswa Unimed yang tergabung dalam Badan Pengurus Harian atau BPH Mapala Unimed merasa kecewa.

Pasalnya, tidak ada alasan yang jelas terkait tindakan tersebut.

"Alasannya enggak jelas, ada yang bilang penertiban, ada yang bilang pembersihan, kami enggak tahu dan juga enggak ada surat perintah nya juga," ujar Sekretaris Mapala Unimed, Dwiky Sitanggang, Sabtu (3/10/2020).

Berdasarkan kronologi yang dirilis oleh BPH Unimed, para Ketua UKM mendapatkan Surat Peringatan 1 pada awal September lalu. Isinya, kegiatan UKM hanya boleh dilakukan tak lewat pukul 7 malam.

"Setelah itu kami sudah turuti itu, kami pulang tidak di atas jam 7. Jam 7 sudah selesai kegiatan hanya saja ada yang menunggu dijemput kan. Jadi sekitar jam 8 itu sudah bubar," katanya.

Pengakuan Ketua Mapala Unimed Soal Kericuhan di Sekretariat, Ditertibkan Paksa Tanpa Surat Perintah

Dwiky mengatakan pihaknya juga telah mengirimkan surat permohonan audiensi untuk berdiskusi mengenai penyesuaian jadwal kegiatan.

"Karena kan kami baru bisa berkegiatan itu sore, dari pagi sampai sore itu kuliah. Maksudnya mau audiensi menanyakan hal itu, tapi tidak ada respon," terangnya.

Kejadian pengangkutan barang-barang dari Sekretariat Mapala Unimed secara paksa ini pada akhirnya berujung audiensi dengan Wakil Rektor 3 yang akan dilakukan sekitar tanggal 5 hingga 9 September 2020.

Akhirnya Kampus Unimed Buka Suara Bentrok Mahasiswa Mapala vs Aparat

Dwiky mengatakan bahwa karena pada saat penertiban ricuh, pihak rektorat mengajak mediasi.

"Di situ jawaban Wakil Rektor III itu sedikit tidak etis menurut saya untuk seorang WR. Dia bilang kita inikan keluarga enggak perlu pakai surat-surat. Sementara kami tidak mengerti maksud dari penertiban itu apa," katanya.

Ia berharap kejadian serupa tidak terjadi lagi untuk ke depannya.

"Kalau bisa jangan ada lagilah yang begini, mahasiswa ditindas di kampusnya sendiri. Padahal kami bukan berbuat kriminal atau sejenis nya, kami hanya berorganisasi," tutupnya.(cr14/tri bun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved