Dikenal Sadis dan Ganas, Tragis Nasib 4 Bajak Laut Somalia setelah Gagal Membajak Ikan Taiwan

Bajak laut atau perompak Somalia dikenal ganas dan kejam hingga momok menakutkan bagi semua kapal yang melintasi Samudera Hindia.

Editor: Tariden Turnip
dok
Dikenal Sadis dan Ganas, Tragis Nasib 4 Bajak Laut Somalia setelah Gagal Membajak Ikan Taiwan. Bajak laut Somalia 

TRIBUN-MEDAN.COM, TAIWAN - Dikenal Sadis dan Ganas, Begini Nasib Bajak Laut Somalia setelah Gagal Membajak Ikan Taiwan

Bajak laut atau perompak Somalia dikenal ganas dan kejam hingga momok menakutkan bagi semua kapal yang melintasi Samudera Hindia.

Bahkan TNI sempat menerjunkan tim khusus membebaskan kapal MV Sinar Kudus yang membawa 20 orang Anak Buah Kapal (ABK) Warga Negara Indonesia (WNI) dibajak oleh perompak Somalia pada 16 Maret 2011.

Ternyata tidak semua aksi perompak Somalia berhasil.

Bahkan dalam beberapa kejadian perompak Somalia yang gagal membajak kapal sasaran malah menjadi umpan pelor.

Pasalnya beberapa kapal ikan yang beroperasi di Samudera Hindia kini sudah membawa tentara bayaran yang sewaktu-waktu dikerahkan bila ada serangan bajak laut Somalia.

Seperti yang terjadi di kapal ikan Taiwan yang menjadi target pembajakan 4 perompak Somalia 2012 lalu.

Namun sang kapten kapal Taiwan ini kini diadili di Kaohsiung atas pembunuhan empat bajak lalu yang mencoba membajak kapal di Lautan Hindia pada tahun 2012.

Dilansir tribunmedan.id/tribun-medan.com, dari focus taiwan, Senin (19/10/2020), terdakwa Wang Fengyu didakwa jaksa Kaohsiung atas tuduhan pembunuhan dan pelanggaran Undang-Undang Pengendalian Senjata, Amunisi dan Pisau.

Wang, penjabat kapten Ping Shin No. 101 yang terdaftar di Kaohsiung,  meminta dua tentara bayaran Pakistan untuk menembak dan membunuh empat tersangka perompak Somalia di Samudera Hindia di lepas pantai Somalia pada 29 September 2012.

Meskipun mendakwa Wang dengan pembunuhan, jaksa penuntut merekomendasikan agar pengadilan memberikan Wang hukuman yang relatif ringan karena tersangka perompak menembaki kapalnya terlebih dahulu.

Wang juga berargumen bahwa dia memerintahkan penembakan itu sehingga keempatnya tidak bisa melarikan diri dan mencegah perompak lain datang dan membajak kapalnya.

Di Taiwan, pembunuhan membawa hukuman minimal 10 tahun dan dapat dihukum dengan hukuman mati.

Menurut jaksa, Wang, seorang penduduk asli Zhejiang, dipekerjakan oleh sebuah perusahaan Kaohsiung untuk menjadi penjabat kapten dari Ping Shin No 101 pada tahun 2011.

Pria malang yang terombang ambing di laut sebelum ditembaki kru kapal Taiwan
Pria malang yang terombang ambing di laut sebelum ditembaki kru kapal Taiwan (ny times)

Dalam dakwaan disebutkan pada 29 September 2012, Ping Shin No 101 beroperasi di Samudera Hindia sekitar 595 kilometer tenggara ibu kota Somalia Mogadishu saat itu, bersama dengan Chun I No. 217 yang terdaftar di Kaohsiung dan dua kapal penangkap ikan tak dikenal lainnya, diserang sebuah kapal bajak laut dengan empat perompak.

Setelah kapal ditembaki, salah satu dari rombongan kapal ikan Taiwan memutuskan untuk menabrak kapal bajak laut, hingga keempat bajak laut sekarat bertahan di puing kapal yang sudah hancur. 

Meski tahu para perompak tidak punya kemungkinan untuk melawan cara untuk melawan, Wang menginstruksikan dua tentara bayaran untuk menembak dan membunuh empat pria di dalam air.

Penuntut pertama kali mulai menyelidiki kasus tersebut setelah klip video 10 menit dari penembakan fatal itu beredar di internet pada Agustus 2014.

Di dalamnya, seorang pria yang diyakini sebagai kapten terdengar memberikan arahan dalam bahasa Mandarin dengan aksen China daratan melalui pengeras suara kepada kru saat 40 butir peluru tajam ditembakkan, menembaki empat pria tak bersenjata di dalam air.

Tidak ada gambar penembak yang terlihat.

"Di depan, ke kiri! Apa yang kamu lakukan? Di depan, ke kiri!" pria itu berteriak dalam rekaman.

"Buka tembakan, buka tembakan, buka tembakan!"

Pada akhirnya, para korban terlihat mengambang telungkup, darah mereka menodai air biru di sekitar mereka, dan sekelompok pria yang merekam penembakan dari dek kapal berpose untuk foto saat kapal mereka melanjutkan perjalanannya.

Penjaga Pantai Taiwan mengajukan laporan ke Kantor Kejaksaan Distrik Kaohsiung setelah video itu menjadi viral, menurut kantor tersebut.

Jaksa penuntut menghabiskan waktu untuk mencoba melacak kapal, tetapi kapten tidak pernah melapor untuk diinterogasi, hingga surat perintah penangkapan dikeluarkan pada 28 Desember 2018.

Wang mengaku kepada jaksa bahwa dia terlibat dalam "melacak perompak" dan penembakan itu dilakukan untuk "membela diri."

Jaksa juga menanyai seorang warga negara Vietnam yang merupakan salah satu kru di Ping Shin No 101 selama penembakan fatal itu, dan dia memastikan bahwa pria yang mendengar memberikan petunjuk dalam bahasa Mandarin di video itu adalah Wang.

Meskipun Wang adalah warga negara China dan dugaan kejahatan terjadi di Samudera Hindia, jaksa Taiwan dapat menuntutnya karena penembakan berasal dari kapal Taiwan.

Sebelum rekaman video detik-detik empat pria sekarat terapung meminta tolong sebelum dieksekusi tim pembantai dari kapal ikan Taiwan beredar sejak 2014 lalu. 

Keempat korban dibantai oleh penembak dari kapal penangkap  ikan tuna Taiwan yang diperkirakan  menembakkan setidaknya 40 peluru dalam waktu hampir 7 menit.

"Tembak, tembak, tembak!" ujar suara yang diyakini kapten kapal melalui pengeras suara kapal saat orang terakhir terbunuh.

Usai pembantaian ini, sekelompok pria di dek kapal tertawa,  lalu berpose untuk selfie.

Meski disaksikan banyak orang dan di empat kapal ikan tuna yang ada di lokasi kejadian pembantaian ini menjadi misteri selama tujuh tahun.  

Satu kapal yang jelas terlihat adalah kapal penangkap ikan Taiwan dengan nomor identifikasi BI-2353 terlihat lewat sebelum penembakan dimulai. 

Screen shot kapal penangkap tuna Taiwan yang terekam dalam aksi pembantaian 4 pria yang terombang ambing di laut
Screen shot kapal penangkap tuna Taiwan yang terekam dalam aksi pembantaian 4 pria yang terombang ambing di laut (ny times)

Video pembantaian ini beredar sekitar 2014 lalu, setelah ditemukan dalam ponsel yang tertinggal di taksi di Fiji 2014, kemudian diposting di Internet.

Berita pembantaian misterius ini pernah diangkat media New York Times berjudul Murder at Sea: Captured on Video, but Killers Go Free, 20 Juli 2015.

Setelah video tersebut diunggah di internet, terdapat spekulasi awal bahwa korban adalah warga Fiji hingga aparat Fiji mengusut kasus ini.

Komisaris Polisi Fiji Mayor Jenderal Ben Groenewald mengatakan penyelidikan mereka menunjukkan bahwa video tersebut diambil di luar perairan Fiji dan melibatkan konfrontasi antara kru nelayan Asia dan perompak di suatu tempat di Samudra Hindia, menurut laporan Fijian Broadcasting Corp. 26 Agustus 2014.

"Polisi Fiji mengatakan kasus itu sekarang sudah ditutup, dan mereka tidak akan berkomentar lebih lanjut tentang masalah tersebut," kata Fijian Broadcasting Corp dalam laporan itu.

Mereka beralasan, peristiwa itu tidak terjadi di perairan nasional mereka, juga tidak melibatkan kapal mereka. Karena tidak ada pelaut Fiji yang dilaporkan hilang, mereka menyimpulkan tidak ada warganya yang termasuk di antara korban.

(focus taiwan)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved