News Video
Dasar Laut Tercemar 14 Juta Ton Sampah Plastik Mikro, Ada Sampah Sampo Jadul Keluaran Tahun 1995
Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional Australia menemukan bahwa terdapat sekitar 14 juta ton potongan plastik berukuran kecil di dasar laut.
Dasar Laut Tercemar 14 Juta Ton Sampah Plastik Mikro, Ada Sampah Sampo Jadul Keluaran Tahun 1995
TRIBUN-MEDAN.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional Australia menemukan bahwa terdapat sekitar 14 juta ton potongan plastik berukuran kecil di dasar laut.
Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri Persemakmuran (CSIRO) pada Selasa (6/10/2020) menerbitkan perkiraan global pertama di dunia mengenai skala pencemaran sampah plasitk mikro di laut dalam.
Dengan menganalisis sampel yang dikumpulkan sebuah kapal selam robotik dari sejumlah lokasi terpencil di sekitar pesisir selatan Australia, mereka menemukan fakta bahwa tingkat pencemaran di dasar laut dua kali lipat dari tingkat pencemaran di permukaan.
Jumlah sampah plastik mikro yang terdeteksi 25 kali lebih tinggi dibanding studi-studi terdahulu tentang laut dalam sebagaimana dilansir dari Xinhua.
Para peneliti memperluas data dari temuan mereka dan penelitian lain di seluruh dunia dan memperkirakan bahwa secara global, dasar laut menampung sekitar 14 juta ton sampah plastik mikro.
" Sampah plastik yang berakhir di lautan rusak dan hancur, kemudian menjadi sampah plastik mikro," ujar Justine Barrett, penulis utama studi dari unit Laut dan Atmosfer CSIRO melalui pernyataan pers.
"Penelitian kami menyajikan perkiraan global pertama tentang jumlah sampah plastik mikro yang ada di dasar laut," sambung Barrett.
Dia menambahkan bahkan laut dalam pun rentan terhadap masalah polusi plastik.
"Hasilnya menunjukkan bahwa sampah plastik mikro memang tenggelam ke dasar laut,” lanjut Barrett.
Denise Hardesty, ilmuwan penelitian utama CSIRO yang turut menulis penelitian itu, menuturkan bahwa polusi plastik di laut dunia merupakan isu lingkungan yang sudah disadari dunia.
Hal itu mengindikasikan perlunya segera menghasilkan solusi efektif bagi polusi plastik.
"Ini akan membantu penyusunan strategi pengelolaan limbah serta menciptakan perubahan perilaku dan peluang untuk mencegah plastik maupun sampah lainnya memasuki lingkungan kita," papar Hardesty.
Dia menambahkan manusia bisa membantu mengurangi plastik yang berakhir di lautan dengan cara menghindari penggunaan plastik sekali pakai, mendukung industri daur ulang dan limbah.
“Serta membuang sampah dengan bijak agar sampah tidak berakhir di lingkungan kita,” tambah Hardesty.
Viral, Cerita Dini Temukan Sampah Sampo Jadul Saat Bersih-bersih Pantai Ancol
Yuni Fajar Riandini atau yang biasa disapa Dini (36) menemukan sampah plastik sampo yang diperkirakan berusia belasan tahun di Pantai Timur Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.
Dini menemukan sampah plastik tersebut saat mengikuti kegiatan bersih-bersih sampah bertajuk "Menghadap Laut 2.0," pada Minggu (18/8/2019) lalu.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari acara Pandu Laut Nusantara yang dicetuskan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Susi Pudjiastuti secara serentak di 74 lokasi di Indonesia dan diiikuti oleh sekitar 74 ribu peserta.
Dini mengikuti program tersebut karena prihatin dengan kondisi laut khususnya di Jakarta yang tercemar sampah.
"Pas kita sampai di sana, aku daftar.
Aku kebagian ngambilin sampah kategori plastik lunak," kata Dini saat dihubungi, Selasa (20/8/2019).
Contoh dari sampah plastik lunak yang ditugaskan diberikan kepada Dini yaitu kemasanan makanan atau minuman, kresek, dan lainnya.
Setelah kebagian tugas tersebut ia mulai memunguti sampah-sampah di bibir pantai yang jaraknya 1 meter dari pinggir laut.
Saat sedang memunguti sampah ia menemukan plastik kemasan sampo Sunsilk yang diperkirakan dari tahun 90-an.
Plastik pertama yang ditemukan Dini merupakan sampo Sunsilk berwarna hitam dengan tulisan "Shampoo Sunsil Urang Aring" ukuran 7 mililiter.
Sementara yang kedua berupa kemasan sampo Sunsilk Egg bewarna kuning dengan ukuran yang sama.
Ia pun mengunggah gambar kedua kemasan sampo jadul tersebut di akun Instagram miliknya @dini.anr.
Dini mengaku terakhir melihat sampo tersebut sekitar tahun 1995 ketika ia masih duduk di bangku SD.
Bahkan seingatnya, ia juga pernah menggunakan sampo tersebut.
"Itu tuh sampo zaman aku kecil, jadi kayak gila ini sudah lama banget," ujarnya.
Tak berhenti di situ, dia pun menceritakan temuan sampah-sampah jadul lainnya di lokasi pantai tersebut.
Saking banyaknya temuan, ia tidak sempat lagi untuk mengabadikan gambar dari sampah-sampah plastik tersebut.
"Banyak, bungkus bumbu Indomie, terus bungkus-bungkus permen yang sekarang sudah enggak dijual, sudah enggak ada, kayak permen stik segitiga gitu deh.
Terus yang paling banyak kayak bungkus bumbu penyedap gitu, kayak Royco, Masako, itu banyak banget," ujarnya.
Dengan temuan-temuan tersebut seolah menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi dirinya.
Sebab, sampah-sampah plastik yang terus menumpuk setiap harinya akan diwariskan ke generasi-generasi berikutnya.
Hal tersebut bisa terjadi karena sampah plastik membutuhkan waktu kurang lebih 100 tahun agar bisa terurai.
"Jadi sebenarnya sedih sih. Jadi kalau kita biang sampah sekarang, kebayang enggak 20-30 tahun lagi dunia udah kayak apa? Sampah semua isinya. Karena sampah tahun segitu aja masih ada," ucap Dini.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk sadar akan dampak dari sampah plastik dengan melakukan hal-hal sederhana seperti penggunaan botol minum isi ulang, penggunaan tas belanja, dan sebagainya.
"Jadi paling enggak kita sudah mengambil peran mengurangi sampah," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul : "Bahaya, Dasar Laut Tercemar 14 Juta Ton Sampah Plastik Mikro"