Pembuat Peti Mati Ini Mendadak Kaya Raya, Raup Uang Rp 25 Miliar Hasil Jual Meteoroid
Seorang pembuat peti mati di Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara, Joshua Hutagalung, mendadak kaya raya.
TRIBUN-MEDAN.com - Seorang pembuat peti mati di Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara, Joshua Hutagalung, mendadak kaya raya.
Ia meraup uang sebesar Rp 25 miliar, hasil penjualan batu meteoroid seberat 2,2 kilogram (kg).
Batu berwarna hitam itu menghantam rumahnya medio Agustus lalu.
Entah bagaimana ceritanya, kabar itu sampai di telinga seorang kolektor meteor asal Amerika Serikat (AS).
Kolektor itu pun membeli batu hitam yang menimpa rumah Joshua di Dusun Sitahan Barat, Desa Satahi Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng).

Pantauan Tribun-Medan.com dalam video yang dibagikan Joshua pada Senin (3/8/2020), terlihat atap samping rumahnya bolong.
Tidak hanya itu, di tanah yang tidak jauh dari tembok rumahnya terlihat bolong dan ada sebuah batu hitam.
Dalam video, Joshua terlihat heran, dari sekian luas bumi, mengapa batu itu harus jatuh di samping rumahnya.
“Ini fenomena alam yang kami yakini membawa keberuntungan bagi keluarga kami. Bumi ini begitu luas bumi, kenapalah harus ke rumah kami batu ini jatuh,” ujar Josua yang keseharian bekerja sebagai pembuat peti mati.
Diberitakan Tribun-Medan.com sebelumnya, Joshua mengisahkan kejadian ini berawal saat dirinya sedang bekerja membuat peti mati.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh di langit. Warga sekitar menduga itu suara petir.
Berselang beberapa menit terdengar suara benturan keras.
Sesuatu benda menghantam seng rumahnya hingga terjadi getaran di sekitar lokasi.
“Saya kaget dan langsung berlari melihat apa yang terjadi, bersama istri. Setelah kami lihat ke samping rumah, atap rumah kami bocor dan berlubang bulat. Merasa penasaran, kami memeriksa lokasi dan dapati tanah sudah berlobang dengan kedalaman sekitar 15 cm kira-kira sejengkal orang dewasa,” ucapnya.
Mereka pun kemudian menggali lubang dan mendapati bongkahan batu hitam yang masih panas dengan berat sekitar 2,2 kg.
Anehnya, air yang ada di sekitar batu itu terisap dan kering.
“Kami yakin benda angkasa ini merupakan sisa benturan meteor yang jatuh ke bumi. Kami yakini batu ini pertanda baik bagi kami dan juga bagi desa kami ini,” katanya.
Informasi yang berhasil dihimpun Tribun-Medan.com, selain jatuh di samping rumah Joshua, serpihan benda angkasa itu pun tampak di sekitar persawahan di desa tersebut.
Lokasinya sekitar 1 kilometer dari rumah Josua.
Hal itu disampaikan Josua ketika malam harinya ia melihat postingan di Facebook, ada juga serpihan batu yang sama jatuh di sekitar persawahan.
“Dalam video yang diunggah di akun Facebook itu saya lihat ukuran batunya kecil-kecil karena sudah dalam bentuk serpihan. Jumlahnya juga sedikit. Sekali lagi kami yakini ini adalah pertanda baik dan mungkin baru kali ini terjadi di Tapanuli Tengah ini,” katanya.
Setelah viral, warga pun ramai mendatangi kediaman Joshua.
“Banyak sudah yang datang ke rumah kami ini termasuk Bapak Camat. Banyak yang bilang fenomena ini membawa keberuntungan. Mudah-mudahan demikian," ujarnya.
Jadi Miliarder
Optimisme Joshua Hutagalung akan batu hitam itu terbukti beberapa bulan kemudian.
Ia menjadi miliarder usai batu luar angkasa yang ditemukannya dijual senilai 1,5 juta euro atau setara dengan Rp 25 miliar.
Hasil analisis, meteoroid temuan Joshua itu diklasifikasikan sebagai CM1 / 2 karbonan Chondrite, penemuan yang sangat langka yang membawa bahan kimia penyusun yang diyakini telah menjadi benih kehidupan di awal tata surya.
Dilansir dari dari www.thesun.ie, Rabu (18/11/2020), Joshua telah menjual batu tersebut kepada kolektor dari Amerika Serikat dengan harga 1,4 juta poundsterling atau setara Rp 25 miliar.
Uang tersebut memberi Josua cukup untuk persediaan pensiun dan membangun gereja baru di desanya.
Dia mengatakan, “Saya sedang mengerjakan peti mati di dekat jalan di depan rumah saya ketika saya mendengar suara ledakan yang membuat rumah saya bergetar. Seolah-olah pohon telah menimpa kami.”
Menurutnya, benda tersebut terlalu panas untuk diambil. “Jadi, istri saya menggalinya dengan cangkul dan kami membawanya ke dalam."
Batu tersebut dibeli seorang ahli meteorit Jared Collins, yang berbasis di Bali.
Jared sendiri diutus oleh kolektor bernama Jay Piatek untuk mengamankan meteorit langka tersebut, sekaligus melakukan negosiasi harga.
"Ponsel saya menyala dengan tawaran gila bagi saya untuk melompat ke pesawat dan membeli meteorit," kata Jared dikutip Daily Star.
"Itu terjadi di tengah-tengah krisis Covid dan terus terang itu adalah masalah antara membeli batu untuk diri saya sendiri atau bekerja dengan ilmuwan dan kolektor di AS."
"Saya membawa uang sebanyak yang saya bisa kumpulkan dan pergi mencari Joshua, yang ternyata adalah negosiator yang cerdik."
Jared membayar dengan harga fantastis, yakni Rp 25 miliar.
Setelah melakukan kesepakatan dengan Josua, Jared mengirimkan batu tersebut ke AS, dan sekarang menjadi koleksi Jay Piatek, seorang dokter dan kolektor meteorit dari Indianapolis.
Joshua, yang memiliki tiga anak laki-laki, mengatakan dirinya memimpikan memiliki anak perempuan.
"Saya juga selalu menginginkan seorang anak perempuan, dan saya harap ini pertanda bahwa saya akan cukup beruntung sekarang untuk memiliki anak perempuan," katanya kepada The Sun.
(Vic/mft/tribun-medan.com)
Sebagian artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul HEBOH, Batu Hitam Jatuh dari Langit ke Rumah Pembuat Peti Mati di Tapteng, Ini Kata Josua Hutagalung