News Video
Detik-detik Video Penyelamatan Pengunjung dari Atap yang Terjebak Banjir Besar Sembahe
Banjir bandang terjadi di Sungai Betimus yang melintasi kawasan Desa Sembahe , Kecamatan Sibolangit, Deliserdang, Rabu (18/11/2020) sore
TRIBUN-MEDAN.COM - Curah hujan yang tingi di sejumlah wilayah Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Karo dan Deliserdang berdampak kenaikan debit air sungai.
Akibatnya, banjir bandang terjadi di Sungai Betimus yang melintasi kawasan Desa Sembahe , Kecamatan Sibolangit , Deliserdang, Rabu (18/11/2020) sore.
Peristiwa naiknya debit air yang disertai arus sungai yang kencang dan berwarna cokelat membuat warga yang berada di lokasi mendadak heboh.
Informasi yang berhasil dihimpun Tribun-Medan.com, kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 16.30 WIB.
Naiknya debit air tersebut sempat membuat warga sekitar sungai heboh dan khawatir.
Sejumlah warga yang berada di sungai berhamburan menyelamatkan diri.
Kejadian itu menjadi perhatian warga yang melintas di Jalan Jamin Ginting.
Warga sempat mengabadikan kejadian tersebut dengan telepon genggam mereka dari atas jembatan Sembahe.
Tidak hanya itu, arus sungai yang mendadak berwarna cokelat itu membuat warga berduyun-duyung melihatnya dari jembatan Sembahe.
Alhasil, arus lalu lintas sempat mengalami kemacetan.
Terkait kejadian itu, Kepala Desa Sembahe, Esra Warista Tarigan mengatakan air sungai naik karena hujan deras di kawasan tersebut.
"Benar, ada kenaikan debit air tersebut, untuk di wilayah kita tidak ada korban jiwa, paling ada gubuk warga lah," ujarnya.
Ia mengatakan, peristiwa tersebut tidak begitu fatal.
"Biasa air sungai kita naik, apalagi hujan memegang deras kali kan sebelum air naik. Yang jelas kita tetap waspada, karena bencana bisa datang kapan saja dimana saja. Dan kenaikan air sungai yang melintasi desa kita ini sudah biasa," ucap Esra," ungkapnya.
Di tempat terpisah, banjir bandang terjadi di kawasan wisata Landak River (Sungai Landak) yang berada di Desa Tampiraya, Bahorok, Kabupaten Langkat.
Peristiwa banjir bandang ini terjadi pada Rabu (18/11/2020) dini hari, dan memporak-porandakan sejumlah bangunan di Desa Timbang Lawan.
Darlina beru Perangin-angin, salah satu korban mengisahkan tidak sempat menyelamatkan barang-barang, Rabu (18/1/2020).
"Jam 10 malam udah sudah mulai naik, aku sama bapak berusaha ikat-ikat barang yang mau diselamatkan. Tapi cepat kali air naik sampai sedada orang dewasa. Itu lah kami terus naik ke atas menyelamatkan diri. Kami lihat air sudah rata, bangunan kami hanyut semua," ujarnya dengan nada lirih.
Saat detik-detik banjir bandang cuaca sangat ekstrem. Kilat dan petir terus menggelar, sedangkan banjir bandang terus mengalir deras membawa potongan kayu dan tanah berlumpur padat.
"Kami gak berdaya pas kejadian. Di langit pun petir dan kilat sambar menyambar, hujannya lebat sekali gak berhenti-berhenti. Balok-balok mungkin dari Gunung Leuser dan tanah-tanah itu habis menyapu bangunan kami. Kami gak berdaya hanya bisa lihat dari atas," ungkapnya.
Bencana kali ini merupakan yang paling parah dibandingkan banjir tahun-tahun sebelumnya.
Sebelumnya hanya banjir biasa, di mana volume air meluap ke permukaan setiap musim hujan deras.
"Ini yang paling parah, gak pernah sebelumnya, keruh kali airnya. Biasa banjir kalau malam, pagi sudah jernih lagi airnya, yang ini lihatlah gak jernih-jernih lagi airnya. Mungkin ada yang longsor parah di atas hutan sana," ungkapnya.
Saat kejadian Landak River yang merupakan destinasi kemping dikunjungi sejumlah wisatawan lokal.
Namun semuanya selamat setelah diberi aba-aba dan diarahkan pengelola untuk mencari dataran yang lebih tinggi.
"Ada yang kemping juga pas kejadian. Pas air naim langsung kami arahkan ke atas. Semua selamat," ungkap Darlina.
Saat ditanya terkait penyebab banjir bandang, Darlina mengaku bahwa kejadian ini bukan karena pembalakan hutam secara ilegal. Tapi karena kuasa Tuhan yang ingin memberi pesan kepada warga Landak River.
"Kami yakin bukan karena penebangan liar. Ini sudah kuasa Tuhan yang menyampaikan pesan untuk kami warga Landak River ini," pungkasnya. (*)