Sumut Wajib Rapid Test Antigen

Mahasiswa Asal Nias Ikut Kecewa Harus Rapid Test Antigen di Kualanamu

Tampak kalau mereka yang mengurus rapid test antigen ini merupakan calon penumpang yang akan berangkat satu hari kedepan.

Penulis: Indra Gunawan |
TRIBUN MEDAN / Indra Gunawan
Rapid Test Antigen di Kualanamu 

TRIBUN-MEDAN.com - Beberapa penumpang pesawat yang ada di Bandara Kualanamu mengaku kecewa dengan keluarnya peraturan baru berupa lampiran rapid test antigen atau Polymerase Chain Reaction (PCR) sebagai syarat untuk dapat naik pesawat dan sudah diterapkan juga oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Meski keberatan namun para calon penumpang pesawat tidak bisa berbuat banyak dan mau tidak mau harus mengikutinya.

Pantauan www.tribun-medan.com antrian di ruang pelayanan rapid test antigen di lantai mezzanine Bandara Kualanamu pun tampak ramai.

Para calon penumpang mengantre dan bisa sampai dua jam lamanya. Mereka duduk di sofa yang sudah disediakan dan diatur jaraknya satu sama lain.

Tampak kalau mereka yang mengurus rapid test antigen ini merupakan calon penumpang yang akan berangkat satu hari kedepan.

Dan beberapa diantara mereka yang kecewa atas kebijakan baru ini adalah mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Nias.

Wilhelmus Telaumbanua, mahasiswa ITM ini mengaku kecewa mengapa mereka yang masih bagian dari Sumatera Utara harus mendapatkan peraturan rapidtest antigen.

Karena itu ia dan ketiga orang temannya yang lain pun jadi terpaksa mengeluarkan uang tambahan Rp 200 ribu lagi perorang.

Karena harga tiket sebelumnya dibeli Rp 600 ribu jadi perorang mereka harus mengeluarkan uang Rp 800 ribu.

"Kita sebenarnya mau berangkat besok. Saya sudah baca juga peraturan yang dikeluarkan Gubernur tapi kitakan Nias masih Sumut. Setahu saya yang dibilang Gubernur khusus untuk yang mau masuk dan keluar Sumut tapi kenapa kita juga harus rapidtest antigen seperti ini," kata Wilhelmus.

Ia menyebut sudah bertanya sama pihak Lion Air. Namun pihak Lion Air sudah menyarankan agar diurus saja rapidtest antigen agar tidak ada kendala saat mau berangkat.

Menurutnya hal-hal seperti ini memberatkan mereka apalagi statusnya mereka juga masih sebagai mahasiswa.

"Kita besok mau naik Wings air pukul 12.50 berangkatnya. Sudah kita tanya tadi di kantor Lion Air yang di Jln Brigjen Katamso Medan. Sempat berdebat juga, kata orang Lion terserah mau apa enggak. Kalau ditolak saat mau berangkat bukan tanggungjawab mereka nanti. Kita pikir dari pada masalah ya udah lah datang ajalah ke bandara tapikan kita kecewa," kata Wilhelmus.

Sementara itu kekecewaan yang sama juga ditunjukkan oleh rekannya Hesti. Ia mengaku sebenarnya pada saat tanggal 17 Desember lalu baru saja melakukan rapid test.

Saat itu ia ikuti rapid test karena mau berangkat ke Medan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved