Presiden Rusia Ketakutan, Putin Takut Dibunuh Seperti Diktator Libya, Warganya Ramai Protes di Jalan
Putin pun menghadapi salah satu tantangan terbesar dalam 20 tahun pemerintahannya ketika ribuan pendukung tokoh oposisi Navalny yang dipenjara turun
TRIBUN-MEDAN.com - Vladimir Putin takut dibunuh seperti diktator Libya Moammar Gaddafi dalam sebuah revolusi ketika aksi protes melanda Rusia atas dipenjaranya tokoh oposisi Alexei Navalny.
Tokoh oposisi Rusia Yuri Felshtinsky mengatakan k kerusuhan yang sedang berlangsung semakin meyakinkan Putin bahwa dirinya harus lebih banyak melakukan penindasan dan pembunuhan lawan untuk menghindari nasib mengerikan yang sama seperti pemimpin Libya.
Putin pun menghadapi salah satu tantangan terbesar dalam 20 tahun pemerintahannya ketika ribuan pendukung tokoh oposisi Navalny yang dipenjara turun ke jalan.
Putin telah menandatangani undang-undang yang memungkinkannya untuk tetap berkuasa hingga setidaknya tahun 2036.
• PAWANG Harimau Tewas Diterkam Dua Harimau Lepas dari Sinka Zoo Singkawang Kalbar, Ini Kronologinya
Melansir The Sun Online, Felshtinsky mengatakan Putin perlu bertindak brutal untuk memadamkan perbedaan pendapat dan melindungi posisinya.
Dilaporkan bahwa pemimpin Rusia telah "menonton secara obsesif" video Kolonel Gaddafi yang dibunuh secara brutal setelah terpojok oleh gerombolan massa yang mengamuk pada tahun 2011.
Felshtinsky mengamini bahwa Putin merasa takut jika dia melonggarkan cengkeramannya, maka akhir pahit serupa akan menunggunya.
“Dia cukup cerdas untuk mengetahui bahwa di bawah aturan normal, sistem pemerintahannya tidak mungkin ada."
• M Aziz Syamsudin: SKB Tiga Menteri Mengenai Aturan Seragam Sekolah Baru Segera Dijalankan
"Dia bukan seorang idealis. Dia tahu tidak mungkin dia bisa bertahan kecuali dia terus menindas," jelas Felshtinsky.
Dia menambahkan, “Pelajaran yang akan dipetik Putin setelah kejadian baru-baru ini adalah bahwa dia harus lebih banyak mengontrol dan dia harus lebih menekan. Dan itulah yang akan kita lihat."
Informasi saja, Navalny, 44 tahun, ditahan setelah kembali dari Jerman, di mana dia berhasil pulih dari keracunan saraf Novichock yang mematikan dalam percobaan pembunuhan yang dicurigai secara luas dilakukan oleh Kremlin.
Felshtinsky adalah penulis dan sejarawan Rusia-Amerika yang sangat dihormati dan penulis The Age of Assassins: Putin’s Poisonous War on Democracy di Rusia.
• Viral Video Dugem Polisi, Kombes Hadi: Pemilik Klub Malam Sempat Minta Tersangka Narkoba Dibebaskan
Dia membantu pembangkang Rusia Alexander Litvinenko melarikan diri ke Inggris di mana dia kemudian dibunuh oleh pembunuh yang dikirim Kremlin.
Hal itu memberinya pengalaman langsung tentang betapa kejamnya Putin saat berurusan dengan mereka yang berani melawannya.
Pembunuh Kremlin juga berusaha meracuni mantan perwira KGB Sergei Skripal dan putrinya di Salisbury pada 2018.
Felshtinsky yakin nasib serupa menanti Navalny.
• Apa Hukum Meminta Sumbangan Dana Pembangunan Masjid di Jalan Raya Dalam Tinjauan Syariah?
Sebelum dipenjara, Navalny merilis video bombshell yang mengungkap sebuah istana rahasia yang dibangun Putin dengan biaya £ 1 miliar, yang kini telah ditonton 100 juta kali.
Video tersebut menunjukkan interior mencolok termasuk kamar kerja berlapis beludru ungu lengkap dengan tiang penari telanjang untuk hiburan Putin dan kroninya.
Dia juga mengklaim bahwa pemimpin Rusia - yang dia beri label sebagai orang terkaya di dunia - menggunakan "dana gelap" untuk menutupi biaya keluarga besarnya.
Felshtinsky yakin video itu bisa menyegel nasib musuh Putin.
• Kondisi Bilqis, Putri Semata Wayang Ayu Ting Ting Disorot, Gagalnya Harapan Cari Sosok Ayah Baru
“Mereka tahu bahwa mereka membuat kesalahan besar ketika mereka tidak membunuhnya,” katanya.
“Apa yang terjadi sejak itu menunjukkan kepada Putin bahwa keputusan untuk membunuhnya adalah keputusan yang tepat.
“Dia satu-satunya orang di Rusia yang mampu mengorganisir aksi protes semacam ini dan indikasi bahwa dia harus diturunkan. Mereka akan membunuhnya," paparnya.
• Sejarah Kelam Pasukan Negeri Jiran saat Dilibas Marinir Indonesia dalam Operasi Ganyang Malaysia
Dia mengatakan, mantan perwira KGB Putin berkuasa dengan dukungan dari dinas rahasia Rusia FSB saat ini sehingga tidak mungkin menghadapi tantangan dalam waktu dekat.
Tokoh Oposisi Rusia Alexei Navalny Ditangkap dan Diracun, Presiden Putin Bantah Keterlibatannya
Seperti diketahui, Rusia dikecam tiga negara sekaligus yakni Amerika Serikat (AS), Perancis, dan Lituania, atas tindakannya menangkap pemimpin oposisi Alexei Navalny, di bandara Moskwa pada Minggu (17/1/2021).
Pria berusia 44 tahun itu ditangkap Rusia di bandara Sheremetyevo, tak sampai satu jam usai mendarat dari Berlin, Jerman.
Di Berlin ia menghabiskan waktu sekitar lima bulan, usai kolaps diduga akibat keracunan racun Novichok yang diduga diperintahkan Presiden Vladimir Putin.
AS mengecam keras penangkapan Navalny dan menuntut dia dibebaskan.

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny (tengah) bersama istrinya, Yulia, dan tokoh oposisi Lyubov Sobol, serta para demonstran saat mengenang tewasnya kritikus Kremlin, Boris Nemtsov, di Moskwa pada 29 Februari 2020. (AFP PHOTO/KIRILL KUDSRYAVTSEV)
"Kami sangat prihatin karena penahanannya adalah upaya terbaru untuk membungkam Navalny dan tokoh oposisi lainnya, serta suara independen yang kritis terhadap otoritas Rusia," demikian pernyataan AS dikutip dari AFP.
AS juga bergabung dengan Uni Eropa yang mengecam penangkapan itu.
Salah satunya Perancis yang mendesak Rusia segera membebaskan Alexei Navalny.
Perancis menanggapi penangkapan Alexei Navalny di Rusia dengan perhatian sangat kuat.
"Bersama dengan para mitra di Eropa, kami memantau situasinya dengan kewaspadaan tinggi dan menyerukan pembebasannya segera."
Kemudian Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis meminta Uni Eropa memberi sanksi ke Rusia.
Sementara itu Amnesty International menuduh Rusia melakukan upaya tanpa henti untuk membungkam Navalny.

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny bersama istrinya, Yulia Navalnaya, dan tim medis berpose di Rumah Sakit Charite, Berlin, jerman. Navalny dilaporkan berniat kembali ke Rusia setelah pada 20 Agustus lalu, dia diduga diracun dengan racun saraf Novichok.(Instagram/@Navalny via BBC)
Presiden Putin: Alexei Navalny Akan Mati, Jika Memang Kami Dalang yang Meracuninya
Sebelum ditangkap, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (17/12/2020) lalu, tidak menerima tuduhan laporan bahwa dinas keamanan Rusia pelaku di balik kejadian keracunan Alexei Navalny.
Putin membantah dengan mengatakan bahwa jika Rusia dengan sengaja meracun, maka pemimpin oposisi itu tidak akan selamat, seperti yang dilansir dari AFP pada Kamis (17/12/2020).
Navalny (44 tahun) jatuh sakit parah selama penerbangan dari Siberia ke Moskwa pada Agustus dan dirawat di rumah sakit di kota Omsk Rusia, sebelum diterbangkan ke
Berlin dengan pesawat medis.

Presiden Rusia, Vladimir Putin (Dailymail.co.uk)
Para ahli dari beberapa negara Barat menyimpulkan bahwa kritikus Kremlin itu diracuni dengan agen saraf Novichok era Soviet, sebuah klaim yang berulang kali dibantah Moskwa.
Sebuah laporan media bersama pada pekan ini mengungkapkan nama dan foto ahli senjata kimia dari Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia yang telah membuntuti Navalny selama bertahun-tahun.
Berbicara kepada wartawan pada konferensi pers akhir tahun rutinnya, Putin menggambarkan laporan itu sebagai "legalisasi materi dari layanan khusus Amerika" dan menambahkan bahwa kritikus Kremlin "mendapat dukungan mereka".

Alexei Navalny dan istri Yulia berfoto sebelum ditangkap aparat Rusia di kedatangan Bandara Sheremetyevo di Moskow, Rusia (17/01/2021). (BBC/EPA)
Pemimpin Rusia itu mengatakan bahwa jika Navalny didukung oleh layanan khusus AS, maka tentu saja Rusia harus membuntutinya.
"Tapi ini sama sekali tidak berarti bahwa dia (FSB) perlu meracuninya. Siapa yang membutuhkannya?" Kata Putin.
Jika dinas khusus Rusia ingin meracuni Navalny, "mereka akan menghabisinya sampai akhir," katanya.
Laporan bersama tentang Navalny yang dipimpin oleh situs investigasi, Bellingcat, mengatakan bahwa agen FSB telah membayangi pemimpin oposisi secara teratur sejak 2017.
Bellingcat mengatakan telah membuat kesimpulan berdasarkan volume data, termasuk log telepon dan catatan perjalanan.
Laporan bersama dengan CNN, Der Spiegel dan outlet Rusia, The Insider, tidak terjalin kontak langsung antara pemimpin oposisi berusia 44 tahun itu dan agen yang disebutkan.
Sebagai tanggapan atas keracunan tersebut, Uni Eropa telah memberlakukan larangan masuk dan membekukan rekening bank 6 orang yang diduga bertanggung jawab, termasuk kepala FSB Alexander Bortnikov.
Navalny mengatakan dia akan kembali ke Rusia setelah dia pulih sepenuhnya di Jerman.
(*/ tribunmedan.id)
Sumber: Intisari Online