Kisah Pramugari Garuda Banting Setir Jualan Tahu setelah Diputus Kontrak: Jangan Pernah Menyerah
Kisah Pramugari Garuda Banting Setir Jualan Tahu setelah Diputus Kontrak: Jangan Pernah Menyerah
"Ya sudah, aku support semua. Karena sate aku sudah lumayan dikenal orang di daerah Cibinong. Sosmednya dihidupin lagi. Satenya juga akhirnya aku bikin lagi. Sambelnya semua segala macam. Ya kita ibaratnya bangun lagi dari awal," katanya.
Usaha ini masih dijalankannya, sembari itu, Martha Putri juga membuka usaha penjualan pakaian, yang rencananya toko online ini akan diluncurkan April mendatang.

Sementara itu, Jojo menemukan titik balik untuk membuka usaha yang pernah ia tekuni semasa SMA: membuat kue brownies.
"Itu juga awalnya setengah hati, kayak cuma iseng-iseng jualin. Ada nggak ya yang beli? Ternyata, lumayan nih. Banyak nih peminatnya," katanya.
Kue buatan Jojo juga dipesan pada acara kantor, termasuk memasok ke sejumlah toko kopi. Akan tetapi, belakangan ini, usahanya sebagian dilimpahkan kepada keluarganya karena Jojo sudah mulai bekerja di sebuah klinik kesehatan mulai Januari ini.
"Untuk akhir-akhir ini kurang tertangani. Karena aku sudah mulai dapat kerjaan baru, jadi terbagi dua gitu. Jadi aku mesti minta bantuan kakakku dan mamaku, untuk bikin brownies itu," katanya.
Baik Jojo dan Martha, keduanya mengakui penghasilan yang ia dapatkan kini jauh berbeda saat masih bekerja sebagai pramugari. Mereka mengatakan, gaji pramugari rata-rata di atas Rp15 juta/bulan. Sementara pekerjaan yang ditekuni saat ini tak sampai setengahnya.
Awan hitam maskapai penerbangan
Garuda Indonesia mengakui terjadi pemutusan hubungan kerja sekitar 700 karyawannya, dari pramugari sampai pilot.
Dalam keterangan kepada pers, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, memastikan memenuhi seluruh hak karyawan yang terdampak sesuai peraturan yang berlaku.
"Garuda Indonesia memastikan akan memenuhi seluruh hak karyawan yang terdampak sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pembayaran di awal atas kewajiban Perusahaan terhadap sisa masa kontrak karyawan," kata Irfan tahun lalu.
Menurutnya, ini keputusan sulit yang terpaksa untuk diambil setelah melakukan upaya penyelamatan keberlangsungan perusahaan di tengah pandemi Covid-19.
"Ketika maskapai lain mulai mengimplementasikan kebijakan pengurangan karyawan, kami terus berupaya mengoptimalkan langkah strategis guna memastikan perbaikan kinerja Perusahaan demi kepentingan karyawan dan masa depan bisnis Garuda Indonesia," katanya.
"Namun demikian pada titik ini, keputusan berat tersebut terpaksa harus kami tempuh ditengah situasi yang masih penuh dengan ketidakpastian ini"
Menurut data yang dilaporkan flightradar24, jumlah penerbangan pesawat komersial 2019 turun rata-rata 50% pada 2020 akibat dampak Covid-19.
Menurut Organisasi Maskapai Sipil Internasional (ICAO) nilai kerugian maskapai penerbangan di Asia Pasific mencapai US$120 miliar selama masa pandemi.