Ngopi Sore
Kaesang Itu Playboy, So What
Ah, Kaesang laki-laki brengsek! Tidak setia! Tidak menghormati kaum wanita! Ya, ya, whatever, lah.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Ribut-ribut soal Kaesang Pangarep dalam setidaknya dua pekan terakhir membuat saya teringat pada satu adegan dalam ‘Madu Tiga’, film klasik Malaysia produksi 1964 yang dibintangi seniman legendaris P Ramlee.
Demikianlah pada suatu pagi, Jamil bin Abu, tokoh utama cerita ini, pulang dari satu pesta pernikahan. Kepada Latifah, sang istri, Jamil sebelumnya mengatakan bahwa ia datang ke pesta itu sebagai tamu undangan. Padahal dia sendiri yang menikah dengan perempuan bernama Hasnah.
Pagi itu, Jamil pulang mengendap-endap. Namun ia kepergok Haji Latiff, ayah mertuanya. Saat ditanya kenapa ia baru pulang, Jamil bilang begini.
"Pak, saya tahu yang saya ini seorang menantu yang nakal, Pak. Tetapi manusia yang paling saya hormat sekali di dunia ini adalah bapak. Dan karena itu lebih baik saya berterus terang kepada bapak."
"Bagus. Cakap, lah, Jamil."
"Semalam saya menikah lagi satu, Pak."
Jamil berbicara dengan nada agak terbata. Takut, tentu saja. Namun jawaban yang ia dengar kemudian sungguh mengejutkannya. Haji Latif sama sekali tidak meledak. Malah bilang 'Hmm.., Alhamdulillah'.
"Bapak tak marah, Pak?" tanya Jamil heran.
Haji Latiff menggeleng. "Apa yang bapak nak marah? Anak jantan. Tapi bapak minta satu saja. Sekarang kau sudah istri dua, mesti timbang sama rata, sama rasa. Mesti adil dan seksama."
"Terima kasih, Pak."
"Selamat pengantin baru, Jamil."
Jamil semringah. "Allah panjangkan usia bapak mertuaku!"
Film ini bergenre komedi, dan dalam komedi, perkara-perkara yang paling tidak logis sekali pun memang bisa saja terjadi. Bahkan bukan sekadar bisa. Tak jarang, kejadian tak logis, mustahil, atau ajaib, tersebut mengalir begitu saja. Seolah-olah merupakan kelaziman.
Mertua se-selow Haji Latiff barangkali tidak ada di dunia nyata, tetapi lelaki yang menikahi lebih dari satu perempuan jelas banyak jumlahnya. Ada yang dua, ada yang tiga, ada yang empat. Di internet, kita bisa dengan mudah menemukan iklan-iklan semacam ‘7 Langkah Cepat Poligami’ atau ‘Cara Sukses Poligami dalam 45 Hari’.
Berangkat dari sini, maka apa yang terjadi pada Kaesang Pangarep adalah keanehan. Kaesang berpacaran dengan seorang perempuan. Kaesang lelaki lajang, pacarnya juga perempuan lajang. Lalu mereka putus. So what? Putus dalam berpacaran sama lazimnya dengan kerupuk yang lembek tatkala disiram kuah soto. Biasa sekali.
Ini tidak Biasa! Kaesang melakukan ghosting. Iya, pasti akan ada yang melontarkan kalimat seperti ini [dengan nada bicara ngotot].
Terus terang, tadinya saya tidak tahu apa itu ghosting. Saya hanya tahu ‘ghost’ – Bahasa Inggris untuk menyebut 'hantu'. Lantas apakah yang dimaksud dengan ghosting? Ternyata ini istilah untuk seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, yang tiba-tiba "menghilang", meninggalkan kekasih mereka tanpa pemberitahuan dan tanpa kabar. Dengan kata lain, putus tanpa status.
Pertanyaannya, apakah lantaran melakukan ghosting Kaesang bisa disalahkan? Tidak juga. Ghosting atau tidak ghosting, ini, kan, sekadar risiko yang mungkin muncul dalam aktivitas berpacaran. Putus, ditinggalkan tiba-tiba tanpa sebab dan kabar, diduakan, ditigakan, diempatkan, sekali lagi hanyalah bagian dari risiko. Hampir semua yang berpacaran pernah mengalaminya. Dan sakit hati menjadi bonusnya.
Maka dari itu, jika tidak ingin merasa tersakiti karena berpacaran, ya, tidak usah berpacaran. Langsung ta’aruf, kemudian menikah, habis perkara.
Ah, Kaesang laki-laki brengsek! Tidak setia! Tidak menghormati kaum wanita! Ya, ya, whatever, lah. Soal setia tak setia jelas terpulang pada pribadi masing-masing. Jangankan dalam berpacaran, setelah berumah tangga pun tidak sedikit orang yang meninggalkan pasangannya. Atau mungkin tidak meninggalkan. Tetap bersama tetapi memberikan –rela tak rela– madu kepada mereka.
Kaesang playboy! So what! Menjadi playboy atau tidak playboy, itu juga terpulang pada dia. Kaesang masih muda, lajang, sedikit tampan, berbadan bagus, punya usaha dengan benefit lumayan, dan dia putra bungsu seorang presiden. Artinya, dia memang punya segala syarat untuk menjadi playboy.
Ingat putra bungsu presiden terdahulu yang pada pemilu tahun lalu mencoba peruntungan untuk membuat partai baru? Beliau, sampai detik ini, masih menjadi idola kaum laki-laki di Indonesia. Pernah punya istri cantik dan pacar-pacar yang juga sangat cantik. Beliau semacam pahlawan kejantanan yang barangkali tidak akan tergoyahkan sekiranya tidak ada seorang bernama Nazriel Ilham alias Ariel, vokalis band yang dulunya bernama Peterpan.
Maka bicara soal ke-playboy-an, level Kaesang terang masih berada jauh di bawah mereka berdua. Apalagi jika dibandingkan Jamil bin Abu.(t agus khaidir)