TRIBUNWIKI
Kue Putu, Makanan Tradisional Indonesia yang Dikukus dengan Bambu serta Mengeluarkan Bunyi yang Khas
Kue ini merupakan makan tradisional yang berupa kue dengan isiannya gula jawa, dibalut dengan parutan kelapa, serta tepung beras.
Penulis: Muhammad Anil Rasyid | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kue putu atau ada yang mengenalnya dengan kue putu bambu di sebagian daerah yang berada di Indonesia, terkhusunya di Sumatera Utara (Sumut).
Proses pemasakannya yang menggunakan bambu, sehingga banyak orang menyebutkannya kue putu bambu.
Kue ini merupakan makan tradisional yang berupa kue dengan isiannya gula jawa, dibalut dengan parutan kelapa, serta tepung beras.
Adapun proses dari pemasakan kue putu ini yaitu, adonan kuenya di kukus dengan cara diletakkan di dalam tabung yang terbuat dari bambu memiliki panjang seperti jari telunjuk orang dewasa pada umumnya, dan di isi sedikit memadat.
Baca juga: Eddy Sibarani Bersyukur Porwil Medan Bisa Berjalan dengan Terapkan Prokes
Khasnya kue ini, dapat ditemukan oleh penjualnya saat matahari terbenam alias pada malam hari saja.
Suara khasnya begitu terdengar jelas saat uap yang dikeluarkan dari hasil pengukusan bambu tersebut, sehingga suara ini menjadi khas dan ajang promosi bagi para pedagang.
Kebanyakan warna dari adonan kue putu ini yang telah diracik dan siap disantap adalah berwarna putih dan ada juga yang berwarna hijau.
Kue putu ini juga memiliki versi yang berbeda-beda. Seperti halnya versi yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Informasi yang dihimpun, lokasi tersebut adonannya menggunakan beras ketan hitam tanpa gula.
Tentu terbalik dengan kue putu yang biasa dikenal oleh banyak masyarakat umum, yang selalu isi adonannya terdapat gula.
Baca juga: Danjen Akademi TNI Bawa Taruna-taruni ke Simalungun Untuk Latsitarda Nusantara 2021
Begitu juga dengan taburan parutan kelapa dan sambal.
Kue putu Sulawesi Selatan ini di jual pada pagi hari dan merupakan alternatif pengganti serapan di pagi hari.
Hingga saat inuz kue putu sudah merambah ke negara lain.

Meskipun namanya beda dan bentuknya beda, namun rasa yang ditawarkan tidak ada bedanya dengan kue putu tradisional Indonesia.
Saat dikutip dibeberapa jurnal, kue Putu dapat ditemukan di "China Silk Museum".
Kue ini sudah dikenal sejak masa Dinasti Ming dengan sebutan XianRoe Xiao Long yang berarti kue dari tepung beras berisi kacang hijau yang amat lembut dan dikukus dalam cetakan bambu.
Sedangkan di Indonesia makanan ini dikenal dengan nama "Puthu". Nama ini muncul dalam Serat Centhini yang ditulis pada 1814 di masa kerajaan Mataram.
Kejadian puthu diambil sekitar 1630 di Desa Wanamarta, Jawa Timur.
Baca juga: Vaksinisasi Tetap Dilakukan Saat Bulan Ramadan, Begini Pelaksanaan yang Akan Dilakukan Kemenkes
Di dalam naskah tersebut kata puthu muncul saat Ki Bayi Panurta meminta santrinya menyediakan hidangan pagi. Dari hidangan tersebut terdapat puthu sebagai makanan pembuka atau camilan.
Penyebutan puthu juga muncul di peristiwa lain dengan lokasi serupa, Desa Wanamarta.
Di naskah Centhini disebutkan Nyai Daya dan Nyai Sumbaling tengah menyiapkan kudapan setelah shalat Subuh.
Di hidangan tersebut terhidang gemblong, ulen-ulen, serabi, puthu, jadah, jenang, dendeng balur, dendeng gepuk, pisang bakar, kupat, balendrang, jenang grendul, pisang raja dan wedang bubuk
Jadi penarasan dengan rasa kue putu ini, jadi tunggu apalagi cari di kota masing-masing sahabat Tribuners, rasakan kelezatannya dan kenikmatannya.
(CR23/tribun-medan.com/tribunmedan.id)