Breaking News

Ngopi Sore

Ada Gedung Putih di Medan, Presidennya?

Aturan baru cara peliputan di Balai Kota Medan seperti di Gedung Putih, kantor Presiden Amerika Serikat. Padahal yang berkantor di sana bukan presiden

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
tribun medan/riski cahyadi
SEJUMLAH jurnalis melakukan aksi tabur bunga dalam unjuk rasa yang digelar di depan Balai Kota Medan, Jalan Maulana Lubis, Rabu (21/4). 

Doorstop, atau sering juga disebut Door Stop (penulisan dipisah) adalah teknik wawancara dengan cara “mencegat” narasumber usai yang bersangkutan menghadiri satu acara –secara harfiah di pintu atau di depan tempat acara berlangsung. Lantaran sifatnya yang mendadak, spontan, jawaban-jawaban yang diberikan oleh narasumber pada umumnya juga jawaban-jawaban yang mengalir, bukan jawaban yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Nah, mengacu pada pengertian ini, dan membandingkannya dengan apa yang dipapar dalam video, maka boleh ditarik kesimpulan bahwa pembuat video –siapapun mereka– telah keliru memahami. Tata cara yang mereka kedepankan bukanlah untuk doorstop, melainkan untuk wawancara yang terencana. Wawancara di mana pihak yang diwawancara dapat mengatur atau mempersiapkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan (yang jangan-jangan sudah diatur dan dipersiapkan pula sedemikian rupa).

Itu yang pertama. Kemudian saya melanjutkan menonton, dan mendapati keanehan lain. Wawancara yang satu jam ini cuma bisa dilakukan di hari Senin sampai Jumat. Hari kerja ASN dan para pegawai honorer di balai kota. Keliru? Tidak, tentu tentunya. Karena video ini diberi judul ‘Kerangka Acuan Kerja Doorstop Wartawan di Kantor Wali Kota Medan’.

Iya, di Kantor Wali Kota Medan, bukan di tempat lain. Akan tetapi, dari video ini, setidaknya kita bisa menaruh curiga bahwa Bapak Wali Kota memang punya hari dan jam kerja. Padahal, sebagai pelayan publik seorang walikota, sebagaimana juga lurah, camat, bupati, gubernur, dan presiden, tidak punya jam kerja. Mereka bekerja sepanjang pekan 24 jam per-hari.

Tidak tidur, dong, kalau begitu? Memangnya mereka manusia super? Iya, tidak begitu juga. Tidak punya hari dan jam kerja di sini hanya pengistilahan. Konkretnya, seorang pejabat publik mesti menyediakan waktunya kapan pun dan di mana pun. Mereka tidak bisa memberi alasan semacam “sudah tidak di jam kerja” tatkala ada warga yang datang untuk mengadukan atau mempertanyakan persoalan yang dihadapi.

Jadi begitulah, saudara-saudara. Usai menonton video ini, sebenarnya saya sudah merasa bahwa kata "Gedung Putih" tidak cocok disematkan ke Balai Kota Medan. Walau pun belum berlangsung, saya bisa memastikan, tak akan ada interaksi semenarik yang diampu Barrack Obama di sana. Pun tak akan ada yang seaduhai letupan-letupan dari Donald Trump.

Namun pada akhirnya saya tetap memakainya. Pertama karena kata itu kedengaran enak sekali di telinga saya. Kedua, memang ada seseorang yang diperlakukan (atau memperlakukan diri?) mirip presiden di sana.(t agus khaidir)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved