PAKAR BMKG Ulas Gempa Beruntun Danau Toba/Samosir, 23 Januari hingga 20 April Sudah 63 Kali Gempa
PAKAR BMKG Ulas Gempa Beruntun Danau Toba/Samosir, 23 Januari hingga 20 April Sudah 63 Kali Gempa
-Tanggal 4 April 2021 terjadi 8 kali
-Tanggal 6 April 2021 terjadi 6 kali
-Tanggal 18 April 2021 terjadi 11 kali
-Tanggal 19 April 2021 terjadi 5 kali
''Patut disyukuri bahwa aktivitas swarm di Samosir saat ini tidak banyak yang dirasakan oleh warga dan hanya tercatat oleh jaringan seismograf milik BMKG. Untuk itu masyarakat dihimbau tidak perlu panik dan khawatir dengan adanya aktivitas gempa swarm di wilayah ini,'' tulisnya.
Dr Daryono mentatakan fenomena gempa swarm di Indonesia sudah terjadi beberapa kali, seperti aktivitas swarm di Klangon, Madiun (Juni 2015), Jailolo, Halmahera barat (Desember 2015), dan Mamasa, Sulawesi Barat (November 2018).
Pada beberapa kasus swarm banyak terjadi karena proses-proses kegunungapian (vulkanik), dan hanya sedikit diakibatkan oleh aktivitas tektonik murni.
''Gempa swarm vulkanik terjadi karena adanya gerakan fluida magmatik yang mendesak dengan tekanan ke atas dan ke samping tubuh gunung melalui saluran magma (conduit) atau bagian yang lemah (fracture dan patahan) dari gunung tersebut.
Intrusi magmatik yang memotong lapisan batuan ini disebut dike.
Dengan energi dorong dan tekanan dike ke atas yang terus menerus melewati bagian tubuh gunung, maka akan terjadi proses rekahan perlahan-lahan hingga menyebabkan gempa kecil yang terjadi berulang-ulang dan tercatat oleh sensor seismograf.''

Selain berkaitan dengan kawasan gunung api, beberapa laporan menunjukkan bahwa aktivitas swarm juga dapat terjadi di kawasan nonvulkanik.
Swarm juga dapat terjadi di kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh sehingga mudah terjadi retakan (fractures).
''Fenomena gempa swarm di Samosir ini tentu sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut dan menjadi tantangan bagi para ahli kebumian kita untuk mengungkap penyebab sesungguhnya.
Terjadinya fenomena gempa swarm ini setidaknya menjadikan pembelajaran tersendiri untuk masyarakat, karena aktivitas swarm memang jarang terjadi.''
Dr Daryono mengakui dampak gempa swarm jika kekuatannya cukup signifikan dan sering dirasakan guncangannya, memang dapat meresahkan masyarakat.
''Namun demikian, jika kita belajar dari berbagai kasus gempa swarm di berbagai wilayah, sebenarnya tidak membahayakan jika bangunan rumah di zona swarm tersebut memiliki struktur yang kuat.''
Unggahan Dr Daryono mendapat banyak respons dari netizen yang langsung melontarkan pertanyaan menohok: apakah gempa beruntun ini penanda Gunung Toba menggeliat lagi? (*)