Ramadan di Swedia, Novita Rindu Dengar Suara Bedug dan Adzan Magrib

"Kadang kalau sedang rindu sekali makanan Indonesia saya coba memasak makanan Indonesia sendiri di rumah," katanya.

Istimewa / Tribun Medan
Novita Supardi, mahasiswi S2 program Marketing di Stockholm University, Stockholm, Swedia. Dirinya kini tengah menjalani puasa jauh dari kampung halaman 

Ia juga mengobati rasa rindunya dengan memasak masakan Indonesia untuk sahur dan berbuka.

"Kadang kalau sedang rindu sekali makanan Indonesia saya coba memasak makanan Indonesia sendiri di rumah," katanya.

Novita menerangkan, momen lebaran juga akan berbeda tahun ini di Stockholm.

Jika sebelumnya dilakukan di wisma KBRI yang ada di Stockholm, namun karena wabah pandemi covid-19 dirinya tidak yakin akan ada perayaan lebaran seperti biasa.

"Untuk hari lebaran, pada tahun sebelumnya diadakan sholat Ied bersama di wisma KBRI Stockholm dan ada acara halal bihalal juga. Tahun ini sepertinya saya tidak yakin akan diadakan dengan kondisi seperti ini," jelasnya.

Dalam waktu dekat, Novita mengatakan dirinya bersama teman-teman Indonesia lainnya yang berada di Stockholm akan melakukan buka puasa dan tarawih bersama tepatnya di akhir pekan ini.

Hal ini sekaligus bisa menjadi pengobat rindu Novita terhadap momen ramadan di kampung halamannya.

"Di sini juga teman-teman Indonesia yang tinggal di satu kawasan student housing sama saya akan berencana buka puasa bareng dan sholat tarawih bareng akhir pekan ini," ungkapnya.

Sehari-hari selama bulan ramadan, Novita mengaku hanya tidur dua jam setelah berbuka puasa dan salat tarawih.

Karena harus bangun dini hari untuk menyantap sahur. Durasi puasa yang setiap harinya bertambah menjadikan Novita harus selalu melek terhadap waktu berbuka dan sahur.

"Menuju musim panas waktu siang akan lebih panjang, kebetulan ini bulan puasa nya hampir memasuki musim panas, jadi nanti semakin menuju akhir ramadan durasi berpuasa nya akan lebih panjang," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa ramadan di Swedia juga terdapat tradisi di masjid-masjid yang ada seperti berbuka puasa bersama dan tarawih bersama, namun hal ini terpaksa ditiadakan karena kondisi pandemi di Swedia yang belum membaik.

"Saya diberitahu oleh teman saya yang memang warga muslim Swedia bahwa biasanya memang ada ibadah seperti tarawih dan juga buka bareng di masjid di Stockholm. Tapi tidak untuk tahun ini karena adanya wabah Covid-19," jelasnya.

Karena wabah Covid-19, seluruh kegiatan Novita selama bulan ramadan dilakukan dari rumah.

"Pandemi Covid-19 yang belum stabil jadi tidak bisa beribadah ke masjid. Pemerintah Swedia juga sudah melarang untuk mengadakan perkumpulan lebih dari 50 orang. Maka dari itu saya tidak bisa merasakan bagaimana suasana Ramadan di Stockholm tahun ini, mungkin tahun depan bisa diberi kesempatan jika wabah ini sudah kelar," pungkasnya.

(cr14/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved